Wednesday 11 January 2012

Makanan (pakan) Itik



Pedoman nutrisi pakan itik yang baku di Indonesia sampai sekarang memang belum ada, akan tetapi para peternak sendiri yang meramunya secara mencoba-coba. Para peternak biasanya menyusun pakan ternak itiknya berpedoman kepada formula dari luar negri, kemudian disesuaikan dengan bahan pakan yang ada di Indonesia.
Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut :
  1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik, terutama dari sumber protein hewani.
  2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil tau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala/kulit udang dan lain-lain.
  3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan dan produksi telur.
  4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
  5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar jangan saling berebutan pada waktu makan.
Permasalahan yang dihadapi pada usaha produksi daging itik adalah biaya produksi yang cukup tinggi, kira-kira 50% lebih tinggi dibanding biaya produksi ayam potong. Penyebabnya adalah rasio konversi pakan yang tidak sebaik seperti pada ayam potong. Untuk mencapai bobot badan antara 1100-1200 g diperlukan waktu 10 minggu dengan konversi pakan 4,19-6,02. Pemanfaatan bahan pakan dari limbah agroindustri  dapat mengurangi biaya pakan.
Di Indonesia bahan pakan lokal dari limbah agroindustri cukup melimpah namun masih jarang digunakan untuk  pakan itik. Limbah yang cukup besar potensinya sebagai bahan pakan diantaranya adalah onggok dan kulit ari biji kedelai (Kleci). Onggok adalah sisa pemerasan umbi ubi kayu untuk mendapatkan pati. Satu ton ubi kayu dapat menghasilkan 114 kg onggok. Kulit ari biji  kedelai adalah limbah dari pengupasan biji kedelai. Potensi kulit ari kedelai atau kleci sangat besar karena pada proses pembuatan tempe selalu dihasilkan limbah kulit ari biji kedelai. Sedangkan tempe dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Beberapa kendala dalam pemanfaatan limbah agroindustri sebagai ransum unggas adalah tingginya kandungan serat kasar serta adanya protein yang sulit dicerna. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan adalah dengan melakukan fermentasi. Fermentasi ini bisa dilakukan secara sederhana dan mudah diadopsi oleh peternak.
Pemanfaatan bahan pakan dari limbah agroindustri dapat mengurangi biaya pakan. Untuk membuat pakan ternak tersebut, anda dapat mencoba teknologi berikut ini. Sebagai contoh adalah pembuatan ransum sebanyak 10 kg bahan. Jika ingin membuat lebih banyak  tinggal mengalikan sesuai kelipatan yang diinginkan. Bahan yang diperlukan adalah 1,5kg  Kleci, 1,5 kg  Onggok, 4kg Jagung dan 3 kg Menir Kedelai. Jadi perbandingannya 15% Kleci, 15% onggok, 40% jagung dan 30% menir kedelai. Aduklah bahan tersebut sampai merata kemudian lakukan proses fermentasi.
Ada dua cara fermentasi yaitu dengan Aspergillus niger atau dengan multi mikroba Untuk fermentasi dengan Aspergillus niger tempatkan 10 kg bahan ransum dalam ember besar dan tambahkan 8 liter air hangat. Aduk sampai rata dan biarkan beberapa menit. Setelah agak dingin tambahkan 100 gram ragi tempe (Aspergillus niger) dan 100 gram urea, aduk kembali hingga merata. Kemudian tutup ember dan biarkan selama 3 hari. Selanjutnya ransum sudah siap untuk diberikan pada itik.
Untuk fermentasi dengan Multi mikroba siapkan 8 liter air dalam ember, tambahkan 10 ml multi mikroba  dan aduk merata. Tambahkan 10 kg bahan ransum sambil diaduk. Kemudian masukkan dalam karung dan tutup rapat lalu dibiarkan selama 3 hari. Bahan yang telah difermentasi dalam jumlah banyak dapat disimpan sebagai pakan. Sebelum disimpan agar dijemur terlebih dahulu sampai kering supaya tidak  bau ataupun  ditumbuhi jamur.
Penggunaan pakan dari bahan limbah ini menunjukkan adanya kenaikan bobot yang lebih tinggi pada itik yang dipelihara. Sedangkan banyaknya pakan yang diperlukan menjadi berkurang. Berarti biaya pakan juga menjadi lebih murah. Kalau mau lebih murah, disarankan pembuatan pakannya dengan cara fermentasi multi mikroba

MANAJEMEN PAKAN DALAM USAHA BUDIDAYA ITIK / BEBEK SECARA SEMI INTENSIF (bagian 1)


Kebutuhan nutrisi Itik / Bebek disesuaikan dengan tingkat pertumbuhannya. Pada fase bertelur Itik / Bebek membutuhkan Pakan dengan kandungan protein 17%-20% dan energi sebesar 2.700kkal-2.800kkal. Pakan memegang peranan penting dan menentukan produksi telur.
Biaya produksi Itik / Bebek petelur 60% Pakan, 60% bahan Pakan berupa protein hewani. Bisa saja kebutuhan nutrisi dipenuhi dengan penggunaan Pakan jadi (konsentrat). Namun, pemakaian 100% konsentrat dalam Budidaya Itik / Bebek lokal kurang ekonomis. Pilihan jatuh pada formulasi Pakan buatan sendiri ditambah Pakan alami atau kombinasi dengan konsentrat (oplosan).
Peternak di Mojosari menggunakan oplosan dengan pemakaian konsentrat 20%-30%. Bila tidak menggunakan protein alami, perbandingan dedak dan konsentrat 5 : 1. Ada peternak Itik / Bebek di Babat, Lamongan memberikan 4kg konsentrat dalam 60kg Pakan. Jumlah itu untuk 360 ekor Itik / Bebek/hari. Sebagian peternak tidak menggunakan koitsenrat sama sekali. Pakan pokok berupa dedak, nasi kering, dan limbah roti, protein hewaninya keong, kulit udang, atau ikan.
Formulasi Pakan setiap peternak berbeda, sesuai pengalaman dan potensi bahan Pakan termasuk protein hewani di daerahnya. Bahah pokok Pakan sumber karbohidrat antara lain, dedak, jagung, karak, atau aking (nasi yang dikeringkan), serta menir. Peternak di Jakarta Utara memanfaatkan limbah roti. Sedangkan sumber protein hewani (segar): ikan rucah, kerang, remis, kulit udang, diberikan oleh peternak di dekat pantai. Bekicot dan keong sawah diberikan oleh peternak di areal pertanian dan rawa. Untuk mengantisipasi kurangnya ikan segar, bisa dikeringkan dan dibuat tepung.
Jumlah Pakan yang diberikan juga bervariasi. Patokannya seekor Itik / Bebek membutuhkan 155g/hari (kering). Pada kadar air 15%-20% bobotnya kurang lebih 220g. Peternak di Mojosari memberi Pakan 20kg/100 ekor/hari. Sedangkan peternak lain memberi 7kg aking, 5kg katul, dan 15kg ikan segar atau 5kg tepung ikan. Atau 25kg-27kg per hari. Pakan itu untuk 100 ekor per hari. Ada lagi yang memberikan total Pakan 20kg-25kg/100 ekor/hari. Kalau protein hewani keong atau ikan cukup 5kg, kulit udang 10 kg.
Pemberian protein hewani sangat penting. Tanpa amis-amisan produksinya rendah. Ada peternak yang mencampur bahan protein hewani seperti ikan, kulit udang, atau remis jadi satu dengan Pakan pokok. Namun, ada juga yang memisahkannya, protein hewani ibarat camilan. Untuk memudahkan Itik / Bebek mengkonsumsi, protein hewani harus dirajang atau dicacah menjadi potongan kecil. Keong sawah atau bekicot ditumbuk atau dipecahkan cangkangnya.
Itik / Bebek kurang bisa beradaptasi dengan makanan kering, sehingga Pakan harus basah. Sesuai dengan bentuk paruh, Itik / Bebek lebih sesuai dengan Pakan basah. Namun jangan terlalu basah, kandungan airnya tidak lebih 20%. Formulasi Pakan yang sudah disiapkan biasanya ditambah air dan diaduk jadi satu dalam wadah.