Tuesday 15 June 2010

Di Metropolitan pun Bisa Beternak Enthok

30 June 2001

Jakarta KBI Gemari,
Berkat bimbingan Petugas Pengawas Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) Kecamatan Cilincing, Jakarta, kaum ibu di Kelurahan Marunda aktif beternak enthok. Bantuan ternak ethok yang diterima Juni 2000 lalu dari PT Kawasan Berikat Nusantara (PT KBN), dari 10 ekor tersebut - 9 ekor di antaranya betina - kini berkembang menjadi 20 ekor enthok. Agaknya ternak enthok wirausaha yang menjajikan.

Binatang ternak enthok - sejenis bebek - ternyata banyak dipelihara di kota Jakarta yang berjulukan Metropolitan. Selain daging dan telornya enak, ternak jenis ini pun gampang cara pemeliharaannya. Sehingga dipandang cocok PT Kawasan Berikat Nusantara (PT KBN) untuk dijadikan jenis ternak bantuan bagi keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I di lingkungan Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Di Kelurahan Marunda, misalnya, PT KBN selain memberikan bantuan berupa ternak induk ayam kepada 4 kelompok juga memberikan ternak enthok bagi 3 kelompok yang di 7 Rukun Warga (RW). Berdasarkan data dari pihak BKKBN Jakarta Utara khususnya PPLKB Kelurahan Marunda hingga bulan Maret tahun 2001, jumlah bantuan ternak ayam dan enthok di Kelurahan Marunda sudah berkembang menjadi 478 ekor. Jumlah anak ayam dan enthok sekitar 488 ekor, jumlah telor 333 butir. Sedangkan ternak yang mati 296 ekor, dijual 17 ekor serta hilang 7 ekor.
Ibu Nunung, Ketua Kelompok RW 06, Kelurahan Marunda misalnya. Seperti halnya Ny Adela Mutiara, Ny Nunung bersama kelompoknya ini pun mendapat bantuan ternak enthok sebanyak 50 ekor untuk dibagi 5 anggota masing-masing mendapat 10 ekor.
“Saya dan anggota kelompok RW 06 memilih ternak enthok karena sesuai dengan kondisi lingkungannya yang dekat dengan air. Selain itu pemeliharaan ternak enthok lebih gampang dan tahan terhadap penyakit tidak seperti ternak ayam,” ujar ibu empat anak ini mantap.
Berkat bimbingan dari Petugas Pengawas Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) Kecamatan Cilincing, bantuan ternak ethok yang diterima Juni 2000 lalu, dari 10 ekor tersebut 9 ekor di antaranya betina dan kini telah berkembang menjadi 20 ekor enthok. Beberapa ekor enthok saat ini tengah mengiring anak-anaknya serta ada pula yang tengah bertelor.
“Lumayan telornya sebagian, terutama telor yang pertama dan terakhir sudah pasti digoreng atau direbus buat makanan tambahan gizi anak,” kilah Nunung sembari mengumbar tersenyum. Kesemua ternak enthoknya dibiarkan mencari makan bebas di pinggir-pinggir pematang mau pun di saluran-saluran air irigasi di dekat rumahnya. Namun demikian, pemberian pakan rutin setiap pagi tidak pernah terlambat.
“Asal cukup pakan, kandang bersih, telaten dan sabar, enthok akan cepat besar dan berkembang biak dengan baik. Selain itu diupayakan juga untuk menghilangkan bau kurang sedap yang dikeluarkan dari kotoran ternak tersebut dengan menyapu serta menaburi abu,” urai Nunung.
Di sela-sela menemui wartawan dan beberapa petugas PPLKB dari kelurahan, kecamatan maupun dari BKKBN Kodya Jakarta Utara, Ny nunung berucap setengah percaya, “Nggak kebayang sebelumnya kalau bisa beternak enthok di kota Jakarta yang berisi gedung-gedung tinggi, mobil-mobil mewah dan kehidupan serba ‘wah’. Sehingga, benar kata banyak orang, Jakarta tak ubahnya kampung besar tempat paling komplet dan segala ada di Jakarta ini.”
Tapi, ada yang lebih menyentuh perasaan dan nurani orang seperti dirinya. Hidup miskin di tengah kota yang megah, lanjut dia, ternyata masih ada sikap kepedulian, rela membantu dan mengajak hidup berdampingan dari pihak yang berposisi kuat seperti PT KBN.
“Alangkah indah dan nyamannya hidup saling peduli satu sama lain, saling bantu satu sama lain, seperti dilakukan pihak PT KBN. Adakah yang lainnya bisa berbuat sama?” ucap Nunung lirih di ujung kalimatnya. ()

Perbandingan ternak Bebek dan entok

- Untuk masa beternak antara bebek dan menthok, menthok lebih lama untuk
dipanen karena masa pertumbuhannya lebih lama. maksud saya begini misalnya kita
sama sama punya DOD menthok dan bebek di awal bulan januari, di akhir february
atau awal maret saya sudah bisa jual bebek dengan harga misalnya 23 ribu tapi
untuk bebek kita belum bisa jual karena untuk 2 bulan badannya masih belum bisa
dikonsumsi
- Untuk mendapatkan bibit menthok itu lebih susah karena produksinya belum bisa
massal dan harga DOD nya  lebih mahal menthok daripada bebek.
- Untuk tingkat konsumsi pakan memang menthok lebih sedikit makannya dan tidak
se rakus bebek, tapi kalo dijumlah total hampir sama karena memang waktunya
lebih lama.
- ketika lebaran memang harga menthok bisa selangit bahkan di
 bisa mencapai 120 ribu per ekor untuk menthok Jantan.Jadi kalo
beternaknya untuk sampingan dan santai itu bisa jadi ide yang bagus.
- Untuk perawatan Bebek dan Mentok kira- kira hampir sama
- Kelebihan menthok struktur dagingnya lebih tebal sehingga kalo pas dimakan
lebih manteb pegangannya.
- Kalo sudah besar, tingkat ketahanan tubuh antara bebek dan mentok hampir sama
hanya bedanya bebek lebih lincah dan menthok kelihatan lebih slow geraknya.

Perbandingan ternak Bebek dan enthok

- Untuk masa beternak antara bebek dan menthok, menthok lebih lama untuk 
dipanen karena masa pertumbuhannya lebih lama. maksud saya begini misalnya kita 
sama sama punya DOD menthok dan bebek di awal bulan januari, di akhir february 
atau awal maret saya sudah bisa jual bebek dengan harga misalnya 23 ribu tapi 
untuk bebek kita belum bisa jual karena untuk 2 bulan badannya masih belum bisa 
dikonsumsi
- Untuk mendapatkan bibit menthok itu lebih susah karena produksinya belum bisa 
massal dan harga DOD nya di tempat saya lebih mahal menthok daripada bebek.
- Untuk tingkat konsumsi pakan memang menthok lebih sedikit makannya dan tidak 
se rakus bebek, tapi kalo dijumlah total hampir sama karena memang waktunya 
lebih lama.
- Pak Farhan benar ketika lebaran memang harga menthok bisa selangit bahkan di 
tempat saya saja bisa mencapai 120 ribu per ekor untuk menthok Jantan.Jadi kalo 
beternaknya untuk sampingan dan santai itu bisa jadi ide yang bagus.
- Untuk perawatan Bebek dan Mentok saya kira hampir sama, cuma untuk umur 
dibawah 10 hari sesuai pengamatan saya pas saya mencoba ambil menthok kok 
tingkat kematiannya lebih tinggi dibandingkan bebek
- Kelebihan menthok struktur dagingnya lebih tebal sehingga kalo pas dimakan 
lebih manteb pegangannya.
- Kalo sudah besar, tingkat ketahanan tubuh antara bebek dan mentok hampir sama 
hanya bedanya bebek lebih lincah dan menthok kelihatan lebih slow geraknya.

Di kandang saya sekarang ada mentok sekitar kurang lebih 00 ekoran kalo tidak 
salah, saya juga mau rencana untuk jual pas lebaran saja karena lumayan lho 
kalo beli dod mentok misalnya harga 5000 dan misalnya perhari konsumsi makan 
150 rupiah x 210 hari (7 bulan) jadi total modal 36500 per ekor. Jadi kalo laku 
100 ribu se ekornya kita dapat margin 63500 per ekor. Kan lumayan 63500 kali 
100 ekor.Anggap aja menthoknya numpang kost gratis di kandang bebek.

Daging bebek, mentah

Nutrisi, Nilai per 100 gram porsi makanan
Air, 73.77 g
Energi, 132 kcal
Energi, 552 kj
Protein, 18.28 g
Total Lemak, 5.95 g
Karbohidrat, 0 g
Serat, 0 g
Ampas, 1.06 g
Mineral
Kalsium, Ca, 11 mg
Besi, Fe, 2.4 mg
Magnesium, Mg, 19 mg
Phospor, P, 203 mg
Potassium, K, 271 mg
Sodium, Na, 74 mg
Seng, Zn, 1.9 mg
Tembaga, Cu, 0.253 mg
Mangan, Mn, 0.019 mg
Selenium, Se, 13.9 mcg
Vitamin
Vitamin C, asam ascorbic, 5.8 mg
Thiamin, 0.36 mg
Riboflavin, 0.45 mg
Niacin, 5.3 mg
Asam Pantothenic, 1.6 mg
Vitamin B-6, 0.34 mg
Folate, 25 mcg
Vitamin B-12, 0.4 mcg
Vitamin A, 79 IU
Vitamin A, RE, 24 mcg_RE
Vitamin E, 0.7 mg_ATE
Lemak
Asam lemak Jenuh, saturated, 2.32 g
4:0, 0 g
6:0, 0 g
8:0, 0 g
10:0, 0 g
12:0, 0.03 g
14:0, 0.02 g
16:0, 1.22 g
18:0, 0.77 g
Asam Lemak Tak Jenuh, monounsaturated, 1.54 g
16:1, 0.22 g
18:1, 1.32 g
20:1, 0 g
22:1, 0 g
Asam Lemak Tak Jenuh, polyunsaturated, 0.75 g
18:2, 0.67 g
18:3, 0.08 g
18:4, 0 g
20:4, 0 g
20:5, 0 g
22:5, 0 g
22:6, 0 g
Kolesterol, 77 mg
Asam Amino
Tryptophan, 0.254 g
Threonine, 0.781 g
Isoleucine, 0.939 g
Leucine, 1.544 g
Lysine, 1.564 g
Methionine, 0.494 g
Cystine, 0.281 g
Phenylalanine, 0.766 g
Tyrosine, 0.696 g
Valine, 0.956 g
Arginine, 1.166 g
Histidine, 0.483 g
Alanine, 1.158 g
Asam Aspartic, 1.79 g
Asam Glutamic, 2.86 g
Glycine, 1.024 g
Proline, 0.898 g
Serine, 0.787 g

Nikmatnya Daging Bebek…


    Konotasi orang terhadap daging bebek kebanyakan adalah rasanya yang sedikit pahit, dagingnya yang keras dan kadar lemaknya yang sangat berkolestrol tinggi. Padahal dengan tekhnik pengolahan yang tepat ditangan saya, daging bebek bisa tampil memukau lidah dengan rasa yang mampu menggoda iman seorang supermodel sekalipun.
    Ada 2 daging yang saya gemari selama ini selain ikan, daging kambing dan daging bebek. Kedua daging tersebut memang beraroma berbeda, memiliki bau yang khas dan mampu membangkitkan gairah bila menciumnya, terlebih bila asapnya masih mengepul ketika disajikan. Karena itu lah saya lebih prefer mengkonsumsi kedua daging tersebut dibanding daging ayam.. emang sih muahall!
    Saya sengaja menyajikan resep rahasia turun temurun ini bagi para lajang maupun para jablai khususnya dengan cara siap saji disaat kencan. Ini saya yakin akan sangat berguna untuk dapat berkencan candle light dinner dengan makanan buatan sendiri, tentunya akan menambah romansa romantisme dan.. mengurangi biaya tagihan credit card anda juga tentunya.
    Bebek Rica-rica contohnya, dengan bumbu kental dan daging bebek yang empuk , dapat membuat anda berdua pasangan sangat bersemangat untuk menyantapnya. Jangan lupa pelengkapnya, jika semua menu ini diberikan sambal terasi, sambal mangga, dan bumbu2 gurih. Saya jamin, anda dan pasangan jablai anda akan mabuk kepayang setelah menyantap bebek ini. Mabuk karena kekeyangan amat sangat.
Cara membuat Bebek Jablai Rica-Rica
Bahan :
- 1 Ekor bebek! Bebek yah bukan sapi!
Bumbu Rebus :
- Masing-masing 2 Sdm Kunyit, bawang putih, Bawang Merah, dan Kemiri
- 6 sdm garam
- 5 lembar daun salam
- 3 lembar sereh
- 5 cm lengkuas (harap dipotong secara presisi, beda 1mm bisa menyebabkan beda rasa.. hehehe, becanda)
- 15 Lembar daun jeruk (jeruk nipis or lemon, terserah!)
Bumbu Rica-Riba :
- 1 ons bawang merah
- 1/4 kg cabai merah keriting! jangan yang rebounding yee
- 4 lembar daun Jeruk
- 1 buah jeruk apa aja, asem2 dikit juga oke, peras airnya
- Garam, secukupnya tapi jangan sampai kadar membunuh.
- Bumbu penyedap (gw biasa pake royco atau garam gurih)
Cara memasak!
1. Bersihkan bebek lalu rebus dengan presto agar empuk sekitar 1-2 jam
2. matikan kompor lalu tutup pancinya selama kurang lebih 1/2 jam, kalau pake presto biarkan sampai uapnya habis.
3. angkat lalu tiriskan (jangan nanya tiriskan ape yee), kemudian goreng itu bebek sesuai selera… gw senengnya agak2 kering.
4. Tumis bumbu rica-rica hingga harum dan matang, lalu masukkan bebek yang sudah digoreng tadi kedalamnya.
5. masukkan juga bumbu rebus juga jangan lupa, airnya juga disirim dikit2 sambil terus ditumis.
6. Aduk terus pokoknya sampai merata. angkat dan letakkan diatas piring, jangan diatas celana.
7. Sajikan kepada pasangan jablai anda.
Atau bisa juga bila anda kurang suka pedas, saya berikan tekhnik kungfu lain untuk membuat Bebek Goreng Istimewa. Pokoknya banyak macam jurus untuk mempesona jablai anda.
Cara membuat Bebek Goreng Jablai.
Bahan :
- 1 Ekor bebek! Bebek yah bukan sapi!
Bumbu Rebus :
- Masing-masing 2 Sdm Kunyit, bawang putih, Bawang Merah, dan Kemiri
- 6 sdm garam
- 5 lembar daun salam
- 3 lembar sereh
- 5 cm lengkuas (harap dipotong secara presisi, beda 1mm bisa menyebabkan beda rasa.. hehehe, becanda)
- 15 Lembar daun jeruk (jeruk nipis or lemon, terserah!)
Cara memasak!
1. Bersihkan bebek bila masih berbulu lalu rebus sampai empuk sekitar 1-2 jam. Pakai presto kalo mau cepet empuk
2. Matikan kompor lalu tutup terus tunggu sampai setengah jam kurang lebih, angkat lalu tiriskan.
3. Goreng deh tu bebek sesuai selera, saya senangnya agak2 kering garing gitu lohhh..
4. Sajikan ke jablai anda.. dan jangan lupa menuliskan biaya tagihan kepadanya setelah selesai makan malam.
    Bagi anda yang kurang suka aneka rempah2an, Bebek goreng ini juga saya jamin akan mampu membelai lidah jablai anda, karena rasanya bila dipadukan dengan sambal goreng akan dipercaya akan meningkatkan libido makan berkali-kali lipat.
    Untuk mendapatkan olahan bebek yang prima memang saya selalu pilih yang perawan. Sudah pasti akan menyerap sedikit usaha untuk mencarinya di sekitar citarum atau cianjur sana. dengan kata lain, bebek yang dipilih janganlah yang perawan tidak, tapi janda pun tidak. Jangan terlalu tua atau terlalu muda. Karena kalau terlalu tua dagingnya keras dan pahit. Sedangkan kalau ABG banget.. dagingnya sedikit. Untuk bumbu rica-rica, bisa saja anda gunakan blender sedikit bila pasangan jablai anda sudah lapar mampus dan butuh makan secepatnya. Selain lebih praktis juga bumbu akan lebih halus. Hanya saja, kalau di blender bumbunya akan hancur sehingga aroma khas cabai dan aneka rempah-rempah itu akan kurang terasa di lidah jablai anda. KArena itu saya rekomendasikan untuk mengolah rempah2 itu selalu gunakan cara alam, yaitu menumbuknya dengan batu. Memang lama sih, tapi worthed lah.
    Satu lagi petuah, selama merebus bebek, usahakan memakai api kecil saja. Bebek itu aneh dagingnya, bila anda memakai api sebesar obor maka bumbunya saja yang matang, tapi dagingnya tidak empuk. Tapi dengan api kecil, bumbu akan lebih meresap, daging bebek pun akan lebih menjadi empuk.

Daging Unggas Beku Lebih Aman

Bila Anda diminta memilih daging unggas yang tampak segar padahal berformalin dan daging unggas yang diawetkan dengan pembekuan, tentu Anda memilih yang kedua. Sebab, biasanya, unggas beku itu bebas bahan beracun.

“Empat jam setelah dipotong, tanpa pengawet, daging unggas mulai membusuk. Salah satu cara mengawetkan yang manusiawi adalah dengan didinginkan (dibekukan, Red.),” ungkap Drh. Hari Wiyoso Tri Kuncoro, pengusaha daging unggas beku di Cinere, Depok, Jabar. Berjualan unggas setelah dipotong dalam volume besar, lanjut dia, tidak mungkin sekaligus habis. Oleh sebab itu, sisanya harus dibekukan.

Sebelumnya, Hari mengaku berjualan daging unggas segar. Kelemahannya, daging unggas hasil pemotongan pukul enam pagi, empat jam kemudian sudah kelihatan menghijau. Atas dasar itu pula, dia beralih jualan daging unggas beku.

Menurut Hari, di pasar, boleh dibilang 80% daging unggas yang dijual segar, menggunakan formalin sebagai bahan pengawetnya. Sebenarnya banyak bahan pengawet, tapi yang paling murah adalah formalin. Tapi jangan salah, formalin termasuk racun yang paling karsinogenik (menyebabkan kanker).

Hal senada diutarakan Dr. drh. Denny Widaya Lukman, MSi, ahli dan Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan IPB. “Bagaimana pun hewan yang sudah dipotong seperti kambing, domba, sapi, juga unggas, (karkas) itu harus dipertahankan dengan rantai dingin. Artinya, dia harus dipertahankan kondisinya di bawah 4oC. Oke, ada orang mengatakan 7oC,” paparnya.

Masa simpan daging unggas di suhu kamar (tempat terbuka) tanpa adanya penambahan bahan-bahan yang aneh, lanjut Denny, paling lama 5—6 jam sudah bau. Kalau ada daging unggas pada suhu kamar bisa tahan lebih dari 6 jam, dirinya curiga daging itu dikasih bahan pengawet. Soalnya, lebih dari itu biasanya daging unggas sudah tidak bagus karena kuman berkembang setiap 15 menit. “Kalau pada daging unggas itu hanya mengandung satu kuman, terutama bakteri, maka dalam waktu lebih dari lima jam bisa mencapai lebih dari satu juta bakteri. Padahal, jumlah bakteri pada unggas yang baru dipotong nggak mungkin hanya satu sel. Bisa dibayangkan berapa juta jumlah bakterinya bila tanpa ada perlakuan. “Kalau ada pedagang yang mengklaim daging unggasnya steril, bohong itu! Nggak mungkin!,” tandasnya.

Denny tidak menampik daging unggas yang sudah melewati rantai dingin (dibekukan) itu tidak bebas bakteri. “Bakterinya ada, tapi tidak berkembang,” jelasnya. Dan selama penanganannya baik, yaitu mengikuti kaidah-kaidah sanitasi, lanjut dia, maka kuman itu tidak bertambah. Penanganannya, misalnya karkas terkemas dengan baik, pada suhu yang konstan, dan tidak terpapar suhu di atas 10oC. Perubahan suhu yang terlalu ekstrem juga akan mempengaruhi kandungan kuman-kuman dalam daging unggas. Di atas 10oC beberapa jenis kuman sudah mulai tumbuh. Sudah bisa Anda bayangkan bagaimana daging unggas segar yang dijajakan berjam-jam terbuka di pasar-pasar tradisional. “Para ahli kesehatan pangan menganjurkan menyimpan makanan di bawah 4oC atau di atas 60oC,” saran Denny.

Kandungan Gizi Tetap

Benarkah daging unggas beku lebih sehat dibandingkan daging unggas segar? “Daging unggas segar (tanpa pengawet) dan unggas beku sebetulnya sama sehatnya,” tukas Suharyati, SKM, MKM, Kepala Unit Produksi Makanan RSCM dan Kepala Instalasi Gizi RSCM, Jakarta.

Unggas beku itu, menurut Suharyati, intinya tidak mematikan kuman, tapi menonaktifkan kuman. Karena pada suhu tertentu, khususnya pada -18ÂșC, kuman dinonaktifkan oleh keadaan suhu yang sangat rendah.

Menurut Ir. Hasanuddin Yasni, MM, Direktur Eksekutif Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia, suhu yang disarankan untuk membekukan produk unggas adalah -4oC sampai dengan -12oC. Tapi orang sering sering mencampurnya dengan produk perikanan yang -18oC karena memang logistik khusus unggas di Indonesia masih minim. “Kelemahan produk unggas yang dibekukan adalah dari tekstur dagingnya menjadi lebih keras,” ucapnya.

Meski begitu, “Unggas beku bisa bertahan sampai tahunan. Pada suhu   -18oC, karkas utuh bertahan hingga 12 bulan. Sedangkan yang sudah dipotong-potong, bertahan sampai 9 bulan,” paparnya. “Sebenarnya, unggas beku bisa tahan sampai 1,5 tahun,” imbuh Hari.

Lantas, bila unggas beku itu dicairkan, apakah kumannya akan berkembang lagi? Proses pencairan (thawing) bertujuan untuk melembekkan daging unggas sebelum dimasak. “Proses pelembekan sebaiknya dilakukan dalam refrigerator (kulkas) atau dalam microwave di mode refrost,” ucap Suharyati. Namun bukan berarti secara manual tidak bisa. Pencairan bisa juga dilakukan pada air mengalir (keran) yang dingin, bukan dengan air panas. “Kalau setelah proses thawing daging unggas tidak segera dimasak, kumannya akan berkembang lagi,” imbuhnya.

Meskipun dibekukan, sesungguhnya nutrisi (gizi) daging unggas tidak berubah. “Gizi, terutama vitamin, akan turun pada saat suhu dipanaskan,” ucap Denny. Tujuan utama pembekuan, tambah Suharyati, bertujuan lebih untuk mempertahankan umur simpan. Sementara kehilangan nutrisi, lantaran sangat kecil, sesuai laporan USDA, dapat diabaikan.

Sementara menurut pendapat Hari, penurunan nutrisi pada unggas yang dibekukan pasti ada. Oleh sebab itu, untuk memperlambat penurunan itu, perlakuannya harus benar. “Kalau penyimpanan masih dalam hitungan satu minggu, saya kira tidak akan ada penurunan nutrisi. Sebaliknya, dalam hitungan tahun, sudah pasti ada penurunan nutrisi dan rasa daging. Namun, tidak mungkin penjual menyimpan hingga satu tahun,” paparnya.

Ada Keraguan

Yang jelas, “Unggas beku atau unggas segar, itu pilihan. Tapi, sebaiknya daging unggas segar tidak dibiarkan terlalu lama di suhu ruang. Sebaiknya unggas yang baru dipotong langsung diolah,” saran Suharyati. Daging unggas yang baik dan layak konsumsi, secara kasat mata, dicirikan oleh fisiknya yang tidak berbau, tidak berwarna biru/hijau, dan dagingnya kenyal.

Berbeda dengan negara maju, hingga kini mayoritas konsumen unggas di Tanah Air lebih memilih daging unggas segar yang baru beberapa saat dipotong. “Setahu saya, konsumen lebih senang membeli unggas hidup, lalu dipotong dan disaksikan langsung,” ungkap Abdul Hadi, pedagang unggas potong hidup di Pasar Blok A, Jakarta Selatan. Dia mengaku pernah mencoba menjajakan unggas yang sudah dipotong terlebih dahulu, tapi ternyata tidak disukai konsumen. Pembeli mengira, itu unggas tiren (mati kemarin)atau berformalin.

Kenyataan itu dibenarkan Abdusomad, pedagang unggas potong hidup di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan. “Terhadap unggas beku, konsumen mengaku tidak tahu cara memotongnya. Mereka ragu daging unggas itu halal atau tidak,” ucapnya. “Memang, pembeli lebih memilih unggas hidup langsung potong. Kalau nggak lihat motongnya, mereka nggak mau beli,” Saritun, pedagang unggas potong hidup di Pasar Cipete Selatan, Jakarta Selatan, membenarkan.

Pengakuan para pedagang diamini langsung oleh konsumen. Ellen Suwoto (35) misalnya, selama berbisnis katering di Matraman Dalam, Jakarta Timur, mengaku selalu membeli unggas segar langsung dari pasar dan langsung dimasak. “Unggas segar dagingnya bagus dan sudah terjamin halal. Karena saya punya langganan, saya tahu bagaimana proses pemotongannya dari awal, jadi sudah yakin,” kilahnya.

Pun diakui oleh Nani Haryadi (48) yang PNS dan Maryati (45)-ibu rumah tangga, saat ditemui di Pasar Ujung Menteng, Jakarta Timur. “Saya yakin aja karena melihat sendiri unggasnya dipotong, jadi masih baru, bukan unggas yang sudah nggak segar lagi,” aku Nani. “Saya sudah lama berlangganan unggas di sini (Ujung Menteng) dan tidak pernah ada keluhan. Saya sudah kenal penjualnya dan yakin kalau unggas ini bagus,” imbuh Maryati.

Tak hanya itu, Nani bahkan yakin daging unggas yang dia beli terjamin kebersihannya karena dia melihat sendiri unggas dibersihkan dan dicuci. Demikian pula keyakinan Maryati. Atas alasan itu pula kedua konsumen itu tidak memilih unggas beku. “Saya ragu unggas beku yang dijual itu unggas potong segar yang dibekukan. Takutnya unggas itu tidak terjamin halal, dan kalau rusak ‘kan nggak kelihatan,” dalihnya. “Saya tidak yakin unggas beku yang dijual itu dalam kondisi baik sebelum dibekukan. Lagi pula ‘kan belum pasti halal,” imbuh Maryati.

Namun, tidak demikian bagi Riyanti Rizal (42), pemilik kios sate unggas di kawasan Harapan Indah Bekasi, Jabar, yang sudah berjualan sejak 1998. “Sebenarnya saya lebih sering menggunakan unggas segar, tapi beberapa minggu lalu mencoba menggunakan unggas beku. Ternyata cara memasak dan rasa dagingnya sama saja,” tuturnya. Perbedaannya, lanjut dia, sebelum diolah harus diproses dulu (dicairkan) dan itu memakan waktu cukup lama.

“Secara umum, konsumen masih lebih percaya pada daging segar karena secara psikologis mereka lebih mantap membeli unggas yang secara langsung mereka melihat sendiri prosesi penyembelihannya. Padahal, seluruh rumah potong unggas (RPA) sudah mengantongi sertifikasi halal dari LPPOM MUI,” papar Wiwik Sugianti, pemilik Wirabumi PS, produsen unggas segar dan beku di Sleman, Yogyakarta. Awalnya, lanjut dia, konsumen enggan membeli daging unggas beku, namun pelan-pelan mereka mau juga. Termasuk tetangganya yang jadi dokter dan perawat.

Tidak Gampang

Konsumen lebih memilih daging unggas yang baru dipotong, sah-sah saja. Namun alangkah bijak bila konsumen ikut juga terlibat memikirkan bagaimana menata pasar tradisional menjadi bersih dan nyaman. Sebab, secara umum, pemotongan unggas di pasar-pasar tradisional mengabaikan persoalan limbah dan pencemaran. Menurut Achmad Dawami, Senior Vice President PT Primatama Karya Persada, produsen besar unggas potong di Jakarta, dari setiap pemotongan unggas itu sekitar 8%—10% menghasilkan limbah berupa darah dan bulu.

Oleh sebab itu, Suherman, Supervisor Pasar Pondok Labu dan Cipete Selatan, berharap, pemotongan unggas di pasar-pasar bisa dilokalisasi. Alhasil, pasar bisa bersih, rapi, dan nyaman bagi pembeli. “Memang mengubah mindset (pola pikir) seseorang itu tidak gampang, perlu proses, mungkin sekian hari bahkan berbulan-bulan,” keluhnya.

Menurut Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto, MSc., Ph.D., peneliti yang juga dosen di Universitas Indonesia, minat konsumen terhadap produk unggas lebih ditentukan oleh kebiasaan si konsumen itu sendiri. Konsumen lebih suka unggas yang memang potong di tempat karena asumsinya sama seperti sayuran, lebih segar. Kalau dibekukan, ada anggapan bahwa ini tidak segar lagi karena mereka tidak bisa menyaksikan apakah itu dipotong secara halal atau tidak. “Persoalannya adalah persepsi dan anggapan kalau yang segar itu lebih baik, dan something frozen pasti akan ada sesuatu yang hilang,” papar Riga, sapaan akrabnya. Mengubah sifat dan kebiasaan konsumen, lanjut dia, itu sulit. Kita harus bisa mempelajari kesukaan konsumen, lalu dengan preferensi seperti itu bisa dilakukan modifikasi.

Perlu Perhatian menyimpan daging unggas





Menyimpan atau mencairkan daging unggas beku sebelum dimasak tidak bisa sembarangan. Agar kandungan gizi daging unggas tetap terjaga, menurut Denny Widaya Lukman, ibu-ibu atau juru masak perlu mengetahui beberapa tips.

Sebelum dibekukan, daging unggas dicuci, lalu sebaiknya dipotong-potong sesuai kebutuhan. Malahan untuk memudahkan, sebelum dibekukan, sebaiknya potongan-potongan tadi sudah dibumbui.

Hasil pemotongan kemudian dikemas sesuai kebutuhan sekali masak, misalnya seperempat atau setengah bagian karkas unggas utuh. Soalnya, kalau daging unggas mengalami beberapa kali proses beku—cair—beku—cair, Vitamin B dan C, serta beberapa asam amino akan hilang. Paling lama, siklus beku cair cukup dua kali. Tidak lupa, pada kemasan diberi tanggal agar dapat diketahui mana yang harus dulu dimasak.

Dalam hal penyimpanan dalam kulkas pun tidak boleh sembarangan. Menurut Hasanuddin, daging unggas, ikan, dan yoghurt, penyimpanannya boleh disatukan. Tapi kalau disatukan dengan sayuran sebaiknya dihindarkan karena sayuran akan ketularan bau daging unggas.

Dadang WI


Tips Memilih Daging Unggas

MEMILIH
Aromanya tidak menyimpang, bermata jernih, kulit tidak berlendir, daging kenyal dan tidak memar. Jika membeli unggas beku, pastikan kemasannya tertutup rapat dan tidak ada kristal es yang menunjukkan bahwa unggas sudah lama disimpan. Perhatikan juga warna dagingnya. Daging yang berubah warna kemungkinan besar telah dijangkiti bakteri.

MENYIMPAN
  • Cuci dan potong-potong daging unggas. Simpan per porsi untuk sekali masak dalam freezer agar saat akan diolah, Anda tinggal mengeluarkan satu kantong saja, sesuai kebutuhan. Jika disimpan dengan baik, umur simpannya bisa mencapai hingga 6 bulan.
  • Saat thawing (mencairkan daging) dengan cara memindahkannya dari freezer ke chiller di lemari pendingin, tunggu hingga seluruh daging tidak membeku agar saat dimasak daging matang merata. Setelah thawing, olah daging segera.