Thursday 10 March 2011

keunggulan itik mojosari




Keunggulan itik mojosari, itik Mojosari memeliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan itik-tik yang lain,  apa keunggulannya.. Itik Mojosari merupakan salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Itik ini berproduksi lebih tinggi dari pada itik Tegal. Itik Mojosari berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha ternak itik komersial, baik pada lingkungan tradisional maupun intensif. Bentuk badan itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar, enak rasanya dan digemari konsumen.
Ciri-ciri itik Mojosari, antara lain:
  1. Warna bulu kemerahan dengan variasi coklat kehitaman, pada itik jantan ada 1-2 bulu
  2. ekor yang melengkung ke atas.
  3. Warna paruh dan kaki hitam.
  4. Berat badan dewasa rata-rata 1,7 kg.
  5. Produksi telur rata-rata 230-250 butir/tahun.
  6. Berat telur rata-rata 65 gram.
  7. Warna kerabang telur putih kehijauan
  8. Masa produksi 11 bulan/tahun.
Itik Mojosari yang bertelur pertama kali pada umur 25 minggu memiliki masa produksi lebih lama, bisa sampai 3 periode masa produktif. Setelah umur 7 bulan produksinya mulai stabil dan banyak. Dengan perawatan yang baik produksi perhari dapat mencapai rata-rata 70-80% dari seluruh populasi.
Sumber: peternakandody.blogspot.com

Cara Membuat Kandang Bebek




Bagamana Cara membuat Kandang Bebek, sebelum melakukan Usaha Bebek, hal ini harus menjadi yang utama.  Sebab kadang bebek sangat berpengaruh sekali dengan kualitas dan hasil yang akan di peroleh.
Ok, sekarang lanjut bagaimana cara membuat kandang bebek yang efisien. syarat yang harus di perhatikan sbb:
1. Kandang bebek harus jauh dari cahaya
2.Bebek memerlukan ruang gerak yang bebes
Maka dari itu, kandang bebek harus yang bagus adalah. Kandang itik membujur dengan arah timur-barat, posisi ini akan mencegah masuknya sinar matahari sepanjang hari yang akan menyebabkan suhu kandang menjadi panas.
di karenakan bebek  memerlukan ruang gerak yang cukup besar, lebih besar daripada ayam, karena itik/bebek mudah kaget, jadi perlu ada ruang agak besar agar bebek bisa berlari. 2 ekor itik perlu kandang 1 meter persegi.
Tinggi kandang minimal 2 meter, agar sirkulasi udara cukup. Dan agar tidak susah membersihkan kandang/tidak perlu jongkok.
Sebaiknya sisi kandang terbuka, artinya tidak terbuat dari bahan tembok atau bahan lain yang menutupi. Tutupi dengan kawat bagian sisinya. 60 cm ke atas dari tanah, baru pake dinding, lebih baik pake tembok agar bisa menahan pantulan panas dari tanah. Pada saat bebek masih kecil dan belum tahan dingin, sekitar kandang ditutupi plastik/karung.
Cahaya matahari secara tidak langsung harus masuk ke dalam kandang.
berikut ini gambar  yang mungkin bisa digunakan untuk wawasan ataupun contoh kandang bebek yang bagus,
kandang bebek dari sisi samping
Untuk Melihat dalam real bisa dilihat seperti gambar di bawah ini.
Kandang Bebek
yups, Selesa sudah cara membuat kandang bebek, mungkin ini hal yang sangat biasa bagi yang sudah terbiasa. dan mungkin sangat membantu bagi yang belum pernah usaha bebek.

Jenis Jenis bebek Pedaging dan Petelur



Jenis Jenis bebek Pedaging dan Petelur, berikut ini ada beberapa jenis bebek pedaging dan petelur yang akan saya lampirkan, artikel ini diambil di sebuah situs yang membahas menganai bebek. ok lanjut…. dan simak dibawah ini.
Gambar diatas adalah bebek jenis Dutch Hookbill, dimana sesuai dengan namanya bebek ini berasal dari belanda. Dan dinegara asalnya bebek ini disebut Kromsnaveleend, jenis bebek ini sudah ada sejak abad ke – 17. Pada saat ini bebek ini dikembang biakkan untuk dipakai sebagai pameran atau exhibition, dengan mempunyai berat antara 2,3 kg sampai dengan 2,8 kg. Dengan ciri – ciri fisiknya adalah warna gelap yaitu warna abu abu dan coklat, sering disebut jenis Dusky. Dan jenis yang disebut  White-Bibbed yang hampir sama dengan jenis dusky tetapi mempunyai warna putih juga dibagian depan dan bagian bulu utama badannya. Ok.. itu sekilas penjelasan mengenai bebek jenis dutch hookbill. Lanjut ke jenis yang lainnya…
Nah kalo ini dinamakan bebek Buff Orpington jenis bebek ini pertama kali ditemukan oleh william cook dari orpington, kent, UK. Bebek ini pertama kali diperkenalkan pada khalayak ramai pada pameran Dairy Show, The Agricultur Hall (q.v), Islington, London pada bulan oktober tahun 1897. Bebek ini dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya, bebek jenis ini menghasilkan telur sebanyak 220 butir telur per tahunnya.
Bebek ini berjenis Swedia biru dimana jenis ini merupakan bebek peliharaan . Jenis bebek ini memiliki berat antara 12 sampai dengan 15 Kg, dan bebek jantan memiliki bobot yang lebih berat dibanding dengan betina. Bebek Swedia biru memiliki karakter yang tenang, serta menyukai areal yang luas dan bebas meskipun terkadang sering terlihat berdiam diri dibeberapa titik. Warna Biru pada bulu bebek jenis ini disebabkan heterosigositas dalam warna gen.
Ini adalah bebek berjenis  Aylesbury dimana bebek ini diternakkan selain untuk diambil dagingnya juga dipelihara untuk dijadikan bebek hias, Dengan bulu berwarna putih dan kaki berwarna oranye. Banyak yang mengira bahwa setiap bebek yang mempunyai bulu berwarna putih adalah bebek berjenis aylesbury padahal sebenarnya tidak demikian, karena sebetulnya bebek yang memiliki sedikit corak berwarna oranye atau kuning saat ini sudah tercampur keturunannya dengan jenis bebek peking.
ciri – ciri dari bebek jenis ini adalah perutnya menyentuh tanah ketika bebek ini berdiri diam. Bebek aylesbury merupakan jenis bebek yang termasuk langka, yang paling sering dijumpai pada saat ini adalah jenis bebek aylesbury yang telah disilangkan dengan jenis bebek pedaging yang lain.
Bebek ini pertama dikembangkan pada awal abad ke 18 di kota aylesbury yaitu kota yang berada  disebelah selatan london, dan kemudian dijadikan lambang dari kota ini. Kemudian ketika pada tahun 1873 dikenal bebek jenis peking, sehingga jenis bebek aylesbury disilangkan dengan jenis bebek peking. Yang berakibat pada sulitnya dijumpai jenis bebek aylesbury ras murni, tapi sekarang sudah mulai dikembangkan penangkaran jenis bebek aylesbury ras murni.
Ok… yang terakhir adalah jenis bebek yang dinamakan Ancona dimana bebek ini merupakan salah satu jenis bebek di dunia yang merupakan keturunan dari bebek Runner dari India dan bebek Huttegem dari Belgia. Bebek Ancona adalah salah satu jenis bebek yang langka, Jenis bebek ini dikembangkan di inggris pada abad ke 20, jenis bebek ini tidak diketemukan di Amerika , walaupun pada saat ini jumlahnya meningkat tapi telah dikategorikan sebagai bebek yang jumlahnya langka atau sedikit.
Jenis bebek ini bukan termasuk jenis bebek yang bisa terbang, sama seperti kebanyakan bebek yang diternakkan, sehingga mereka tidak bermigrasi. Bebek ini adalah jenis hewan yang tenang berkembang biak dengan baik di kolam, kandang dan peternakan. Jenis bebek ini merupakan pemburu yang baik, jenis makanan mereka adalah siput , serangga  atau jenis arthropoda dan sayuran hijau saudara terdekat mereka adalah jenis bebek murai  dan bebek hookbills. Jenis bebek ancona ini biasanya dapat bertelur antara 210 sampai 280 butir per tahunnya.
Jenis bebek ini mempunyai bentuk kepala oval dan sedikit cekung , paruhnya panjang, dengan bintik hijau dan bulu di bagian bawah mata. Bebek ancona dewasa memiliki berat sekitar 6.5 pounds. Memiliki leher yang panjang dan berbentuk huruf S dengan bagian atas lebih kecil dan bagian bawah yang lebih luas. Anak bebek memiliki warna bulu kuning dengan bintik bintik. Bebek  dewasa berwarna putih dengan motif bulu yang tidak sama dengan lainnya. Motif motif bulunya antara lain Hitam dan Putih, Biru dan Putih, Coklat dan Putih, Silver dan White, Lavender dan Putih, dan 3 warna .Paling umum adalah hitam dan putih, sedangkan kakinya berwarna  oranye.

peluang usaha bebek pedaging


usaha beternak bebek ini sesuatu peluang usaha yang
riil, namun kalau menguntungkannya masih cenderung bagaimana ketepatan
strategi yang di terapkan dalam berternak.

Dengan terapan harga jual bebek hidupnya kiloan, lebih baik
daripada harga ekoran, karena bulu dan ekornya tidak diperdagangakan.
Dalam upaya sebagai peternak, untuk lebih dihargai hasil produksi
dagingnya, sehingga end costumers pun juga diuntungkan.

Diketahui bahwa supply bebek pedaging umumnya masih menggunakan bebek
afkir (bebek petelur sudah tidak produktif, umur lebih 1 tahun), dan bebek
muda kualitas seadanya (kecil dan tidak seragam ukurannya). Sehingga
resiko diskontinyu bahan baku "krisis bebek" secara periodikal akan
terjadi dan pasti akan berulang kembali, disebabkan para peternak/produsen
dipengaruhi oleh cuaca dan musim tanam padi.
Kendala ketersediaan bahan baku tersebut akan berdampak terhadap
eksistensi dan perkembangan usaha kuliner bebek. Apalagi sikon jabodetabek
sedang booming menu kuliner bebek, untuk 3 tahun terakhir cukup fenomenal
dan menjadi primadona ("majalah FLONA edisi maret 2009").

Ketidakjelasan harga bahan baku :
Harga pasaran sangat fluktuatif, sementara belum ada grade yang jelas.
Yang terjadi harga berlaku dari area masing-masing sumber
produsen/peternak, seberapa besar quantity yang tersedia, seberapa kuat
modal si supplier nya dan seberapa tinggi daya beli pengusaha kulinernya
"end costumers".

Untuk ilustrasi usaha peternakan bebek khusus pedaging, idealnya produksi
estafet minimal 1.000 ekor /7hari dengan masa produksi 10 minggu (total
10.000 ekor) berat dicapai bebek hidup minimal 1,4 kg, berat karkas dengan
kepala 1,0 kg (cukup proporsional jika bebek disajikan di bagi 4 potong).
Harga jual Jabodetabek 33,800 /pcs karkas utuh 1,0kg.

PENGETAHUAN BEBEK POLA BETERNAK BEBEK DNG MENGENAL SEJARAHNYA





1. SEJARAH SINGKATItik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).

2. SENTRA PETERNAKAN
Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yangmempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.

3. J E N I SKlasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1) Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
2) Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
3) Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.

4. MANFAAT
1) Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
2) Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
3) Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
4) Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.
5) Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

5. PERSYARATAN LOKASIMengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam beberapa periode produksi.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYASebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu (1).Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan Ternak; (4). Tata Laksana dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.
Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%
Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang
Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:
a. kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD
b. kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok
c. kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
Kondisi kandang dan perlengkapannyaKondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen

6.2. PembibitanTernak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.
1) Pemilihan bibit dan calon indukPemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :
a. membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya
b. memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
c. membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.

2) Perawatan bibit dan calon induk
a. Perawatan BibitBibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.
b. Perawatan calon IndukCalon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.

3) Reproduksi dan PerkawinanReproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).

6.3. Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan PreventifSanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.
Pengontrol PenyakitDilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.
Pemberian PakanPemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:
a. umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)
b. umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai
c. umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.
d. umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).
Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baik tempat ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul, tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :
a. umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya asam seperti untuk anak ayam.
b. umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad libitum (terus menerus)
c. umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.

6.
Pemeliharaan KandangKandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.


7. HAMA DAN PENYAKITSecara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
1) penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa
2) penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:
1. Penyakit Duck CholeraPenyebab: bakteri Pasteurela avicida.Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2. Penyakit SalmonellosisPenyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret.Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.

8. P A N E N8.1. Hasil UtamaHasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik
8.2. Hasil TambahanHasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga

9. PASCA PANENKegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:
a) Pengawetan dengan air hangatPengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
b) Pengawetan telur dengan daun jambu bijiPerendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
c) Pengawetan telur dengan minyak kelapaPengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.
d) Pengawetan telur dengan natrium silikatBahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.
e) Pengawetan telur dengan garam dapurGaram direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25- 40% selama 3 minggu.

SEBELUM BETERNAK BEBEK PERTIMBANGKAN METODENYA




Sebelum memulai usaha peternakan bebek, tentunya hal yang pertama dilakukan adalah pembuatan kandang, karena kandang sangat menentukan keberlangsungan
usaha peternakan bebek kedepan, apakah nantinya usaha tersebut untuk usaha bebek pedaging ataupun usaha bebek petelur. Pada prinsipnya adalah bagaimana mengusahakan itik/ bebek merasa nyaman di dalam kandang, karena kita ketahui bersama ada standarisasi dalam pembuatan kandang, atau dalam bahasa lain kandang yang memenuhi syarat salah satunya adalah kandang tersebut harus dalam keadaan kering, khususnya kandang untuk tempat istirahat bebek maupun kandang untuk tempat bertelur bebek. Hal ini juga berlaku untuk pemeliharaan bebek pedaging, jika kandang tempat istirahat bebek basah, atau becek, maka hal ini membuat tidak nyaman, sehingga bisa menghambat pertumbuhan bebek, ataupun mengurangi produktifitas telur yang dihasilkan.
Kandang yang akan kita buatpun masih mempunyai 2 pilihan, apakah pilihan dalam pembuatan kandang tersebut menggunakan system basah, atau bahkan kandang tersebut menggunakan system kering. Masing- masing system tersebut mempunyai keunggulan atau kekuatan masing- masing.
1. system basah mensyaratkan bahwa kandang tersebut harus ada tempat mandi untuk bebek, dengan kata lain bebek bisa bermain air setiap harinya, keunggulan pada system ini adalah kalau dengan tujuan pembudidayaan bebek petelur untuk ditetaskan maka system ini paling bagus, karena dengan adanya kolam air maka intensitas kawin lebih tinggi dibandingkan system basah. Selain itu kelebihan lainnya adalah bahwa system ini bagus digunakan agar pada saat musim hujan datang, produktifitas telur pada itik tidak menurun drastis.
2. system kering merupakan kebalikan dari system basah, dimana dalam kandang tersebut tidak ada kolam untuk mandi, air hanya untuk media air minum saja dan cuci kepala itik saja. Kelebihan dari system kering ini adalah bebek/itik dapat berproduksi secara optimal, karena energi yang diperoleh dari makanan sepenuhnya digunakan untuk memproduksi telur, selain itu kelebihan lainnya adalah bahwa system ini meminimalisir bau yang diakibatkan kotoran bebek. Selain itu system kering juga sangat menghemat lahan, daripada system basah yang harus ada alokasi lahan untuk mandi dan berenang itik.
Memilih system basah atu kering sepenuhnya tergantung kepada anda, karena masing- masing mempunyai kelebihan.

Tips beternak bebek dari senior

 ini datang dari peternak yang secara mendalami soal beternak bebek dari pengalamannya sehari hari bergaul dengan ternak bebek nya.
Pilihlah telur bebek yang agak bulat. Terawanglah, biasanya di dalam telur terdapat tanda bulat. Pilihkah telur bebek yang bercangkang agak tebal. Cara mengetahui ada tidaknya tanda bulat (embrio) di dalam telur dengan beberapa cara:
- Memakai kotak yang dilubangi,sebesar telor,di bawahnya diberi
lampu/cahaya.
- Tidak terlihat bintik-bintik pada cangkang(mulus).
- Kuning telor tidak pecah.
- Usahakan telur baru dan bebek cukup umur.
berpacu bersama bebek ku sayang 300x199 Tips beternak bebek dari senior

PRODUKSI BEBEK PEDAGING BERKUALITAS



Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut : 1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik, terutama dari sumber protein hewani. 2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil tau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala/kulit udang dan lain-lain. 3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan dan produksi telur. 4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering. 5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar jangan saling berebutan pada waktu makan. . Formula ransum anak itik yang memenuhi syarat : Jagung giling (25%) + dedak halus (40%) + Ubi Kayu (5%) + Tepung Ikan (20%) + Bungkil kelapa (5%) + Bungkil kedele 5%, campurkan dengan 1 tutup botol Biotama 2 dan sedikit air, lalu berikan kepada itik tsb. Jika umur itik 1 minggu kebutuhan makanannya : 15 gr/ekor/hari, umur 2 minggu 30 gr / ekor/hari, umur 3 minggu 40 gr / ekor/hari, umur 4 minggu kebutuhan makanan organik sebanyak 60 gr/ekor/hari. . Ukuran kepadatan kandang untuk ukuran 1 x 1 meter dapat menampung : Anak itik : 10 – 20 ekor . Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan. . Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni : 1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%. 2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%. 3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan ketrampilan, memegang peranan paling besar yakni 50%. . Pemeliharaan Anak Itik Sebelum anak itik ditempatkan setelah menetas, yaitu pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, harus dilakukan persiapan sebelumnya seperti penyemprotan kandang agar bersih dengan menggunakan Biotama 3 (2 – 3 tutup botol Biotama 3 dilarutkan dalam 1 liter air). Pengaturan lampu pemanas dalam lingkaran tripleks tersebut agar kesehatan anak itik terjamin. . Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin, usahakan dinding kandang ditutup dengan tirai plastik. Seelah 4 hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari, dan pda malam hari ditutup kembali. Pada umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih diperlukan. Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat diperlukan sampai umur 3 minggu. Pada umur diatas 4 minggu lampu digunakan hanya sebagai alat penerang saja. . Suhu alat pemanas yang baik adalah sebagai berikut : - Minggu I : 32°C - Minggu II : 27°C - Minggu III : 21°C . Untuk melihat suhu (panas) yang baik untuk anak itik dapat dilihat dari penyebaran anak itik di bawah alat pemanas dalam lingkaran triplek (pelingkar). . Anak itik yang baru di beli dari Poulty Shop atau dari tempat yang cukup jauh, setelah dimasukkan dalam pelingkar tadi jangan tergesa-gesa diberi makan. Akan tetapi diberikan dahulu minuman segar, berupa susu atau air gula. Hal ini untuk menghindari “stress” karena perpindahan tempat. Setelah lebih kurang 1 jam, itik diberi makan sedikit demi sedikit tetapi sering agar makanan tidak terbuang dan diacak-acak. Setelah 1 minggu pertama, berilah air segar yang dicampur “antibiotika alami” yaitu Biotama 5 , kunyit dan asam jawa. 1 ruas kunyit ditambah 1 cm asam jawa potongan (haluskan) tambahkan 1 -2 tutup botol Biotama 5 dan air hingga 1000 ml. Masukkan dalam botol aqua besar, tutup rapat lalu kocok kocok. Minuman segar ini bisa disebut dengan ”jamu ternak”. Berikan minuman ini 1 minggu sekali. Hal ini untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan yang seragam, juga untuk menghindari kepekaan terhdap gangguan penyakit selama pemeliharaan program intensifikasi pertanian menjadi program nasional, pemeliharaan itik secara tradisional atau dengan digembala memang sangat menunjang konsep pengendalian hama pertanian secara terpadu. Itik umumnya mencari makan di permukaan sawah dan sekitar batang/rumpun pada batang padi. Namun sejak penggunaan obat-obatan pembasmi hama pertanian makin intensif dan adakalanya dosisnya berlebihan, kasus keracunan itik sering menimbulkan konflik sosial. Pemeliharaan itik secara tradisional makin mengandung resiko besar. . Melihat gambaran ini, mengubah kebiasaan cara pemeliharaan dari cara tradisional ke arah pemeliharaan intensif memang perlu, sebab bagai manapun juga mempertahankan pemeliharaan tradisional dimasa mendatang tidak bisa diharapkan. Hal ini disebabkan pertama, makanan itik disawah atau dihabitatnya makin langka akibat penggunaan obat-obatan pembasmi hama; kedua, tingkat produktifitas itik yang dipelihara secara tradisional makin kurang nilai ekonominya, hanya bekisar antara 10-41% atau rata-rata 22,5% (lebih kurang 80 butir telur setahun). Hal ini menuntut para ilmiawan untuk memperkenalkan metode baru dalam mengelola ternak itik. Tentu saja tehnik pemeliharaan secara terkurung menuntut berbagai disiplin iilmu dan teknologi yang perlu diterapkan oleh peternak. Namun sebenarnya tuntutan tersebut tidaklah merugikan peternak, malahan akan memberikan hasil yang baik. . Pedoman nutrisi pakan itik yang baku di Indonesia sampai sekarang memang belum ada, akan tetapi para peternak sendiri yang meramunya secara mencoba-coba. Para peternak biasanya menyusun pakan ternak itiknya berpedoman kepada formula dari luar negri, kemudian disesuaikan dengan bahan pakan yang ada di Indonesia. .

Pembesaran Pada Itik Pedaging



pada tahap ini adalah merupakan tahap penting dalam budidaya itik
pedaging, tentunya tahap yang sudah dilalui adalah tahap pembuatan
kandang dan penyediaan bibit dari itik pedaging tersebut. pada tahap
pembesaran ini merupakan penentuan apakah usaha ini dikategorikan
berhasil atau tidak. karena budidaya itik pedaging ini memerlukan waktu
antara 50 sampai dengan 60 hari maka untuk itu dibagi dalam 2 fase,
yaitu fase starter dan fase finisher, meskipun kita ketahui dalam
pembagian fase ada 3 yaitu starter, grower dan layer, nah pada masa ini
hanya fase starter dan grower saja, jadi panen dilakukan pada masa
grower.

begitu bibit itik datang maka itik jangan langsung diberi
makan dan minum tapi diamkan dalam beberapa menit dahulu sehingga itik
tenang baru diberi air minum, dalam air tersebut lebih baik jika diberi
air gula, atau untuk penggantinya bisa diberikan vitamin (vitachick,
vita stress, fortevit dsb). pemberian minum janganlah terlalu berlebih
artinya dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah tempat minum harus
seefisien mungkin jangan samapi tempat minum digunakan untuk mandi,
karena jika pada masa 1-7 hari ini tubuh bibit itik basah maka
mengakibatkan kedinginan dan berujung pada kematian. pemberian pakanpun
harus juga diperhatikan, untuk fase ini pakan di berikan sesering
mungkin, jadi jika pakan habis maka langsung ditambah, karena hal ini
akan memacu pertumbuhan secara progresif, termasuk tempat pakan
haruslah memadai, prinsipnya tempat pakan harus bisa mengakomodir
seluruh itik, jangan sampai karena tempat terlalu kecil akhirnya itik
berebutan dan beberapa ada yang tidak kebagian maka hal ini akan
berpengaruh pada pertumbuhan itik. kandang untuk tahap starter ini
harus benar- benar diperhatikan, begitu juga luas kandang, jangan
sampai terlalu padat, karena ini sangat mempengaruhi pada pertumbuhan
itik. pada masa 2 minggu lebh itik bisa dipindah dari kandang starter
(boks) ke kandang liter, pada masa 3 minggu keatas pakan perlahan lahan
bisa dirubah dari pakan jadi dengan kadar protein 20% s/d 22% menjadi
pakan racikan dengan komposisi konsentrat dengan dedak, jagung, roti,
nasi kering, dsb, dengan kadar protein total 19% s/d 20%, ketika itik
sudah berumur 50 hari maka dalam kondisi normal bobot hidup bisa
mencapai 1,2 kg sampai dengan 1,3 kg.

Permasalahan yang di hadapi oleh peternak bebek / itik




Penulis: RikmaRachman



Dalam dunia peternakan,  permasalahan praktis selalu bermunculan , masalah yang dihadapi  itu terkadang tampak sepele, ringan dan gampang , tetapi tidak jarang juga masalah yang datang juga tampak besar, rumit dan bahkan menakutkan.



Dalam mencari kiat permasalahan khususnya dalam dunia perbebekan yang memang belum ada standar yang pasti  dalam pemeliharaan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya bisa dengan mencoba sendiri,  dengan bertanya kepada peternak yang sudah berpengalaman,  dengan bertanya pada para praktisi, dengan mencari rujukan kepada berbagai media buku peternakan dan media masa tentang peternakan, dan juga dengan membuka berbagai situs internet yang membahas tentang seputaran dunia unggas perbebekan / itik. 



Dunia peternakan bebek / itik memang sudah lama di kenal oleh masyarakat kita, namun sayang populasi , produktivitas, dan pertumbuhannya dapat  dikatakan masih berjalan lamban.







Seperti usaha lainnya, bisnis beternak bebek/itik tidak lepas dari berbagai kendala,  masalah,  dan resiko sejauh ini kendala yang sering timbul adalah disebabkan oleh :



   1. Kurangnya ketersediaan bibit  berkualitas ( keseragaman induk ) di sebabkan oleh kurangnya pemahaman para breeder (penetasan) tentang pentingnya faktor genetika hasil tetasannya yang berdampak luas terhadap dunia perbebekan / itik ini. Contoh kasus : banyaknya jenis bebek/itik petelur yang produktivitas bertelurnya yang makin lama makin menurun. Kiat untuk memecahkan masalah tersebut adalah peternak harus mempunyai sumber yang dapat di percaya untuk mendapatkan bibit bebek/itik petelur ataupun untuk pedagingnya.

   2. Tata cara pemeliharaan yang masih menganut sistim tradisional dan semi intensif, yang belum ada kesepakatan standar yang baku. Sebab tiap masing masing daerah peternakan bebek/itik ini mempunyai cara caranya masing masing untuk memelihara ternaknya. Contoh kasus: dari setiap sentra peternakan bebek/itik tidak dapat ditemui kesamaan tentang pola pemeliharaan, sistim perkandangan, pakan ,dll. . Kiat untuk melaksanakan pemeliharaan dengan baik  dan benar yang perlu diperhatikan adalah :



          * Pemilihan tempat dan kondisi lingkungan berdasarkan pada jenis bibit yang akan di ternakan, sistim perkandangan , kualitas dan kuantitas pakan serta ketersedian air yang cukup.

          * Perencanaan usaha ternak bebek/itik  meliputi ukuran unit usaha, segmen usaha bebek/itik yang dipilih ( petelur, pembibitan, pedaging,dll)

          * Perencanaan pembuatan kandang berdasarkan pada tata letak kandang, ukuran kandang, kepadatan kandang, dan bahan pembuatan kandang.

          * Perencanaan metode beternak bebek/itik berdasarkan pada pertimbangan biologis dan ekonomis, cara pengelolaan, dan rencana tahunan.

3. Disamping bebagai masalah diatas, masalah lain yang menghadang adalah Pakan. Jika pemberiannya tidak dilakukan secara tepat dan benar justru akan menimbulkan masalah baru, sebab  masing masing di setiap daerah peternakan jenis dan pola pakannya berbeda beda. Kiat untuk mengatasinya adalah  minimal peternak harus dapat mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk ternak bebek/itiknya, dan juga mengetahui kandungan nutrisi bahan yang akan digunakan untuk pakan bebek/itik pada masa awal pertumbuhan (starter), pertumbuhan (grower) , petelur atau pedagingnya.



Dengan memperhatikan permasalahan dan kendala di atas, saya berharap di masa yang akan datang dunia perbebekan/itik ini akan mengalami kemajuan di berbagai bidang, diantaranya :



          * perbaikan genetis terhadap jenis bebek/itik yang diternakan untuk memperoleh keturunan bebek/itik dengan kriteria tertentu. Meskipun sudah banyak yang berusaha mengembangkan tetapi hasilnya masih belum banyak dirasakan oleh kebanyakan peternak.

          * Perbaikan metode budidaya bebek/itik

          * Perbaikan Aspek sosial ekonomi dari penduduk dikaitkan dengan usaha dunia perbebekan/itik ini.



Demikianlah  sedikit ulasan yang saya tuangkan dalam tulisan ini semoga dunia peternakan bebek/itik kita dimasa yang akan datang dapat mengalami perbaikan dan kemajuan lebih baik dari saat ini .

PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK


PERATURAN MENTERI PERTANIAN

Penulis : Data dan Pelaporan Ditjennak

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR :36/Permentan/OT.140/3/2007
TENTANG
PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK
(GOOD FARMING PRACTICE)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa pemberian pelayanan, pelaksanaan pembinaaan dan pengembangan peternakan itik pedaging telah menjadi kewenangan kabupaten/kota;
b. bahwa atas dasar hal tersebut di atas dan sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dipandang perlu menetapkan Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik (Good Farming Practice) dengan Peraturan Menteri Pertanian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3509);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);
11. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
12. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/ Kpts/OT.140/7/2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/ OT.140/1/2007;
14.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/ Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/1/2007;
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/PD.430/6/2005 tentang Pedoman Pembibitan Itik Yang Baik
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pemeliharaan Unggas di Pemukiman;
Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penanganan dan Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK (GOOD FARMING PRACTICE).
KESATU : Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik (Good Farming Practice), seperti tercantum pada lampiran Peraturan ini.
KEDUA : Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU merupakan dasar bagi pemberian pelayanan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan budidaya ternak itik pedaging yang baik (good farming practice).
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Maret 2007
MENTERI PERTANIAN,
ttd
ANTON APRIYANTONO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Dalam Negeri;
2. Gubernur provinsi seluruh Indonesia;
3. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
4. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan Kesehatan Hewan di provinsi seluruh Indonesia;
5. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan Kesehatan Hewan di kabupaten/kota seluruh Indonesia.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 36/Permentan/OT.140/3/2007
TANGGAL : 26 Maret 2007
PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK
( GOOD FARMING PRACTICE )
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Di Indonesia, itik umumnya diusahakan sebagai penghasil telur namun ada pula yang diusahakan sebagai penghasil daging. Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional di mana itik digembalakan di sawah atau di tempat-tempat yang banyak airnya, namun dengan cepat mengarah pada pemeliharaan secara intensif yang sepenuhnya terkurung.
Pergeseran pola/sistem budidaya itik ini disebabkan oleh berkurangnya tempat penggembalaan antara lain karena makin intensifnya penanaman padi di sawah, konversi atau alih fungsi lahan persawahan menjadi daerah pemukiman dan industri. Selain itu juga karena meningkatnya kesadaran peternak untuk mencegah dan menularnya penyakit unggas seperti Avian Influenza.
Pergeseran ini menunjukkan bahwa usaha peternakan itik bukan hanya sekedar sambilan akan tetapi sudah memiliki orientasi bisnis yang diarahkan dalam suatu kawasan, baik sebagai cabang usaha maupun sebagai usaha pokok, karena mengusahakan budidaya itik cukup menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan keluarga.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu disusun Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik (Good Farming Practice), sebagai acuan bagi para peternak untuk melakukan usaha budidaya secara baik maupun bagi petugas teknis di lapangan untuk pendampingan dan pengawasan agar usaha budidaya peternakan itik tersebut berjalan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dan terhindar dari penyakit hewan menular sehingga usaha budidaya peternakan itik tersebut dapat ditingkatkan produksi dan produktivitasnya.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Maksud ditetapkannya Pedoman ini yaitu:
1.1. Bagi peternak sebagai pedoman dalam melaksanakan budidaya itik pedaging yang baik (Good Farming Practice);
1.2. Bagi Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan di daerah sebagai pedoman dalam melakukan bimbingan dan pengawasan dalam usaha budidaya itik pedaging yang baik (Good Farming Practice).
2. Tujuan
Tujuan ditetapkannya Pedoman ini yaitu:
2.1. Meningkatkan populasi, produksi, dan produktivitas ternak;
2.2. Meningkatkan mutu hasil ternak;
2.3. Mendukung ketersediaan pangan asal itik di dalam negeri dan mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging itik;
2.4. Menciptakan usaha budidaya yang ramah lingkungan;
2.5. Menciptakan lapangan pekerjaan;
2.6. Meningkatkan pendapatan peternak.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pedoman ini meliputi:
1. Prasarana dan Sarana, yang terdiri dari:
1.1. prasarana;
1.2. sarana.
2. Tenaga Kerja;
3. Pelestarian Lingkungan;
4. Pengawasan dan pelaporan, yang terdiri dari:
4.1. pengawasan;
4.2. pelaporan.
D. Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Budidaya adalah semua proses kegiatan produksi yang dilakukan untuk memproduksi hasil-hasil ternak.
2. Budidaya Itik adalah semua proses kegiatan produksi yang dilakukan untuk memproduksi hasil-hasil ternak sesuai dengan tujuannya.
3. Meri atau DOD (Day Old Duck) adalah itik umur 1-7 hari.
4. Itik pedaging adalah anak itik jantan yang berumur sejak menetas sampai umur 8 - 10 minggu (bobot 1 kg) atau itik induk yang sudah tidak produktif.
5. Indukan (brooder) adalah alat pemanas ruangan kandang anak itik yang berfungsi sebagai induk buatan.
6. Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
7. Bahan Baku Pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan-bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.
8. Pakan Starter adalah pakan yang diberikan kepada anak itik periode starter (umur 1 hari sampai 4 minggu).
9. Pakan Grower adalah pakan yang diberikan kepada itik periode grower (umur 4 minggu sampai 10 minggu).
10. Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan/atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.
11. Desinfektan adalah bahan penghapus hama.
12. Desinfeksi adalah tindakan pensucihamaan secara tepat dan cermat terhadap pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan, dan bahan lain yang tercemar, bangunan kandang yang bersentuhan dengan unggas, kandang/tempat penampungan unggas, permukaan jalan menuju peternakan/kandang/tempat penampungan unggas.
13. Sanitasi adalah suatu penataan kebersihan yang bertujuan meningkatkan/mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak baik di dalam kandang dan komplek maupun sekitar komplek usaha peternakannya.
14. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh dapat menahan serangan penyakit.
15. Vaksinasi adalah usaha pengebalan hewan dengan menggunakan vaksin yang merupakan pertahanan kedua dalam upaya mengendalikan dan memberantas wabah penyakit.
16. Tempat Isolasi adalah tempat yang khusus digunakan bagi itik yang sakit atau diduga sakit.
17. Kepadatan kandang adalah banyaknya ternak itik yang secara ideal dapat dimasukkan dalam kandang per satuan luas lantainya.
18. Sehat dan Hygienis adalah secara kesehatan dapat dipertanggungjawabkan dan bebas dari pencemaran bakteri dan residu bahan kimia.
19. Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit.
20. Pemantauan Kesehatan Hewan adalah pengamatan untuk melihat aras penyakit dan status kesehatan hewan dalam populasi secara terus menerus.
E. PRASARANA DAN SARANA
1. Prasarana
1.1. Lokasi
Lokasi usaha peternakan itik harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
i. Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) daerah yang bersangkutan;
ii. Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan topografi, sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan;
iii. Tidak terletak di pusat kota.
Lokasi usaha peternakan itik seyogyanya berjarak sekurang-kurangnya 250 meter dari pemukiman penduduk.
1.2. Lahan
Status lahan peternakan itik untuk skala komersial hendaknya jelas status kepemilikannya, sesuai dengan peruntukkannya menurut peraturan perundang-undangan.
Lahan untuk usaha keluarga (family poultry) jauh dari pemukiman untuk menghindari penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan.
1.3. Penyediaan Air
Air yang digunakan untuk minum itik harus memenuhi persyaratan baku mutu air sesuai dengan peruntukannya.
2. Sarana
2.1. Bangunan
Usaha peternakan itik pedaging hendaknya memiliki bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhannya, sebagai berikut:
2.1.1. Jenis Bangunan
i. Kandang anak itik dan kandang itik pembesaran.
ii. Gudang penyimpanan pakan itik, gudang peralatan, gudang tempat penyimpanan obat.
iii. Kandang isolasi itik sakit.
iv. Tempat pemusnahan/pembakaran itik yang mati.
v. Bak dan saluran pembuangan limbah.
vi. Bangunan kantor untuk urusan administrasi.
2.1.2. Konstruksi Bangunan
i. bangunan dan alas kandang terbuat dari bahan yang ekonomis, kuat namun dapat menjamin kemudahan pemeliharaan, pembersihan dan desinfeksi kandang.
ii. konstruksi bangunan gudang pakan sebaiknya dibuat agar pakan tetap sehat, tidak rusak dan hygienis.
iii. bahan dan konstruksi kandang hendaknya dapat menjamin agar ternak itik terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik.
iv. suhu optimal kandang 260 – 300 C dengan kelembaban maksimum 90%.
v. memiliki saluran pembuangan limbah.
vi. memiliki ventilasi untuk masuk dan keluarnya udara.
2.2. Tata Letak Bangunan
Penataan letak bangunan kandang dan bangunan lainnya di dalam lokasi usaha peternakan itik pedaging hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
i. ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan hendaknya terpisah dari daerah perkandangan dan dibatasi dengan pagar rapat;
ii. kandang anak itik, kandang pembesaran hendaknya terpisah satu sama lain;
iii. jarak antara tiap kandang minimal 1 kali lebar kandang dihitung dari tepi kandang;
iv. jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain minimal 25 meter;
v. bangunan-bangunan kandang, kandang isolasi dan bangunan lainnya ditata agar aliran air, saluran pembuangan limbah, udara dan penghantar lain tidak menimbulkan pencemaran lingkungan; dan
vi. letak lebar kandang membujur dari timur ke barat untuk mendapatkan sinar matahari.
2.3. Alat Penerang
Setiap usaha peternakan itik pedaging hendaknya menyediakan alat penerang yang diperlukan setiap saat sesuai kebutuhan dan peruntukannya.
2.4. Alat dan Mesin Peternakan
Usaha peternakan itik pedaging hendaknya memiliki sejumlah peralatan pemeliharaan sesuai dengan kapasitas/jumlah itik yang dipelihara, mudah digunakan dan dibersihkan serta tidak mudah berkarat seperti:
i. induk buatan (brooder);
ii. tempat pakan (feeder) untuk berbagai jenis umur;
iii. tempat minum (waterer) untuk berbagai jenis umur;
iv. alat penghapus hama;
v. alat penerangan;
vi. alat pembersih kandang;
vii. timbangan;
viii. alat pencampur bahan baku pakan (mixer).
2.5. Bibit Itik
2.5.1 bibit itik pedaging yang dipelihara yaitu DOD/Day Old Duck (anak itik) jantan.
2.5.2 bibit itik pedaging yang dipelihara, harus bebas dari penyakit unggas seperti Avian Influenza (AI); Fowl Cholera; Fowl Pox; Avian Chlamydiasis; Salmonellosis ( S.pullorum ; E.enteridis ); Aspergillosis; Coccidiosis; dan penyakit unggas lainnya yang ditentukan oleh instansi yang berwenang dibidang penyakit hewan.
2.6. Pakan
2.6.1. Pakan yang digunakan harus cukup dan memenuhi persyaratan sehat dan hygienis serta berkualitas sesuai dengan kebutuhannya.
2.6.2. Sediaan biologik, premix, pharmacetix dan sediaan obat alami dapat digunakan sebagai pelengkap pakan atau imbuhan pakan pada usaha budidaya itik pedaging dan harus telah memperoleh Nomor Pendaftaran Obat Hewan, serta Pakan yang digunakan harus telah memperoleh Nomor Pendaftaran Pakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.7. Obat Hewan
2.7.1. Obat hewan yang dipergunakan untuk keperluan vaksinasi, pengobatan, dan keperluannya lainnya sesuai dengan peruntukannya, yaitu obat hewan yang sudah terdaftar dan memiliki Nomor Pendaftaran;
2.7.2. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibidang obat hewan.
F. TENAGA KERJA
Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha budidaya itik pedaging, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. berbadan sehat;
2. telah mengikuti pelatihan teknis produksi dan pelatihan kesehatan hewan;
3. menggunakan pakaian kerja antara lain baju kerja khusus, masker, sarung tangan dan sepatu boot;
G. PROSES PRODUKSI
1. Pemilihan Bibit
Untuk mendapatkan bibit itik pedaging yang baik perlu dipilih DOD/anak itik jantan dengan bobot minimal 40 gram.
2. Kandang
Persyaratan teknis lokasi pembuatan kandang sebagai berikut:
2.1. memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran udara, cukup mendapat sinar matahari, bersih dan kuat;
2.2. lokasi kandang dekat dengan sumber air, tidak bising, dan sejuk;
2.3. memperhatikan sarana transportasi dan dekat dengan sumber pakan.
2.4. ukuran kandang (daya tampung):
Umur
(minggu)
Jumlah ekor
Setiap m2
1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
50
20
12
9
7
6
5
2.5. peralatan kandang :
2.5.1. Tempat makan dan minum hendaknya dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti bambu, paralon, plastik atau bahan lainnya, yang disesuaikan dengan umur itik, baik ukuran maupun bentuknya. Penempatan tempat makan dan minum dibuat secara praktis, mudah terjangkau ternak, mudah dipindahkan, mudah diganti atau ditambah isinya dan mudah dibersihkan;
2.5.2. Alat untuk membersihkan kandang harus lengkap. Alat pembersih yang berasal dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain;
2.5.3. Alat pemanas (induk buatan) berfungsi sebagai induk buatan yang memberikan kehangatan kepada anak itik. Alat pemanas dapat berasal dari panas lampu minyak atau pundari sumber panas lainnya, seperti listrik. Pemakaian alat pemanas biasanya terbatas pada anak itik umur sehari sampai 1,5 bulan.
2.5.4. Alat penerang (lampu)
Alat penerang diperlukan agar itik dapat mencari makan.
3. Pakan
Pakan yang digunakan untuk itik pedaging, hendaknya pakan yang telah terdaftar dan berlabel, disesuaikan jumlah maupun mutunya dengan umur atau periode pertumbuhan itik.
Dalam hal pakan yang digunakan untuk itik pedaging belum memiliki standar mutu pakan (SNI), maka untuk kebutuhan pakan itik pedaging yang berumur 1-21 hari dapat menggunakan pakan starter itik petelur dengan SNI Nomor 01-3908-2006. Untuk kebutuhan itik finisher dipergunakan pakan itik petelur dara (Duck Grower) sesuai dengan SNI Nomor 01-3909-2006. Dari SNI tersebut kandungan gizi pakannya dapat dilihat pada Tabel berikut :
No
Kandungan
Pakan Petelur
Meri/Anak
( 1-8 mg)
%
Dara
(8-24mg)
%
1.
Kadar air (max)
14,0
14,0
2.
Protein Kasar (min)
18,0
14,0
3.
Lemak Kasar (min)
7,0
7,0
4.
Serat Kasar (max)
7,0
8,0
5.
Abu (max)
8,0
8,0
6.
Kalsium/Ca (min)
0,6-1,2
0,9-1,2
7.
Fosfor total
0,6-1,0
0,6-1,0
8.
Fosfor tersedia
0,4
0,4
9.
Energi Termetabolis / ME (min) /Kkal/kg
2.700
2.600
10.
Aflatoxin (max)/ppb
20
20
11.
Asam Amino
· Lisin (min)
0,90
0,65
· Methionin (min)
0,40
0,30
· Methionin + sistin (min)
0,6
0,50
4. Kesehatan Hewan
4.1. Situasi Penyakit
Usaha peternakan itik pedaging bebas dari penyakit-penyakit unggas yang berbahaya seperti :
Avian Influenza (AI), Fowl Cholera, Fowl Pox, Avian Chlamydiasis, Salmonellosis (S. pullorum; E. enteridis ), Aspergilosis, Coccidiosis dan penyakit unggas lainnya yang ditentukan oleh instansi yang berwenang dibidang penyakit hewan.
4.2. Tindakan Pengamanan Penyakit
4.2.1. Lokasi usaha peternakan tidak mudah dimasuki binatang lain yang membawa penyakit, misalnya tikus, burung, kucing;
4.2.2.Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan;
4.2.3. Melakukan pembersihan kandang baik terhadap kandang yang habis dikosongkan maupun sebelum dimasukkan ternak baru ke dalam kandang;
4.2.4. Menjaga kebersihan serta sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat hygiene yang dapat dipertanggung jawabkan;
4.2.5. Mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pada pintu-pintu masuk kandang, gudang pakan dan lain-lain;
4.2.6. Karyawan disarankan menggunakan pakaian kerja dan tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak yang lain;
4.2.7. Tidak diperkenankan setiap orang dapat keluar masuk komplek perkandangan yang memungkinkan dapat menularkan suatu penyakit kecuali petugas;
4.2.8. Itik yang menderita penyakit menular atau bangkai itik, peralatan dan bahan yang berasal dari kandang yang bersangkutan tidak diperbolehkan dibawa keluar komplek peternakan melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur;
4.2.9. Melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit itik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan hewan;
4.2.10.Setiap terjadinya kasus penyakit terutama yang dianggap/diduga penyakit menular, peternak, tenaga kerja/karyawan segera melaporkan kepada Instansi/Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan;
4.2.11.Masyarakat membantu pemerintah dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular.
5. Penanganan Hasil
Untuk mendapatkan hasil yang bermutu baik diperlukan penanganan itik pedaging sebelum dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan yaitu sebagai berikut:
5.1. Pemilihan Itik (grading)
Itik dipilah sesuai dengan kondisi dan beratnya.
5.2. Pemanenan Itik
Sebelum itik dimasukkan ke dalam alat transportasi khusus, sebaiknya itik dimasukkan dalam keranjang khusus berbentuk bundar agar itik terlindung dari pengaruh buruk pada saat pengangkutan.
5.3. Penjualan itik dianjurkan ke tempat-tempat pemotongan unggas dan tidak langsung dijual ke pasar.
H. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1. Rencana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Setiap pelaku usaha peternakan itik pedaging menyusun rencana cara-cara penanggulangan pencemaran dan pelestarian lingkungan sebagaimana diatur dalam:
1.1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
1.2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan
1.3. Peraturan Pelaksanaan mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
2. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan diperlukan perhatian khusus terhadap beberapa hal seperti :
2.1. menghindari timbulnya erosi dan gangguan lain yang berasal dari peternakan yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus serta pencemaran air sungai/air sumur.
2.2. setiap usaha peternakan itik pedaging membuat unit pengolahan limbah peternakan (padat, cair dan gas) sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.
2.3.setiap usaha peternakan itik pedaging membuat tempat pembuangan kotoran dan penguburan bangkai.
I. PENGAWASAN DAN PELAPORAN
1. Pengawasan
1.1. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan eksternal.
1.1.1. dalam pengawasan internal, usaha peternakan itik pedaging menerapkan sistem pengawasan secara baik pada titik kritis dari proses produksi untuk memantau kemungkinan adanya penyakit;
1.1.2. dalam pengawasan eksternal, Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen yang dilakukan oleh usaha peternakan itik pedaging.
1.2. Sertifikasi
1.2.1. usaha peternakan itik pedaging yang produksinya untuk tujuan ekspor dilengkapi dengan sertifikat;
1.2.2. sertifikat dikeluarkan oleh Instansi atau lembaga sertifikasi yang berwenang;
1.3. Monitoring dan Evaluasi
1.3.1. monitoring dan evaluasi dilakukan oleh instansi yang berwenang dibidang peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota.
1.3.2. evaluasi dilakukan setiap tahun berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/kunjungan ke usaha peternakan itik pedaging.
1.4. Pencatatan
Usaha peternakan itik pedaging hendaknya melakukan pencatatan (recording) data yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh petugas perusahaan atau instansi terkait, baik untuk pembinaan maupun untuk kemajuan peternak sendiri.
Data yang perlu dicatat sebagai berikut :
a. data populasi;
b. data catatan produksi;
c. data konsumsi pakan;
d. data kematian ternak;
e. data kesehatan hewan:
e.1. Jadwal Vaksinasi;
e.2. Data Penggunaan Obat; dan
e.3. Data Penyakit.
f. data harga (bibit, pakan, jual);
g. tempat asal ternak yang dibeli/dipelihara;
h. negara tujuan ekspor produksi daging yang dihasilkan, jika peternakan melaksanakan ekspor;
i. data pemasukan dan pengeluaran ternak; dan
j. pengujian Laboratorium.
2. Pelaporan
setiap pelaku usaha peternakan itik pedaging membuat laporan tertulis baik teknis maupun administratif secara berkala (semester dan tahunan) kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan secara berjenjang sebagai bahan bimbingan dan pengawasan.
II. PENUTUP
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEK.
MENTERI PERTANIAN,
ttd
ANTON APRIYANTONO