Sunday 30 January 2011

Raja Itik Pedaging Baru


Berkembangnya resto bebek dalam tahun-tahun terakhir membuka peluang pasar bagi itik pedaging. Mampukah itik Raja menjawabnya?

Selama ini kebutuhan akan daging bebek (itik) untuk warung dan resto penyedia menu bebek dipenuhi dari pemotongan itik petelur muda atau yang sudah afkir. Tentu saja kualitas dagingnya tidak sebaik daging bebek yang memang dikembangkan sebagai pedaging. Jadi, dalam memasaknya perlu kiat tersendiri agar daging tersebut empuk dan tidak liat.

Pasokan itik pedaging bukannya tidak ada tetapi jumlahnya masih amat terbatas dibandingkan angka kebutuhan. Itik peking yang umumnya impor dari Taiwan dan Malaysia memasok restoran dan hotel papan atas. Sementara tiktok, silangan itik dan entog, dari dalam negeri baru berkembang beberapa tahun. Produksinya pun masih seret.

Dalam upaya mengembangkan itik khusus pedaging, Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi melakukan penyilangan dua jenis itik lokal, yaitu itik Mojosari jantan dan Alabio betina. Hasilnya, itik hibrida tipe pedaging ini dinamai itik Raja.

Proses menghasilkan itik Raja tersebut cukup lama. Hal ini lantaran tingkat stres itik Alabio yang cukup tinggi. Masing-masing induk diseleksi untuk mendapatkan keturunan dengan produktivitas yang paling tinggi. Baru tahun keempat, diperoleh hasil penyilangan yang dinilai optimal.

Kini produksi bibit itik Raja dilakukan Balai Pembibitan Ternak Unggul Kambing, Domba, dan Itik (BPTU KDI) Pelaihari, Kalimantan Selatan. Menurut Husni, Staf BPTU KDI yang dihubungi via telepon, “Kapasitas produksi bibit anak itik umur sehari (day old duck-DOD) berkisar 8.000—15.000 ekor per bulan.” Harga pasaran DOD jantan Rp1.000 dan yang betina Rp4.000 per ekor, belum termasuk ongkos kirim.

Lebih Cepat Tumbuh

Secara visual, itik Raja mempunyai postur lebih besar ketimbang tetuanya. Sikap berdirinya hampir tegak seperti botol. Warna bulunya cokelat kemerahan dengan bintik-bintik cokelat hitam pada bagian dada dan perut. Warna bulu kepala hitam dan terdapat warna putih di atas mata menyerupai alis yang akan hilang ketika dewasa. Paruh dan kakinya hitam.

Sebagai pedaging, itik Raja menawarkan beberapa keunggulan. “Pertumbuhannya lebih cepat daripada tetuanya,” ungkap Husni. Bobot siap potong 1,3 kg yang bisa dicapai dalam umur 6 minggu. Jumlah karkasnya (daging dan tulang tanpa kepala dan kaki) sebanyak 57,6%. Konsumsi pakannya juga sangat efisien dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,24. Bila dibandingkan itik lain, daya tahan hidupnya juga lebih tinggi dan tingkat stresnya lebih rendah.

Untuk mencapai kecepatan pertumbuhan seperti itu, itik Raja harus diberi pakan dengan nilai nutrisi yang memadai. Peternak bisa memberikan pakan jadi untuk ayam pedaging. Pakan ramuan sendiri juga boleh diberikan dengan mencampur konsentrat dan bahan baku sumber energi seperti dedak dan jagung. Rekomendasi kebutuhan gizinya untuk umur 0—6 minggu sebagai berikut: Protein 18—20%, energi metabolis 2.750—3.000 kkal, kalsium 0,6—1,1%, dan P (fosfor) tersedia 0,56—0,64%.

Peni SP

Tabel Perbandingan itik Alabio, Mojosari, dan Raja

Parameter

Jenis itik


Alabio

Mojosari

Raja

Umur (minggu)

6

6

6

Bobot badan (gram)

767,5

660

1.371

Rasio konversi pakan (FCR)

2,76

4,42

1,24

Alternative Pakan Ternak – Rumen Sapi



imageIsi rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum dimanfaatkan secara optimal  bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena isi rumen disamping merupakan bahan pakan yang belum tercerna juga terdapat organisme rumen yang merupakan sumber vitamin B.

Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi meliputi: air (8,8%), protein kasar (9,63%), lemak (1,81%), serat kasar (24,60%), BETN (38,40%), Abu (16,76%), kalsium (1,22%) dan posfor (0,29%) dan pada domba meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%), lemak (3,59%), serat kasar (24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%) (Suhermiyati, 1984). Widodo (2002) menyatakan zat makanan yang terkandung dalam rumen meliputi protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, fosfor 0,55%, abu 18,54% dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat yang terkandung didalamnya maka isi rumen dalam batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan bahan pencampur ransum berbagai ternak.

Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 - 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen (Tillman, 1991). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba lipolitik, (b) bakteri/mikroba pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba selulolitik, (e) bakteri/mikroba proteolitik Sutrisno dkk, 1994)

Jumlah mikroba di dalam isi rumen sapi bervariasi meliputi: mikroba proteolitik 2,5 x 10 pangkat 9 sel/gram isi rumen, mikroba selulolitik 8,1 x 10 pangkat 4 sel/gram isi rumen, amilolitik 4,9 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba pembentuk asam 5,6 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba lipolitik 2,1 x 10 pangkat 10 sel/gram isi dan fungi lipolitik 1,7 x 10 pangkat 3 sel/gram isi (Sutrisno dkk, 1994). Mikroorganisme tersebut mencerna pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan proein untuk membentuk mikrobial dan vitamin B.

Berdasarkan hasil penelitian Sanjaya (1995), penggunaan isi rumen sapi sampai 12% mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan ayam pedaging dan mampu menekan konversi pakan ayam pedaging.

Ramuan Pakan Tambahan Ayam Pedaging


Pakan tambahan bagi ternak biasanya terbuaut dari hasil limbah olahan, seperti: tepung limbah udang, ampas tahu, tepung tulang, dan lain-lain, bahan-bahan pakan tambahan tersebut dirasa cukup mahal dan cukup menguras kantong kita, untuk itu ada pakan tambahan alternatif yang dapat kita berikan sebagai pakan ternak ayam pedaging yang terdiri dari bahan-bahan herbal yang biasa digunakan untuk minuman kesehatan bagi manusia.




Disini kita coba mengulas bagaimana cara membuat pakan alternatif yang terbuat dari bahan herbal dan apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pakan tersebut.

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : kencur, temu kunci, lengkuas, jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, bengkuang, daun sirih, sereh, belimbing wuluh, kemangi, temu lawak, temu hitam, siapkan semua bahan masing-masing sebanyak 0,25 kg.

Cara pembuatannya :
1. Bahan-bahan dicuci sampai bersih.
2. Tiriskan bahan-bahan tadi tipis-tipis, lalu digiling.
3. Hasil gilingan tersebut dimasukkan kedalam jerigen ukuran 20 liter dan ditambahkan dengan 1 liter milaosse dan 1 liter EM-4.
4. Lalu tambahkan air bersih sampai penuh.
5. Kocok bahan-bahan yang telah dicampur tadi sampai merata.
6. Tutup rapat jerigen untuk proses permentasi secara anaerob.
7. Biarkan proses permentasi berlangsung selama 2 minggu, namun selama proses permentasi berlangsung sebaiknya gas dibuang dengan membuka tutup jerigen dan menutup kembali dengan rapat.
8. Setelah 2 minggu, hasil permentasi disaring dan disimpan secara anaerob ditempat sejuk sehingga kita bisa menggunakannya kapan kita inginkan.

Cara pemberian : dalam pemberian ramuan yang telah dibuat tadi ada baiknya diberikan pada minuman ayam dengan dosis pemberian untuk 1 liter air minum ditambahkan 2,5 ml bahan yang telah kita buat tadi.

Ramuan tadi dapat bermanfaat bagi peningkatan kerja organ pencernaan, meningkatkan nafsu makan.