Thursday 27 September 2012

Pemanfaatan Teknologi Pemuliaan dalam Meningkatkan Kapasitas Produksi Itik Lokal

⁠7. February, 2012⁠ ⁠by Admin POULTRY⁠ ⁠Edisi Februari 2012, Riset ⁠No comments⁠

poultryindonesia.com, Ada 3 kategori sistem pemeliharaan yaitu (i) sistem ekstensif, dimana ternak itik digembalakan dari 1 tempat ke tempat lain untuk mencari sumber pakan di sawah-sawah yang selesai dipanen, (ii) sistem semi-intensif, dimana ternak itik dipelihara di sekitar pekarangan rumah dan itik mulai diberi pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizinya, dan (iii) sistem intensif, dimana ternak itik dipelihara terkurung sepanjang periode produksi telur dan kebutuhan pakan disediakan oleh peternak seluruhnya.

Hal tersebut dikemukakan oleh L. Hardi Prasetyo seorang peneliti di Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor dalam acara seminar nasional dan kongres I Indonesia Society of Animal Agriculture (ISAA) di Semarang. Dengan mengangkat tema "Pengembangan Aspek Zooteknis untuk Mendukung Sumberdaya dan Ternak Lokal" dengan diikuti oleh para akademisi, praktisi dan peneliti di bidang peternakan.

Hardi Prasetyo mengatakan, bahwa pemeliharaan itik secara intensif menimbulkan konsekuensi meningkatnya biaya produksi. Untuk itu, agar usaha ternak itik tetap menguntungkan dan menarik bagi peternak diperlukan aplikasi teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, serta penerapan prinsip-prinsip ekonomis usaha. "Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah penggunaan bibit unggul yang dihasilkan dari penerapan teknologi pemuliaan pada ternak-ternak yang memang potensial, di samping pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak secara tepat.," ungkap Hardi Prasetyo.

Pengembangan bibit unggul

Hardi mencontohkan, seperti halnya pada berbagai komoditas ternak lain, itik juga sudah mengalami proses pemuliaan di beberapa negara. Bibit unggul itik petelur yang pasar utamanya di negara-negara Asia telah dihasilkan di Taiwan dan Vietnam melalui proses seleksi yang terarah. Itik petelur unggul Brown Tsaiya telah dihasilkan di Taiwan melalui proses seleksi selama 13 generasi dengan peningkatan produksi telur sampai umur 52 minggu dari 207 menjadi 229 butir dan umur pertama bertelur turun dari 126 hari menjadi hanya 108 hari tanpa mengurangi bobot telur. Seleksi terhadap sifat lain juga telah dilakukan di Taiwan untuk memperbaiki kekuatan kerabang telur, warna kerabang telur, fertilitas dan daya tetas telur.

Sedangkan di Vietnam, seleksi terhadap itik Co, yang diduga berasal dari Indonesia, dapat meningkatkan produksi telur selama 1 tahun sebesar14,5%. Untuk itik pedaging, di Taiwan telah dilakukan seleksi terhadap itik Manila (entog) dan itik Peking yang persilangan diantaranya menghasilkan itik Serati yang berbulu putih sebagai penghasil daging dan bulu halus (down feather). Di Perancis telah dikembangkan beberapa galur komersial dari itik Manila dan itik Peking pada tingkat GPS (Grand Parent Stock) dan PS (Parent Stock) untuk menghasilkan itik Serati sebagai penghasil daging dan hati (liver). Kriteria seleksi yang digunakan adalah terutama sifat-sifat produksi telur, kualitas karkas, dan sifat-sifat reproduksi.

Lebih jauh Hardi Prasetyo mengatakan, di Indonesia pemanfaatan teknologi pemuliaan juga telah dilakukan untuk menghasilkan bibit-bibit unggul ternak itik, baik petelur maupun pedaging. Peneliti di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) sendiri telah melakukan seleksi 5 generasi terhadap sekelompok itik Alabio dan itik Mojosari untuk menghasilkan itik hibrida petelur unggul hasil persilangan diantara kedua kelompok terseleksi tersebut. Hibrida tersebut, yang dinamakan Itik Master, mempunyai beberapa keunggulan yaitu (i) Rataan produksi telur setahun mencapai 71,5%, (ii) umur pertama bertelur 18 minggu, (iii) rataan puncak produksi telur mencapai 93,4%, (iv) konversi pakan 3,22, dan (v) anak itik jantan dan betina pada saat menetas dapat dibedakan dengan mudah dari warna bulunya.

"Hasil uji coba di tingkat peternak menunjukkan bahwa itik hibrida ini lebih unggul dari bibit induknya maupun silang balik kepada salah satu induknya, selama produksi telur 1 tahun," terang Hardi Prasetyo yang juga aktif sebagai pengurus organisasi Masyarakat Ilmu  Perunggasan Indonesia (MIPI) ini.

Untuk itik pedaging, Balitnak telah merintis pengembangan galur bibit unggul baru yang berasal dari kombinasi antara itik Peking dan itik Mojosari putih. Hasil persilangan tersebut mengalami proses seleksi selama beberapa generasi untuk memperoleh galur baru yang stabil, sesuai dengan kebutuhan konsumen dalam negeri, dan untuk sementara disebut itik PMp. Adanya bibit unggul pedaging baru ini diharapkan dapat menggantikan bibit itik Peking yang selama ini diimpor, dan juga menyesuaikan dengan selera konsumen lokal yang lebih menghendaki itik potong ukuran sedang.

Keunggulan bibit itik PMp ini adalah bulunya yang putih sehingga menghasilkan warna dan kualitas karkas yang tinggi, mencapai bobot potong dalam umur 8-10 minggu dengan konversi pakan sebesar 3,8. "Jika konsumen memerlukan ukuran karkas yang lebih besar maka itik PMp ini dapat disilangkan dengan entog jantan untuk menghasilkan itik serati dengan bobot potong mencapai 3 kg dalam 10-12 minggu," kata Hardi Prasetyo.

Implikasi dari tersedianya bibit unggul

Pengembangan bibit unggul sebagai galur komesial mampu meningkatkan produktivitas ternak itik lokal, melalui penerapan teknologi pemuliaan yang tepat sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Peningkatan produksi telur per individu betina induk dari bibit unggul dapat mencapai 10-15% jika dibandingkan dari sebelumnya proses pemuliaan pada pemeliharaan intensif, namun jika dibandingkan dengan induk yang dipelihara secara ekstensif atau semi-intensif peningkatan dapat mencapai 30-40%.

Hal ini jelas menunjukkan adanya peningkatan kapasitas produksi per ekor induk baik dalam menghasilkan telur konsumsi, telur tetas maupun itik potong. Selanjutnya, untuk memperoleh manfaat tersebut perlu ada pengembangan sistem produksi yang benar dengan unit pembibitan yang terarah, dan dengan orientasi komersial dan skala usaha ekonomis.

"Hal inilah yang sampai saat ini masih sulit diwujudkan karena pada umumnya pemeliharaan ternak itik hanya sebagai kegiatan sambilan atau musiman sebagai pengisi waktu kosong antar pertanaman padi atau tanaman pangan lain." Ungkap Hardi prasetyo.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Sunday 9 September 2012

Bebek Afkir

Bebek afkir selama ini tetap menjadi Primadona warung bebek,baik kelas kaki lima di pinggir jalan sampai dengan Restoran besar yang ada di mal.

Bebek afkir memang mempunyai kelebihan didalam kwalitas daging karena serat daging yang telah sempurna,sehingga kwalitas ketebalan daging relatif lebih tebal dibanding bebek muda.
Selain itu tulang yang keras membuat penampilan relative sedikit lebih enak dipandang karena jika digoreng tidak berubah bentuk karena menggulung.
Karena daging bebek afkir lebih keras,maka memasaknya relatif lebih lama yang dampaknya penyerapan bumbu lebih merasuk

Akan tetapi dari keunggulan yang ada di bebek afkir tersebut apalah artinya kalau ketersediaan bebek afkir tersebut tidak ada atau sulit mendapatkannya.
Karena sangat sulit supplier bebek afkir tidak berani menjamin keberlangsungan penyediaan bahan baku bebek afkir tersebut,yang dikarenakan permintaan jauh lebih besar dibandingkan produksi/penawaran .
Untuk memproduksi bebek afkir membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga peternak bebek khusus bebek afkir jarang ada.
Bebek afkir biasanya didapat dari bebek petelur yang sudah tidak berproduksi lagi , yang kira kira umur bebek diatas satu tahun,
Dengan lamanya waktu untuk mendapat kwalitas bebek afkir yang diharapkan,tentu saja tidak menguntungkan bagi peternak bebek pedaging ,kecuali bebek petelur.
Adapun jika ada saat ini harga bebek afkir sangat mahal di kisaran 45 ribu rupiah per ekor dengan ukuran berat kira kira satu kilo.

Untuk ruma makann skala kecil mungkin tidak masalah dengan supply tapi untuk ruma makaan skala besar atau yang ingin usahanya besar tentu harus memikirkan supply bahan baku tersebut,tidak mungkin rumahh makann buka tutup tergantung supply, sehingga keberlansungan supply salah satu faktor mutlak dalam usaha kuliner termasuk kuliner bebek goreng.

Melihat masa depan , dimana kondisi supply bebek afkir yang semakin sulit, berbanding terbalik dengan pertumbuhan usaha kuliner bebek, menurut saya sangat bijaksana jika pengusaha kuliner yang sudah terlanjur menggunakan bebek afkir mulai mempertimbangkan bebek muda.

Supply bebek muda relatif lancar,karena peternak bebek pedaging sekarang mulai sangat serius mengembangkan usahanya ,karena pada dasarnya usaha peternakan bebek bisa diupayakan seperti peternakan ayam pada umumnya dengan teknik yang disesuaikan dengan jenis unggasnya.
Yang dimaksud penulis seperti peternakan ayam adalah umur panen yang kurang lebih sama dengan ayam sekitar 50 hari dengan berat rata rata satu kilo.

Dengan. Waktu yang relative cepat,peternak bisa memperhitungkan usahanya ,sehingga kebutuhan daging bebek sepertinya ada titik cerah untuk pemenuhannya.

Harga karkas bebek muda memang relative lebih mahal dibanding ayam karena biaya produksinya lebih tinggi dibanding ayam.untuk ukuran satu kilo di konsumen rumaah makann adalah di kisaran 34 ribu rupiah , bandingkan dibandingkan dengan harga bebek afkir diharga 45 ribu rupiah di bobot yang sama, akan tetapi menurut pengalaman penulis untuk mengimbangi kwalitas efek penyusutan daging bebek yang digoreng pada bebek afkir ,berat bebek yang bisa menyamai adalah berat bebek muda diatas satu kilo, akan tetapi kwalitas bebek yang disajikan tergantung dari keahlian tukang masak masing -masing .
Perlu diingat terkadang porsi makanan bukanlah segalanya sehingga ukuran porsi bebek muda bisa bersaing atau sama dengan harga porsi bebek afkir

Sedikit bermain sebagai pengusaha kuliner.
Harga bebek afkir 45 ribu rupiah. Ada selisih sebelas ribu rupiah tiap ekor bebek.
Jika tiap hari warung kita butuh sepuluh ekor bebek maka akan ada selisih 110ribu/hari , selisih yang bisa dihemat jika menggunakan bebek muda tiap bulan adalah Rp.3.300.000 yang artinya. Tiap tahun pulang lebaran kita bisa menambah uang saku untuk sebesar Rp.39.600.000 hahhaha,yang artinya tiap tiga tahun bisa Umroh atau naik Haji.... (Mungkin ngak sih?)

Kembali ke topik semula, jika memikirkan regular menu menggunakan bebek muda adalah hal yang lebih menguntungkan,karena selain harga yang lebih murah,memasak bebek muda jauh lebih cepat sehingga penggunaan bahan bakar masak bisa lebih dihemat.

Bebek muda regular menu Bebek Afkir special Menu.
Keduanya membuat pengusaha kuliner lebih untung dan penggemar kuliner bebek mempunyai banyak pilihan untuk menikmati sajian daging bebek yang gurih, selain itu peternak bebek lebih bergairah dalam berusaha.



Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone