Wednesday 29 February 2012

Potensi Bahan Baku Ransum Di Indonesia

Indonesia telah dikenal sebagai sebuah negara agraris. Setiap jengkal tanahnya subur ditanami berbagai jenis tumbuhan. Kondisi cuaca dan iklim pun tak kalah men-support tanaman untuk tumbuh secara optimal. Indonesia tercinta juga dijuluki negara kepulauan, dengan pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
Kekayaan alam Indonesia begitu melimpah, baik flora maupun fauna. Tidak sedikit kekayaan alam tersebut yang dimanfaatkan sebagai bahan baku ransum. Contohnya tepung ikan yang bersumber dari kekayaan laut kita maupun jagung, bungkil kedelai, dedak padi atau bekatul yang berasal dari khasanah pertanian.
Hanya saja menjadi sebuah ironi, saat ini, dunia perunggasan kita masih diharuskan mendatangkan (import, red) bahan baku ransum dari negara lain. Dan parahnya lagi kondisi ini telah berjalan dalam beberapa waktu dan terkesan menemui titik buntu dalam pencarian solusinya.
Jagung, bungkil kedelai, tepung ikan dan tepung daging dan tulang (MBM) merupakan sederetan contoh bahan baku ransum yang masih diimport. Dan boleh dibilang penyediaan bahan baku ransum kita sangat tergantung pada negara lain. Akibatnya saat harga minyak dunia melambung menjadikan biaya pengiriman meningkat dan mau tidak mau harga bahan baku kena imbasnya. Belum lagi perubahan kebijakan sumber energi yang beralih ke biofuel atau energi alami yang berasal dari kedelai maupun jagung menjadikan suplai kedua komoditas tersebut berkurang dan tentu saja harganya kembali melambung. Kondisi tersebut semakin terasa berat saat kita belum memiliki bahan baku alternatif pengganti bahan baku utama tersebut.
Jagung lokal dari Indonesia telah banyak diakui kualitasnya hanya saja ketersediaan yang kurang kontinyu dan kadar air yang masih relatif tinggi menjadi kendala di feedmill (perusahaan ransum)

Potensi Bahan Baku Ransum
Semua bagian utama dan sampingan dari tanaman dan tubuh hewan maupun by product-nya pada dasarnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku ransum, asalkan memenuhi persyaratan bahan baku yang baik, yaitu :
  • Memiliki kandungan nutrisi yang baik
Bahan baku ransum dikatakan memiliki kandungan nutrisi yang baik dapat dicerminkan dari kandungan protein kasar tinggi dan serat kasarnya rendah. Selain itu kualitas fisik, kimia dan biologinya juga baik.
  • Ketersediaannya kontinyu
Di negara kita kontinyuitas atau ketersediaan bahan baku ransum secara rutin dengan kualitas yang stabil menjadi permasalahan yang selalu berulang. Terlebih lagi, bahan baku tersebut masih harus berebutan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, contohnya pada kasus ketersediaan jagung dan tepung ikan.
  • Harganya kompetitif
Biaya ransum mencakup 70% dari seluruh biaya pengelolaan peternakan. Dengan harga bahan baku ransum yang kompetitif diharapkan harga daging dan telur tidak terlalu tinggi sehingga bisa terserap oleh masyarakat Indonesia, yang notabene konsumsi telur dan daging masih relatif rendah.
  • Tidak mengandung toksin atau racun
Syarat mutlak dari bahan baku ransum ini ialah tidak mengandung rancun (toksik) yang dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas ayam. Adanya zat anti nutrisi seringkali menjadi faktor penghambat dalam pemakaian bahan baku alternatif. Jenis zat anti nutrisi yang terdapat dalam bahan baku tercantum pada tabel 1. Dengan perkembangan teknologi pakan permasalahan anti nutrisi ini bisa ditekan atau bahkan beberapa dapat dihilangkan. Teknologi yang biasa diterapkan antara lain pemberian enzim, fermentasi maupun perlakuan kimia dan biologi lainnya.
Bahan Baku Utama dan Alternatif
Jagung, bungkil kedelai, dedak padi dan tepung ikan merupakan contoh bahan baku ransum yang utama digunakan dalam penyusunan formulasi ransum ayam. Kecuali dedak padi, semua bahan baku tersebut masih belum bisa dipenuhi dari lokal. Oleh karena itu, banyak peternak maupun tim R&D (research and development) perusahaan feedmill berusaha mencari bahan baku alternatif.
Dari data yang kami peroleh penggunaan bahan baku alternatif saat ini baru mencapai maksimal 20% dari total bahan baku. Contoh bahan baku alternatif tersebut antara lain sorgum, bungkil kelapa sawit atau bungkil biji kelapa sawit, bungkil biji matahari maupun tepung gaplek.
Keterbatasan dalam pemakaian bahan baku alternatif seringkali disebabkan karena kontinyuitas yang kurang terjamin, kualitas yang tidak stabil dan adanya zat anti nutrisi. Selain itu ayam modern yang kita pelihara sekarang direkayasa untuk memanfaatkan serelia (biji-bijian, red) guna mengoptimalkan performannya. Oleh karena itu ketergantungan pada jagung, bungkil kedelai masih begitu tinggi, yaitu digunakan sampai level 70-80% dari total formulasi ransum. Tabel 2 menunjukkan beberapa contoh bahan baku yang bisa digunakan dalam penyusunan ransum ayam.
Jika kita akan memakai bahan baku alternatif yang terdapat di sekitar kita, maka kita perlu mempertimbangkan ke-4 syarat bahan baku ransum yang baik. Selain itu, hendaknya kita juga melakukan analisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisi maupun anti nutrisi yang terdapat dalam bahan tersebut. Pelaksanaan trial formulasi juga perlu dilakukan pada sebagian kecil ayam sebelum diberikan pada populasi ayam yang lebih besar.
Sebenarnya, negara kita kaya akan bahan baku ransum. Hanya saja dalam penggunaannya masih terbentur banyak hal. Oleh karenanya perlu sekiranya semua pihak yang terkait, yaitu pemerintah, pengusaha dan peneliti mulai merapatkan barisan untuk berjalan bersama menuju swasembada pakan.

Info Medion Edisi November 2008
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

Meningkatkan Efisiensi Ransum


Ransum merupakan salah satu kebutuhan utama bagi ayam untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya. Dari ransum inilah nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan maupun pembentukan sebutir telur diperoleh. Saat masa produksi, jika jumlah pemberian ransum tidak sesuai kebutuhan maka akan langsung berefek terhadap produksi telur. Tidak hanya jumlah pemberiannya, kualitas ransum juga perlu kita perhatikan. Dari segi finansial, biaya ransum ini menduduki persentase tertinggi dari seluruh biaya pemeliharaan, yaitu mencapai 75%.

Ransum berpengaruh terhadap produktivitas dan biaya pemeliharaan ayam (Sumber : Dok. Medion)
Melihat peran penting dan signifikannya biaya ransum ini maka tidak mengherankan jika perhatian kita pun banyak terfokus pada hal ini. Berbagai cara kita lakukan untuk menekan biaya ransum. Setiap penghematan Rp. 1.000 harga ransum akan mampu menekan biaya pemeliharaan ternak sebesar 25% dari total biaya pemeliharaan. Meskipun demikian yang perlu menjadi pedoman kita ialah jangan sampai penghematan biaya ransum ini berakibat pada penurunan kualitas ransum maupun mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan ayam untuk tumbuh dan menghasilkan telur. Berberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menekan biaya ransum ialah :
   Seleksi Supplier Ransum secara Ketat
Supplier merupakan pihak yang menyediakan kebutuhan ransum kita. Sudah seharusnya kita melakukan seleksi yang ketat terhadap supplier ini. Dan sebaiknya kita memiliki setidaknya 2 supplier sehingga bisa menjadikannya kontrol antar supplier, baik kontrol kualitas maupun harga. Selain itu, suplai ransum diharapkan menjadi lebih terjamin.
Seringkali yang menjadi parameter kita dalam pemilihan supplier adalah harga. Hal ini adalah sebuah kewajaran mengingat harga merupakan hal yang penting. Namun, ada hal yang tidak boleh kita abaikan, yaitu kualitas. Perlu kita pahami lagi kualitas ransum ini berpengaruh terhadap produktivitas juga. Jika harganya murah namun kualitas jelek maka jangan berharap ayam akan berproduksi secara optimal, atau malah bisa menyebabkan ayam sakit.
Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mengkombinasikan keduanya. Dalam penentuan harga kita perlu cek dengan kualitasnya, perlu dibuat rasio antara harga dengan kandungan nutrisinya, terutama energi metabolisme (EM) dan protein kasar (PK). Misalnya ransum A harganya Rp. 3.500/kg dengan kadar EM 2.750 kkal/kg dan PK 18% dan ransum B harganya Rp. 3.400/kg yang mengandung EM 2.750 kkal/kg dan PK 17%, maka mana yang kita pilih? Jika berdasarkan harga yang murah maka tentu kita akan memilih ransum B. Namun sebenarnya pilihan itu kurang tepat Jika kita buat rasio harga : PK maka ransum A yang seharusnya kita pilih. Mengapa? Tidak lain karena harganya per 1% PK lebih murah ransum A (Rp. 194,4 tiap 1% PK) dibandingkan ransum B (Rp. 200 tiap1% PK).

    Memastikan Ransum yang Diterima Berkualitas
Setiap ransum datang sudah selayaknya kita melakukan quality control (QC). Hal ini untuk memastikan bahwa ransum yang dikirimkan sesuai dengan yang kita pesan. QC yang biasanya dilakukan meliputi fisik dan kimia. QC fisik mencakup bentuk dan ukuran, penggumpalan, warna, bau, rasa maupun ada tidaknya kontaminasi (bahan-bahan asing atau jamur). Jika kita menemukan ketidaksesuian pada QC fisik ini maka patut kita munculkan kecurigaan terhadap kualitasnya. Atau bahkan jika ditemukan jamur atau ransum menggumpal tidak jarang peternak yang langsung menolak kiriman ransum tersebut.
QC kimia, dilakukan dengan menguji sampel ransum dari beberapa bagian dari tumpukan ransum untuk melihat kadar nutrisinya. QC ini biasanya dilakukan melalui analisis proksimat (bisa dilakukan di MediLab) untuk mengetahui kadar air, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan abu. Selain itu perlu diketahui juga kadar kalsium, fosfor maupun kontaminasi jamur (aflatoksin). QC ini sebaiknya tidak hanya dilakukan saat penerimaan saja, namun juga dilakukan secara berkala terutama jika ada pergantian supplier ransum.


 Penambahan alas pada bagian bawah tumpukan karung ransum (Sumber : Dok. Medion)
Selain QC sampel ransum perlu sekiranya kita cek no batch maupun leaflet yang terdapat pada karung ransum. No batch ini bisa kita gunakan sebagai bahan pengajuan komplain maupun pengaturan penyimpanan dalam gudang.

    Manajemen Gudang Penyimpanan yang Optimal
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum ransum diberikan pada ayam. Kualitas ransum seringkali menurun saat berada di gudang, terutama jika kondisi gudang tidak memenuhi standar dengan manajemen pengaturan keluar masuknya ransum.
Gudang seharusnya tertutup, tidak tampias air hujan, memiliki sistem sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan suhunya optimal (26-280C). Selain itu, hindari juga adanya tikus atau hewan pengerat yang bisa mencuri ransum. Perlu disediakan juga label nama sehingga memudahkan kita mengenali ransum. Tak lupa pada setiap bagian bawah tumpukan karung ransum harus selalu diberi alas berupa balok kayu atau pallet plastik. Hal ini untuk menjaga agar ransum tidak menggumpal, berbau tengik, lembab dan tumbuh jamur.
Manajemen pengambilan dan pengeluaran ransum juga perlu dikontrol. Tentu kita sudah sering mendengar istilah FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out)? Ransum yang sudah mendekati masa kadaluarsa (expired date) atau yang pertama datang, hendaknya segera diberikan ke ayam. Disinilah pentingnya pembuatan label pada setiap kelompok ransum. Sebaiknya tumpukan ransum dibedakan berdasarkan supplier, jenis ransum maupun masa kadaluarsanya.
Kita pun perlu mengatur pola pembersihan, desinfeksi atau kalau perlu penyemprotan insektisida di gudang ransum untuk mengurangi serangga yang bisa menurunkan kualitas ransum. Selain itu, stok ransum di gudang sebaiknya minimal bisa memenuhi kebutuhan selama 1 bulan.

    Tata Laksana Pemberian Ransum yang Baik
Tata laksana pemberian ransum yang baik akan memastikan ayam memperoleh asupan ransum sesuai dengan kebutuhannya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Agar tujuan ini tercapai maka perlu memperhatikan :
  • Sesuaikan feed intake dengan kadar asupan nutrisinya
Feed intake (FI) ayam antar peternakan satu dengan yang lainnya seringkali berbeda meski strainnya sama. Pun demikian dengan kualitas ransumnya. Oleh karena itu FI ini harus disesuaikan dengan standar asupan nutrisi. Berdasarkan data dari ISA Brown Manual Management (2010), ayam petelur saat HD 2% sampai umur 28 minggu membutuhkan asupan PK sebesar 17,2 - 17,6% dengan FI 115 g/ekor/hari. Namun jika FI nya mencapai 120 g/ekor/hari maka kadar PK ransumnya menurun menjadi 16,7 - 17,2%. Jadi yang perlu diperhatikan ialah kadar PK sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan makannya (FI).
  • Pengaturan periode pemberian ransum
Untuk ayam dewasa pemberian ransum dapat dilakukan 2-3 x sehari sedangkan saat masa brooding bisa dilakukan 8-9 x sehari. Hal ini tidak lain agar nafsu makan optimal dan ransum tetap segar. Hendaknya dihindarkan pemberian ransum yang dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan penurunan nafsu makan dan kualitas ransum serta ransum menjadi lebih banyak yang tercecer.
  • Pengaturan tempat ransum
Tempat ransum ayam (TRA) yang akan digunakan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan diantaranya terbuat dari bahan yang aman (tidak toksik), awet, memudahkan ayam mengkonsumsi ransum dan mudah dibersihkan. Selain kualitas perlu diperhatikan juga jenis dan jumlah TRA yang digunakan. Untuk anak ayam (layer dan broiler) sampai umur 2-3 minggu hendaknya dipilih Nampan Ransum DOC (NRDOC) sedangkan ayam dewasa gunakan TRA 5 kg atau 7 kg. Untuk setiap 1.000 ekor ayam dibutuhkan sekitar 16-20 NRDOC dan 25-30 TRA 5 kg (Ketentuan ini merupakan pedoman umum yang dapat disesuaikan dengan kondisi peternakan).

    Modifikasi Ransum
Modifikasi ransum ini bisa disamakan dengan kita melakukan pencampuran ransum sendiri, baik yang sederhana (konsentrat, jagung, bekatul) maupun secara total (self mixing). Dengan demikian biaya ransum menjadi lebih murah. Namun, hal ini tentu memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus, yaitu sebagai formulator. Medion, saat ini telah menyediakan jasa ini, jika Bapak Ibu memerlukannya bisa langsung menghubungi tenaga lapangan terdekat.

Ransum menjadi komponen penting dan menduduki porsi terbesar dalam biaya produksi peternakan. Meningkatkan efisiensi ransum akan berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang akan kita peroleh. Selamat mencoba dan sukses selalu.

Info Medion Edisi Februari 2011
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

Musim Hujan Datang Ayam Tetap Senang

Musim Hujan Datang Ayam Tetap Senang


Modifikasi peternakan untuk menghadapi musim hujan dapat mengoptimalkan performa ayam
(Sumber : Dok. Medion)

Di Eropa, empat musim mengharuskan setiap pelaku peternakan melakukan modifikasi agar tumbuh kembangnya ayam tetap berjalan optimal, misalnya menggunakan closed house dan pengaturan lingkungan di dalamnya. Hal yang sama juga sebaiknya dilakukan di Indonesia. Meskipun hanya ada dua musim, karena karakteristik musim hujan dan kemarau berbeda sehingga penyesuaian pun perlu dilakukan. Dengan penyesuaian tersebut maka ayam akan merasa nyaman dan produktivitas maksimal dapat terus tercapai. Kuncinya ialah mau mencoba karena jika tidak dicoba tentu kita tidak akan tahu hasilnya.

Karakteristik Kondisi Peternakan di Musim Hujan
Kondisi peternakan saat musim hujan tentu berbeda dengan saat musim kemarau. Curah hujan yang tinggi, suhu yang lebih rendah dan kelembaban tinggi adalah karakteristik umum musim hujan. Ketiganya akan mempengaruhi beberapa komponen peternakan seperti air minum, pakan, kandang dan bibit penyakit.
1. Air Minum
Peningkatan curah hujan tentu akan menambah volume air tanah. Meski jumlahnya bertambah, hal ini justru sering memicu masalah baru yaitu penurunan kualitas air dan keterbatasan daya serap air oleh tanah.
Penurunan kualitas terjadi secara fisik maupun biologi (jumlah mikroorganisme). Secara fisik yaitu keruh, berbau dan bercampur lumpur. Air tanah yang bercampur lumpur akan mempermudah penyumbatan pipa-pipa air minum dan memicu terbentuknya biofilm (endapan di dalam pipa air minum yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit).
Terbatasnya daya serap air oleh tanah berpotensi menimbulkan dua masalah yaitu :
  • Timbulnya genangan air ataupun banjir
Baik genangan air maupun banjir sama-sama menimbulkan permasalahan pelik. Genangan air menjadi tempat ideal untuk berkembang biaknya parasit (serangga, cacing dan koksidia), bahkan bakteri terutama E. coli (penyebab colibacilosis) dan Haemophillus paragallinarum (penyebab korisa). Hal inilah yang memicu peningkatan jumlah kasus penyakit tersebut saat musim penghujan. Hal lebih buruk tentu akan terjadi bila banjir yang mencakup kerugian material (kerusakan dan hambatan transpotasi) maupun penyebaran penyakit.
  • Pencemaran air tanah oleh bakteri patogen
Banyaknya jumlah air yang menembus pori-pori tanah akan mengubah struktur tanah. Dampaknya ialah pori-pori tanah membesar sehingga memungkinkan air membawa serta bakteri patogen, misalnya E. coli dari tanah di lapisan atasnya menuju sumber air tanah. Inilah jawaban mengapa sumber air tanah dapat tercemar E. coli dan berbagai bakteri lainnya.

2. Pakan
Pakan merupakan substrat kaya nutrisi yang juga mudah lembab. Sifat mudah lembab ini menjadi celah untuk tumbuh dan berkembangnya mikro-organisme misalnya jamur. Saat musim hujan, kelembaban udara tinggi (80%) sehingga sangat mendukung pertumbuhan jamur terutama di pakan.

Pakan yang terkontaminasi jamur (berwarna hitam) dibandingkan dengan yang masih bagus
(Sumber : en.ergonomic.com)

Selain penurunan mutu pakan baik secara kualitas (penurunan kadar nutrisi) maupun secara kuantitas (penggumpalan dan kerusakan pakan), pakan terkontaminasi jamur juga beresiko tercemar mikotoksin. Mikotoksin adalah toksin (racun, red) yang dihasilkan oleh jamur. Fungsi mikotoksin bagi jamur sendiri, masih belum bisa dipastikan. Keberadaannya meningkat mengikuti pertumbuhan koloni jamur.
Dibandingkan itik, ayam relatif lebih tahan mikotoksin. Bagi ayam, mikotoksin menyebabkan kondisi immunosuppresif (gangguan kekebalan tubuh). Kondisi ini menyebabkan ayam mudah terinfeksi bibit penyakit. Meski begitu, ancaman kematian ayam secara serentak bisa terjadi.

3. Kandang
Kandang terbuka (open house) memang membuat ayam rentan terkena langsung dampak musim hujan. Naik turunnya suhu dan kelembaban, arah aliran angin yang fluktuatif, bahkan tampias air hujan yang masuk ke kandang adalah beberapa dampak langsung akibat datangnya musim hujan. Faktor tersebut tentu akan mempengaruhi stamina dan produktivitas ayam.
Pada kandang postal, litter menjadi mudah lembab sehingga rentan menggumpal. Litter yang menggumpal harus dihindari karena merupakan tempat akumulasi ammonia di dalam kandang.
Pada kandang panggung, faktor drainase (sistem pengaliran air, red) di sekitar kandang, letak feses terhadap tanah di sekitarnya dan ketinggian kandang terhadap tanah harus diperhatikan. Genangan air dapat timbul jika drainase di sekitar kandang kurang baik. Terlebih jika genangan air berada tepat di bawah kandang yang juga merupakan timbunan feses. Alhasil, feses menjadi becek dan menimbulkan sejumlah masalah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

4. Bibit Penyakit
Bibit penyakit di musim hujan sedikit berbeda dibandingkan musim kemarau. Penularan melalui udara yang sering muncul saat musim kemarau, memang agak berkurang di musim hujan. Tetapi penularan melalui air minum justru meningkat.
Namun hal ini tidak berarti penyakit pencernaan lebih dominan daripada penyakit pernapasan. Struktur anatomi ayam yang tidak mempunyai sekat pembatas hidung dengan rongga mulut menyebabkan ayam juga dapat terserang penyakit pernapasan melalui air minum misalnya korisa, CRD, AI, ILT dll.

Perdarahan di usus buntu akibat infestasi Eimeria tenella (koksidiosis), merupakan kasus yang sering merebak di musim hujan
(Sumber : Dok. Medion)

Peningkatan populasi serangga di musim hujan juga perlu diwaspadai. Lebih jauh, hal ini akan dijelaskan di bagian suplemen. Serangga inilah yang membawa agen penyakit di dalam feses ke tempat pakan dan air minum. Berbagai bibit penyakit di dalam feses dapat disebarkan dengan cara tersebut. Terlebih saat musim hujan, telur cacing dan bakteri E. coli memiliki daya ta-han lebih baik saat di luar tubuh ayam.

Modifikasi Peternakan
Beberapa perubahan lingkungan yang terjadi saat musim hujan sudah cukup untuk membuat ayam stres. Tanpa tindakan nyata, stres akan memicu penurunan daya tahan tubuh ayam yang akhirnya mengganggu produktivitas ayam. Melalui Info Medion ini, kami menawarkan modifikasi sederhana metode pemeliharaan saat musim hujan yaitu :
1. Modifikasi Air
Dominannya penularan penyakit di musim hujan melalui air minum harus ditanggapi dengan perbaikan kualitas air minum yaitu:
  • Pembuatan instalasi air minum terpadu
Membuatnya tidak serumit dan semahal kalimat di atas karena komponennya ada di sekitar kita. Intinya adalah membuat air minum memenuhi syarat baku mutu air, di antaranya adalah bebas dari bibit penyakit misalnya jumlah bakteri E. coli = nol/zero, jernih, tidak berasa dan tidak berbau.
Minimal, instalasi air minum terdiri atas penampungan air tanah pertama, pengendapan, penyaringan dan desinfeksi di torn masing-masing kandang. Prosesnya dimulai dari pengambilan air tanah menuju torn untuk diendapkan. Selain secara alami, pengendapan dapat dibantu dengan pemberian tawas (2,5 g untuk 20 liter air minum). Tawas juga dapat diberikan di kolam penampungan.
Air lalu dialirkan melewati penyaringan menuju kolam penampungan. Penyaringan bisa menggunakan kawat berlubang kecil yang diletakkan di bagian pertengahan atas torn. Lakukan pembersihan saringan dan pengangkatan endapan minimal seminggu sekali agar instalasi air minum tetap berfungsi optimal.
Di kolam penampungan air, dapat dilakukan berbagai tindakan perbaikan kualitas fisik air (bau, kejernihan, rasa dan sebagainya) yaitu melewatkan air melalui lapisan pasir, arang kelapa dan batuan. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Arang kelapa akan menyerap bau sedangkan batuan akan menjernihkan dan menahan pasir yang terbawa air. Terakhir, air dialirkan ke torn untuk didesinfeksi sebelum diberikan ke ayam.
Desinfeksi air bisa menggunakan Medisep 3 ml/10 liter air minum, Desinsep 30 ml/1000 liter air minum dan Neo Antisep 3 ml/7,5 liter air minum. Desinfeksi air sebaiknya dilakukan sesudah pengendapan agar desinfektan bekerja lebih efektif karena senyawa dalam desinfektan mudah terpengaruh oleh adanya molekul organik (molekul yang mengandung ion karbon) di dalam endapan tanah

Bagan penyaringan air minum sederhana
(Sumber : Dok. Medion)

  • Tindakan lain
Alangkah baiknya, jika pembuatan instalasi air dibarengi peninjauan kondisi sumur terhadap tumpukan feses dan pemeriksaan kualitas air minum. Jarak minimal keduanya ialah 10 meter. Makin dekat, air rentan terkontaminasi feses. Jarak yang sama juga berlaku untuk septic tank dan kolam pengolahan limbah lainnya.
Selain jarak, arah aliran air tanah juga patut diperhatikan. Sebaiknya sumber air tanah untuk sumur terletak lebih tinggi daripada sumber air di bawah tempat feses karena air mengalir dari tempat tinggi ke rendah. Jika tidak, air mengalir dari tempat feses ke sumur yang akan meningkatkan resiko pencemaran air sumur oleh bibit penyakit dari feses yang terbawa aliran air. Jika air sumur terletak lebih dalam, lakukan sanitasi air.

2. Modifikasi Kandang
Modifikasi pada kandang open house diharapkan dapat menekan dampak musim hujan bagi ayam.
a. Penanganan feses
Feses di bawah kandang panggung harus dibersihkan sebelum musim hujan datang. Selain karena faktor kualitas udara, feses yang kering “lebih bersahabat” bagi pekerja pengangkat feses. Bau yang menyengat karena akumulasi ammonia yang dikeluarkan dari feses yang basah beresiko mengganggu kesehatan pekerja. Feses basah juga mengandung bibit penyakit yang dapat menginfeksi pekerja seperti E. coli, Mycobacterium sp. dan Salmonella sp.
Setelah feses diangkat, tinggikan tanah di pertengahan bawah kandang dan buat melandai turun menuju luar kandang. Di luar kandang, buat parit kecil di sekitar kandang yang akan menampung air dari tumpukan feses menuju tempat pengolahan limbah. Sistem ini akan mencegah terbentuknya genangan air di bawah kandang, meminimalisir bau dan membantu mempercepat keringnya feses.
b. Penanganan litter
Di kandang postal, litter harus dijaga tetap kering. Segera ganti litter yang menggumpal jika hanya sedikit litter yang menggumpal. Dan tambahkan litter baru di atas litter lama jika banyak litter yang menggumpal dan segera angkat saat kosong kandang. Lebih berhati-hati saat mengganti air minum ialah satu tips mudah dan efektif mengurangi litter menggumpal.

Pembersihan feses di bawah kandang (kiri) pembuatan parit-parit di sekitar kandang akan mengalirkan air dan mencegah genangan air (kanan) (Sumber: Dok. Medion)
c. Perbaikan fisik
  • Pemeriksaan kondisi atap, dinding dan lantai kandang. Perbaiki atap yang bocor. Lebarkan atap jika dirasa tampias air hujan masih mengenai ayam. Dinding kandang harus mampu mengurangi kecepatan aliran angin yang masuk ke kandang. Ganti kayu yang lapuk dengan yang baru agar tidak menjadi sarang serangga
  • Tirai, sebagai dinding tambahan, harus difungsikan secara optimal. Manajemen tirai yang baik akan melindungi ayam dari cengkeraman suhu rendah dan angin, khususnya ayam usia muda. Keputusan membuka dan menutup tirai dapat disesuaikan dengan kecepatan angin, suhu maupun curah hujan
Tirai ditutup saat angin berhembus kencang, suhu rendah atau saat hujan lebat. Jika perlu, tirai dua lapis dapat digunakan. Sebaiknya pembukaan tirai dari atas ke bawah agar ayam tidak terkena dampak langsung dari perubahan cuaca
  • Desinfeksi kandang. Lakukan penyemprotan desinfektan ke kandang. Formades dan Sporades untuk kandang kosong sedangkan Zaldes, Medisep dan Antisep untuk kandang berisi ayam

3. Modifikasi Penanganan Pakan
Kualitas pakan harus tetap terjaga hingga dikonsumsi oleh ayam. Oleh karena itu, peternak sebaiknya melakukan beberapa tindakan yaitu:
a. Saat di gudang
Kelembaban udara yang relatif lebih tinggi (kelembaban ideal : 60%) dibanding musim kemarau menyebabkan jamur mudah berkembang. Perlu diketahui jamur sangat mudah berkembang saat kelembaban 80-90% dengan suhu 10-42oC. Lakukan serangkaian tindakan penanganan antara lain:
  • Memastikan kadar air dalam pakan tidak lebih dari 14%. Pakan yang memiliki kadar air lebih dari 14% lebih mudah ditumbuhi jamur karena lembab. Hal serupa juga akan terjadi bila pakan terkena percikan air atau berkontak dengan udara. Untuk itu, periksa juga apakah ada karung pakan yang sobek
  • Menambahkan anti jamur (mould inhibitor) ke dalam pakan. Biasanya mengandung asam yang bekerja mengubah pH pakan menjadi lebih rendah sehingga jamur tidak bisa tumbuh. Oleh karena itu, kadang mould inhibitor bisa berfungsi juga sebagai feed acidifier yang akan menurunkan pH lambung ayam agar jamur yang masuk ke tubuh ayam tidak dapat berkembang. Selain itu, merangsang pengeluaran enzim-enzim pencernaan sehingga nutrisi dalam ransum dicerna lebih baik
  • Toxin binder (pengikat racun misalnya mikotoksin) dapat ditambahkan ke dalam pakan. Salah satu contoh toxin binder adalah sodium bentonite
Penggunaan kayu sebagai alas pakan dapat mencegah pakan menjadi lembab
(Sumber : Dok. Medion)
  • Melakukan pembatasan masa penyimpanan pakan yaitu tidak melebihi 10 hari. Selain itu, sediakan alas di bawah tumpukan pakan agar tidak kontak langsung dengan lantai. Tindakan tersebut akan mencegah pakan lembab dan akhirnya menggumpal terutama yang paling bawah. Pilih kayu yang tidak mudah lapuk dan sulit basah seperti kayu jati dan meranti. Lakukan juga pemeriksaan berkala kondisi alas pakan agar tidak menjadi sumber jamur
  • Metode first in first out (FIFO) yang berarti pakan yang pertama kali datang adalah pakan yang pertama kali diberikan ke ayam
Selain jamur, perhatikan pula adanya kutu, tikus dan serangga. Hewan tersebut pun bisa memakan dan merusak pakan sehingga kadar nutrisinya menurun serta berpotensi menyebarkan penyakit.
b. Saat pemberian
Kualitas pakan cepat menurun saat terpapar udara. Oleh karena itu, lakukan pembagian pemberian pakan. Untuk ayam dewasa, dianjurkan pakan diberikan dua kali yaitu di pagi dan sore hari. Ikuti petunjuk pemberian pakan sesuai standar dari breeder. Dua tindakan tersebut akan menekan bahkan menghindari pakan tersisa yang dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur. Sebelum diberikan pakan, hendaknya tempat pakan dibersihkan dahulu dari sisa-sisa air dan pakan lama.
Tindakan membolak-balikkan pakan, selain akan menggugah selera makan ayam, juga dapat memperlambat penurunan kualitas pakan. Pakan yang tidak dibolak-balik akan memberi kesempatan jamur untuk menempel dan tumbuh di pakan.

4. Modifikasi Tubuh Ayam
Fokusnya adalah memperbaiki kondisi tubuh ayam agar tahan terhadap kondisi lapang. Oleh karena itu, peternak patut mengedepankan tindakan-tindakan pencegahan yaitu:
  • Pemberian multivitamin sebagai feed supplement seperti Fortevit dan Vita Stress akan meningkatkan daya tahan tubuh ayam
  • Melaksanakan program vaksinasi sesuai jadwal. Beri perhatian terhadap penyakit-penyakit yang meningkat saat di musim hujan seperti ND, AI, korisa dan IB
  • Melaksanakan program deworming (pemberian obat cacing) rutin terutama di peternakan layer yang memiliki masa hidup lebih lama. Beri obat cacing saat ayam berumur 1 bulan atau saat pindah ke kandang baterai. Pengulangan obat berdasarkan tipe kandang dan jenis cacing yang akan dibasmi. Untuk kandang postal berikan tiap 1 bulan sedangkan kandang baterai tiap 3 bulan. Menghadapi cacing gilik, deworming sebaiknya diulang tiap 1-2 bulan, untuk cacing hati tiap 3-4 bulan sedangkan cacing pita tiap 1 bulan
  • Cleaning program (aplikasi antibiotik sebagai tindakan pencegahan). Akan lebih efektif jika peternak juga memiliki data kejadian penyakit sehingga cleaning program dapat benar-benar dilakukan sebelum penyakit terjadi.
Lakukan dan lihatlah hasilnya. Semoga modifikasi sederhana ini bisa membantu Anda dalam menghadapi musim hujan ini. Sukses selalu!

Info Medion Edisi Januari 2010
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

Dasar Formulasi Ransum


Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan pola hasil panen pertanian (khususnya bahan baku ransum) menjadi menurun baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu) nya. Hal ini memicu terjadinya kenaikan harga ransum sehingga berimbas pada membengkaknya biaya ransum. Salah satu cara untuk mengurangi resiko membengkaknya biaya tersebut yaitu dengan membuat ransum sendiri (self mixing).

Tahapan Self Mixing
Tahapan dalam membuat ransum sendiri adalah :
1.   Mengetahui kandungan bahan baku ransum dan standar kebutuhan nutrisi ransum
Bahan baku ransum ayam sebagian besar merupakan hasil pertanian (berupa jagung, kedelai, bekatul), dimana pertanian di Indonesia saat ini masih tergantung pada musim. Hal ini ikut menentukan kualitas bahan baku ransum, sehingga dibutuhkan kecermatan dalam memilih bahan baku tersebut.
Pemilihan bahan baku ransum dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, kita dapat memilih berdasarkan sifat fisik seperti warna, tekstur, bau/aroma, ukuran partikel, bentuk, adanya bahan asing, adanya serangga seperti kutu dll. Untuk hal ini diperlukan pengalaman agar dapat menentukan kualitas secara baik.
Secara kuantitatif, pemilihan bahan baku ransum didasarkan pada analisis kandungan nutrisi secara lengkap seperti kadar air, protein kasar, lemak, mineral dll. Di dalam komposisi bahan baku kadang kala ditemukan adanya antinutrisi, seperti antitripsin, tanin, saponin maupun toksin (mikotoksin) yang akan bekerja mengganggu sistem organ di dalam tubuh ayam.
Oleh karena itu, kandungan nutrisi dari bahan baku ransum mutlak harus diketahui oleh seorang peternak untuk menyusun ransum. Data-data kandungan nutrisi dapat diperoleh dari buku, hasil penelitian, analisis laboratorium maupun data supplier. Selain kandungan nutrisi, jumlah kebutuhan nutrisi juga wajib diketahui. Dalam usaha peternakan ayam, kebutuhan nutrisi masing-masing ayam berbeda sesuai dengan periode pemeliharaan, jenis dan strain ayam

2.   Mendata bahan baku yang ada
Bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat ransum ayam yaitu jagung, bekatul, bungkil kedelai, tepung daging, tepung ikan, tepung tulang, tepung batu, DCP (dicalcium phosphate), minyak ikan, minyak kedelai, dll. Bahan baku yang akan digunakan harus memenuhi syarat yaitu :
  • Memiliki kandungan nutrisi yang baik
    Kandungan nutrisi yang perlu diketahui antara lain energi metabolisme (EM), protein kasar, lemak, serat kasar, air, kalsium, fosfor maupun asam amino. Bahan baku utama penyusun ransum biasanya dikatakan memiliki kandungan nutrisi yang baik jika memiliki kandungan EM dan protein kasar yang tinggi serta serat kasarnya rendah. Kandungan nutrisi yang baik tersebut terdapat dalam bahan baku yang kualitas fisik, kimia dan biologinya juga baik
  • Ketersediaannya kontinyu
    Bahan baku yang akan digunakan harus terjamin ketersediaannya (mudah didapat), karena pergantian bahan baku yang terlalu sering dapat menyebabkan stres dan gangguan produksi pada ayam. Di Indonesia, kontinyuitas atau ketersediaan bahan baku ransum secara rutin dengan kualitas yang stabil menjadi permasalahan yang cukup sulit diatasi. Terlebih lagi, jika penggunaan bahan baku tersebut masih harus bersaing dengan pemenuhan kebutuhan manusia, contohnya pada kasus ketersediaan jagung dan kedelai.
    Untuk menekan biaya ransum, hendaknya dalam self mixing kita dapat meminimalkan penggunaan bahan baku konvensional, contohnya seperti jagung dan kedelai tersebut. Ada baiknya jika kita bisa memanfaatkan bahan baku non konvensional yang ada di daerah sekitar peternakan seperti limbah perikanan, sorgum, bungkil kelapa sawit, bungkil biji matahari maupun tepung gaplek sebagai campuran ransum dalam self mixing
  • Harganya kompetitif
    Biaya ransum mencakup 70-80% dari seluruh biaya pengelolaan peternakan. Dengan harga bahan baku yang kompetitif diharapkan biaya ransum dapat ditekan
  • Tidak mengandung racun/antinutrisi
    Syarat mutlak bahan baku ransum yaitu tidak mengandung racun (toksik) yang dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas ayam. Selain itu, perhatikan juga zat anti nutrisi dalam ransum yang dapat menurunkan kecernaan ransum. Adanya zat antinutrisi seringkali menjadi faktor penghambat dalam pemakaian bahan baku ransum alternatif

3.   Melakukan formulasi ransum
Formulasi ransum biasanya dilakukan dengan menerapkan program optimalisasi. Yaitu pemakaian bahan baku yang optimal dengan harga serendah-rendahnya, namun mampu memenuhi kebutuhan nilai nutrisi yang dibutuhkan ayam. Untuk membuat suatu formulasi ransum dapat digunakan metode trial and error (coba-coba), rumus aljabar (person's square method) atau linier programming least cost formulation (Brill, WinFeed, dll).
Langkah-langkah dalam membuat formulasi ransum, pertama kita harus menentukan persentase pembatasan formulasi ransum yaitu batasan maksimal dan minimal suatu bahan baku dapat digunakan (dilihat dari kandungan nutrisi dan zat antinutrisi yang mungkin ada). Jika tidak dilakukan pembatasan, resiko kelebihan dan kekurangan nutrisi akan berdampak pada tidak tercapainya efisiensi ransum. Pembatasan harga juga perlu diperhitungkan.

Feed Supplement Sebagai Pelengkap Nutrisi
Seringkali dalam penyusunan ransum ini kurang diperhatikan kecukupan nutrisi mikro seperti asam amino, vitamin dan mineral. Hal ini bisa dikarenakan adanya keterbatasan data mengenai nutrisi tersebut. Ditambah lagi dengan sifat nutrisi mikro yang mudah mengalami kerusakan baik saat proses produksi, penyimpanan maupun distribusi sehingga kadarnya menurun, terutama untuk vitamin. Melihat kondisi ini perlu sekiranya kita memberikan penambahan feed supplement, yaitu pakan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mikro esensial tersebut.
Contoh feed supplement yang bisa kita tambahkan ialah Top Mix. Top Mix mengandung multivitamin, asam amino, mineral, antioksidan dan growth promoter antibiotic yang berfungsi meningkatkan kualitas ransum. Dosis penggunaan Top Mix bermacam-macam sesuai dengan jenis ayam, namun untuk ayam petelur, penggunaannya sebanyak 2-4 g Top Mix tiap kg ransum. Selain Top Mix, ada pula Mineral Feed Supplement A.
Selain dengan pemberian feed supplement, lakukan pula kontrol manajemen penyimpanan ransum, yaitu dengan :
  • Berikan alas (pallet) pada tumpukan ransum
  • Atur posisi penyimpanan ransum sesuai dengan waktu kedatangan (first in first out, FIFO) maupun expired date-nya (first expired first out, FEFO)
  • Simpan ransum dalam tempat yang tertutup dan terhindar dari sinar matahari langsung
  • Perhatikan suhu dan kelembaban tempat penyimpanan ransum
  • Sebaiknya ransum disimpan dalam gudang penyimpanan tidak lebih dari 21-30 hari agar kualitas nutrisi di dalamnya tidak menurun
  • Hindari penggunaan karung tempat ransum secara berulang dan bersihkan gudang secara rutin
  • Saat ditemukan serangga, segera atasi mengingat serangga mampu merusak lapisan pelindung biji-bijian sehingga bisa memicu tumbuhnya jamur

Dalam aplikasi di lapangan, untuk menekan biaya ransum selain membuat ransum murni self mixing dari beberapa bahan baku ransum yang tersedia, peternak juga dapat membuat ransum campuran. Ransum campuran yang dimaksud yaitu merupakan kombinasi antara ransum pabrikan dengan ransum hasil self mixing. Misalnya saja konsentrat yang dicampur dengan jagung, bekatul dan bahan lainnya.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa self mixing merupakan salah satu cara yang dapat diambil untuk menekan biaya ransum dalam usaha peternakan. Kunci keberhasilan self mixing itu sendiri bukan hanya tergantung dari cara kita memformulasikan ransum, melainkan juga kontrol terhadap kualitas dan kontinyuitas bahan baku yang kita gunakan. Dan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi mikro esensial, gunakan feed supplement. Salam.

Info Medion Edisi September 2011

Suhu dan Kelembaban Terkontrol, Ayam Nyaman

Suhu dan Kelembaban Terkontrol, Ayam Nyaman

Selain kualitas pakan, air minum dan udara, peternak juga perlu memperhatikan suhu dan juga kelembaban pada saat brooding. Tujuannya tentu agar si ayam nyaman sehingga produktivitasnya optimal.

Sistem Thermoregulatori Ayam
Disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh, dimana pada ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Namun saat berumur 0-5 hari, ayam masih belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Ayam baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal sejak umur 2 minggu. Oleh karena itu, peran brooder (pemanas) sangat penting untuk menjaga suhu kandang tetap dalam zona nyaman ayam (Tabel 1).
Tabel 1. Suhu dan Kelembaban Udara yang Nyaman Bagi Ayam
Sumber : Ross Manual Management, 2009 dan ISA Brown Manual Management (2007)
Selain suhu, kelembaban udara (kadar air terikat di dalam udara) juga perlu diperhatikan karena kelembaban akan mempengaruhi suhu yang dirasakan ayam. Hal ini disebabkan pengeluaran panas tubuh ayam dilakukan melalui panting.
Keterkaitan antara keduanya terhadap suhu yang dirasakan anak ayam tampak dalam Tabel 2. Dimana semakin tinggi kelembaban, suhu efektif yang dirasakan ayam juga semakin tinggi. Sebaliknya, ayam akan merasakan suhu yang lebih dingin dibanding suhu lingkungan ketika kelembaban rendah.

Tabel 2. Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu yang Dirasakan Ayam
Sumber : Ross Manual Management (2009)

Pengaruh terhadap Produktivitas
Saat suhu dan kelembaban udara tidak nyaman, ayam akan merespon dengan berbagai cara diantaranya :

1.  Saat suhu terlalu dingin
Saat suhu terlalu dingin, otak akan merespon dengan meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan panas. Dibandingkan ayam dewasa, efek suhu dingin lebih terlihat pada masa brooding ketika sistem thermoregulatori belum optimal.
Suhu yang dingin bisa disebabkan suhu brooding yang terlalu rendah, litter dingin atau basah maupun air minum yang terlalu dingin. Peternak dapat menganalisa penyebab suhu dingin dari tingkah laku anak ayam. Ayam yang berkerumun di bawah brooder, bisa dikarenakan suhu brooder terlalu dingin. Litter yang dingin atau basah juga bisa menampakkan gejala demikian, ditambah dengan perilaku ayam yang diam, meringkuk dan kondisi kaki yang basah. Toni Unandar (konsultan perunggasan), yang mengambil dari beberapa sumber menyebutkan, jika ayam nyaman dengan suhu kandang maka dalam tempo 15 detik setelah ditebar, DOC akan melakukan aktivitas biologis lanjutan seperti bergerak, makan atau minum.
Ayam berkerumun di bawah brooder menandakan suhu yang terlalu dingin
(Sumber : Anonimous)

2.  Saat suhu terlalu panas
Kasus heat stress lebih sering terjadi pada ayam dewasa karena lebih banyak menghasilkan panas sehingga lebih mudah stres. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mekanisme pengeluaran panas pada ayam adalah panting. Mekanisme ini biasanya menjadi jalan terakhir yang dipilih ayam. Sebelumnya ayam akan melakukan perluasan area permukaan tubuh (melebarkan/menggantungkan sayap) dan melakukan peripheral vasodilatation (meningkatkan aliran darah perifer terutama di jengger, pial dan kaki).
Saat panas, konsumsi pakan akan menurun sedangkan air minum justru meningkat, sehingga terkadang terjadi feses encer serta penurunan produktivitas akibat asupan nutrisi tidak terpenuhi dan gangguan metabolisme tubuh. Kematian juga sering ditemukan terutama jika panting sudah tidak mampu menurunkan suhu tubuh secara optimal.

Manajemen Suhu dan Kelembaban
Beberapa modifikasi yang bisa dilakukan agar ayam nyaman, yaitu :

1.  Membuat database suhu dan kelembaban di kandang kita
Bahasa mudahnya, pencatatan mengenai suhu dan kelembaban di kandang baik pagi, siang, sore, malam maupun dini hari. Termasuk pula respon ayam saat pencatatan, apakah ada yang panting. Dari sini akan terlihat rangkuman rentang suhu dan kelembaban ideal dimana tidak terjadi panting. Jadi ketika suhu atau kelembaban melebihi rentang ideal tersebut, peternak dapat segera bertindak.
Dalam satu kandang, minimal ada 3-5 titik untuk mengukur suhu dan kelembaban yaitu bagian depan, tengah, belakang, atas (dekat genting) dan lantai kandang. Agar lebih mudah dan cepat dalam pengamatan tempatkan Thermohygrometer di tiap kandang. Untuk kandang brooder, gantungkan sebuah Thermohygrometer di chick guard sedangkan untuk kandang postal tanpa brooder, Thermohygrometer ditempatkan di bagian tengah kandang dengan ketinggian 40-60 cm.
Gunakan Thermohygrometer untuk mendeteksi suhu dan kelembaban secara akurat dan cepat
(Sumber : Dok. Medion)

2.  Pengaturan kepadatan
Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan suhu kandang. Lakukan pengaturan kepadatan maupun memperluas kandang.

3.  Pemberian vitamin dan elektrolit
Vitamin C dan E akan membantu menekan efek heat stres maupun cold stress. Elektrolit akan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh ayam. Vita Stress dapat menjadi solusi yang menyediakan keduanya.

4.  Manajemen buka tutup tirai
Sistem ventilasi yang baik, sangat efektif untuk menurunkan suhu dalam kandang. Buka tirai kandang saat suhu meningkat. Saat angin bertiup kencang atau suhu turun, tirai kandang dapat diturunkan, dengan syarat bagian atas tirai tetap dibuka selebar 20-30 cm agar sirkulasi udara tetap terjaga.

5.  Penambahan kipas
Kandang yang terlalu lebar serta padat ataupun daerah peternakan yang memiliki kecepatan angin kurang, dianjurkan menambahkan kipas. Kipas dapat dipasang di tengah, ujung maupun samping kandang. Kecepatan kipas mengeluarkan udara juga perlu disesuaikan. Untuk ayam dewasa, dianjurkan tidak lebih dari 2,5 m/detik sedangkan untuk masa brooding, tidak lebih dari 0,3-0,6 m/detik. Perlu diperhatikan pula bahwa angin jangan langsung mengenai tubuh ayam (minimal dipasang 20-30 cm dari lantai).

6.  Sistem hujan atau kabut buatan
Sistem hujan buatan dilakukan di luar kandang sedangkan kabut buatan dilakukan di dalam kandang. Fungsinya sama-sama untuk menurunkan suhu saat cuaca mulai terasa panas, sekitar jam 10.00-14.00. Jika dinyalakan saat sudah panas (11.30-12.30), akan menyebabkan perubahan suhu yang tinggi sehingga ayam bisa semakin stres.

7.  Modifikasi konstruksi kandang
Bila memiliki dana berlebih, kami anjurkan untuk merekonstruksi kandang. Idealnya ketinggian kandang 1,5-2 meter dengan jarak antar kandang ialah 1 x lebar kandang. Atap dari genting dianjurkan karena dapat menahan panas sehingga kandang lebih dingin.

8.  Closed house
Bila mempunyai dana berlebih, Anda juga bisa membangun closed house sebagai solusi pamungkas meski investasinya juga relatif besar.

Semoga sekelumit keterangan kami dapat membantu Anda dalam mengontrol suhu dan kelembaban kandang. Sehingga ayam kita menjadi nyaman dan produktivitasnya optimal. Salam.

Info Medion Edisi Juli 2010
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).