Tuesday 19 April 2011

INFO BEBEK


CV PASS-3 adalah supplier /dealer bebek potong hidup, potong segar ataupun karkas dengan kapasitas produksi yang terus meningkat. Peternakan kami beserta mitra  menggunakan pola modern dengan kualitas pakan yang diatur demikian rupa sehingga menghasilkan bebek bermutu tinggi dengan daging yang tebal dan gurih sehingga sangat diterima dan digemari di restoran bebek ternama . agar supply usaha kami dapat terjamin Kami juga bekerjasama/bermitra  dengan masyarakat untuk meningkatkan ekonomi rakyat baik mandiri maupun koperasi  .
Mutu daging bebek kami HALAL dan dijamin kualitasnya karena proses pemotongan dan pembersihan dengan menggunakan cara modern dengan mengutamakan  kebersihan  serta  dengan pengendalian kualitas yang ketat . Saat ini kami telah memasok daging bebek potong  di restoran restoran ternama ataupun hotel berbintang di Jawa tengah ,Jakarta ,Bandung dan Jogjakarta

KAMI SIAP MEMBANTU KEBUTUHAN SUPPLY BEBEK ANDA ,DOD,BEBEK POTONG HIDUP DARI
BERBAGAI UKURAN SAMPAI AFKIR,BAIK HIDUP MAUPUN KARKAS DENGAN KUALITAS TERBAIK
DAN TERPERCAYA ,Silahkan lihat penawaran terbaru kami dibawah ini:

Dod
Jenis Solo ( Pengging) Jantan Rp.3500
Jenis Solo ( Pengging) Betina Rp.call
Jenis Solo ( Pengging) campuran 50:50 Rp.4000
Jenis DOD Peking super Rp.13.000
Waktu pemesanan minimal 2 minggu sebelumnya uang muka 50%

MENYEDIAKAN BEBEK POTONG JANTAN MUDA HIDUP ( UMUR 1-3 BULAN)
Berat 0,8-0,9 harga Rp.19.000
Berat 1,1-1,2 harga Rp. 26.000
Berat 1,3-1,4 harga Rp. 27.000
Harga diatas franco kami ( diluar ongkos kirim).

BEBEK AFKIR
Berat ratarata 1,3Kg Harga Rp.36.000
Harga franco kami ( diluar ongkos kirim).

KARKAS SUPER DENGAN DAGING YANG TEBAL,BERSIH DAN HALAL
Berat 0,5 -0,6kg ( dengan kepala) Harga Rp.19.000
Berat 0,7-0,8 (tanpa kepala dan jeroan) Harga Rp.29.000

JUAL PAKAN
Campuran pakan yang berasal dari jeroan ayam potong segar dan potongan kepala
ayam , digiling halus mirip dengan korned kasar .sangat cocok untuk campuran
pakan bebek potong/petelur, lele atau babi.
Pakan masih berbentuk basah

Harga 1Kg Rp.2900

Minimal order dilokasi kami tidak dibatasi
Minimal order untuk dikirimkan keluar kota 500kg
Sekali lagi pakan berbebtuk basah pengawetan bisa dengan cara
dibekukan/dikeringkan sendiri .Direbus atau langsung di berikan ke ternak.

Harga dapat berubah sewaktu waktu tanpa pemberitahuan mengikuti permintaan dan
cuaca

Hubungi :
CV.Pass-3
Telp:083 83 888 1101/02989111 576
untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kami maupun harga terbaru Silahkan hubungi kami di 0298 9111756 atau 083838881101
email passtiga@gmail.com

Pakan Alterbative 2

Prodak makanan yang selama ini di gunakan oleh banyak peternak dalam member makanan adalah  bekatul ,Loyang( gaking ) dan ikan  sedang untuk tambahan konsentrat  sangat sedikit di berikan mengingat harga yang cukup mahal .Untuk itu saya mencoba mencari alternative makanan yang lebih murah namun ketersediaan gizi yang ada tidak terkurangi . Dengan berbekal  teman maka saya mendapat info adanya alternative makanan yang tidak kalah dari makanan yang se;lama ini kami berikan ,mulailah saya mengadakan experiment dan kebetulan oleh pihak penjual ternyata telah di berikan lab .sungguh di luar duggaan makanan yang di berikan ternyata cukup bagus dan dengan harga yang sangat terjangkau .komposisi akirnya kami mencari yang pas dan hasil yang bagus .Dengan bekatul 20kg ditambah Loyang 20kg dan makanan tambahan yang merupakan limbah yang dapat di manfaatkan berupa sisa rebusan gandum dan jagung ternyata lebih baik dengan memberikan ikan dengan ukuran yang sama ternyata hasil untuk itik pedaging sanggat bagus ,dan saat ini sedang kamu uji untuk itik petelor .Nanti bila sudah ada hasil yang bagus maka akan kami berikan info yang lengkap.
Sebagai bahan pertimbangan saat ini adalah harga bekatul Rp 1.650 (seribu enamratus limapuluh rupiah) dan Loyang mencapai Rp 2.100 ( duaribu seratus rupiah)maka akan membuat peternak menjerit ,sedang harga makanan yang kami dapatkan seharga max Rp 1.250 (seribu duaratus limapuluh rupiah ).LUMAYAN KAN BUAT ITUNGAN HARIAN

Berternak Bebek Tiktok


Selingkuh ternyata bukan cuma monopoli manusia. Bebek betina dan entok jantan biasa melakukannya. Malah, perselingkuhan bebek dan entok ini sudah menelurkan anak bernama tiktok. Bagi Santoso, peternak bebek asal Depok, Jawa Barat, tiktok adalah sumber rezeki. "Saya mengawinkan itik betina dengan entok jantan. Orang lain biasanya melakukan kebalikannya," ujarnya.Tubuh tiktok jauh lebih bongsor ketimbang bebek. Soal rasa, daging tiktok tak kalah dengan daging bebek. Kini Santoso benar-benar menikmati laba gurih dari berjualan daging tiktok.Pria yang berternak unggas sejak 1985 menjelaskan bahwa berternak tiktok lebih murah ketimbang berternak bebek. Maklum, tubuh tiktok lebih cepat besar ketimbang bebek. Dengan begitu, ongkos merawat tiktok juga lebih sedikit.
Untuk membesarkan tiktok hingga mencapai berat 2 kg, Santosa mengaku hanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua bulan. "Kalau bebek biasa, setidaknya membutuhkan waktu empat hingga lima bulan," ujarnya.
Soal makanan, tiktok juga terbilang tidak rewel. Hewan ternak ini doyan makan apa saja, mulai dari dedak hingga limbah dapur. Cuma, Santoso memiliki ramuan khusus untuk makanan tiktok. Ada dua jenis bahan baku makanan tiktok ini. Pertama adalah dedak dan limbah roti. Harga dedak itu di pasar sekitar Rp 2.000 per kg. Sementara itu, untuk limbah roti, harga per kilogram Rp 5.000.Sebagai gambaran, untuk membesarkan satu tiktok hingga layak dipotong butuh waktu sekitar dua bulan. Selama itu, satu tiktok bisa menghabiskan pakan sekitar 6 kg bahan campuran dedak dan roti. Saat ini Santosa memelihara setidaknya 500-600 tiktok. "Tiap bulan, saya menghabiskan 1,8 ton pakan," ujarnya.Santosa mengaku tidak sulit mendapatkan bahan makanan bebek. Bahan ini tersedia di banyak toko penjual makanan ternak. Santoso juga mengatakan bahwa modal berbisnis ini tidaklah terlalu banyak. "Waktu tahun 1985 modal saya hanya Rp 1 juta," ujarnya.
Untuk mendapatkan tiktok tergolong mudah. Santoso mengungkapkan, hampir setiap hari ia mengawinkan beberapa pasang itik dan entok. Dari hasil persilangan itu Santoso bisa mendapatkan 30-50 butir telur.
Ia selanjutnya memasukkan telur dalam inkubasi sebagai media penetasan. Lama penetasan sebulan. Setelah menetas, bayi tiktok siap dibesarkan dan siap dipotong setelah berumur dua bulan.Telur agak sensitifCuma, Santoso mewanti-wanti. Proses penetasan merupakan bagian yang sangat menentukan. Proses melakukan inkubasi, misalnya, harus dilakukan secara hati-hati. Sebab, telur-telur ini agak sensitif. "Bisa-bisa tidak jadi bebekatau pertumbuhannya lambat," ujar Santosa. Untuk pemilihan induk yang akan dikawinkan, Santoso mempunyai itik sebanyak 300 ekor dan entok sebanyak 20 ekor. "Saya harus menyiapkan induk sebanyak itu. Kalau kurang, saya akan membeli itik atau entok lagi," ujarnya.Saat ini Santoso bisa menghasilkan 100 ekor tiktok dewasa setiap hari. Cuma, ia belum bisa melayani pesanan tiktok dari restoran lain. Maklum, seluruh tiktok itu masih menjadi sumber pasokan bagi restoran miliknya. Di restoran ia menjual per ekor tiktok seharga Rp 60.000. "Saya mengambil untung Rp 10.000 per ekor," ujarnya.
Santosa mengaku memprioritaskan hasil silangan tiktok untuk memasok kebutuhan restorannya. Padahal, menurutnya, permintaan dari luar hasil ternak silangannya ini lumayan besar. "Saya sering didatangi restoran yang meminta saya memasok bebek ke mereka," ujarnya.
Kalau dijual di pasar, harga tiktok bisa seharga Rp 40.000-Rp 50.000 per ekor. Sayang, Santosa enggan blak-blakan soal berapa keuntungan bersih yang diraupnya dari bisnis anak persilangan itik dan entok itu.Santoso mengklaim, protein daging tiktok lebih tinggi ketimbang bebek, sedangkan kolesterol tiktok lebih rendah dibandingkan dengan bebekbiasa. "Saya sudah mengetes di laboratorium IPB dan ada sertifikatnya," ujarnya.Santoso mengatakan, bisnis ternak bebek silangan ini masih mempunyai prospek bagus. Selain bisa menghasilkan puluhan juta per bulan, memelihara tiktok juga semudah memeliharabebek. Tiktok termasuk unggas yang bandel dan tahan banting. Tiktok juga relatif tahan terhadap virus flu burung. "Tinggal sediakan lahan saja, bebek itu akan hidup sendiri," ujarnya.

Cara Membedakan Jenis Kelamin Bebek/Itik Jantan dan Betina DOD (Day Old Duck)


Ada tiga cara metode sederhana yang dapat digunakan untuk membedakan mana anak itik yang laki-laki (jantan) dan mana itik yang perempuan (betina) yaitu dengan teknik bend sexing, voice sexing dan hand sexing. Bagi yang pemula sebaiknya memilik tehnik sexing yang hand karena tingkat kesulitan rendah dan tingkat kebenaran yang tinggi.
1. Hand Sexing
Hand sexing adalah cara menentukan bebek jantan betina dengan memegang dan melihat bagian anus / dubur / kloaka bebek. Pegang bebek dengan tangan kiri dengan punggung ke arah bawah serta tangan kanan membuka dubur. Jika ada tonjolan runcing warna putih seperti akar kecambah maka itu jantan, sedangkan apabila tidak ada maka betina.
2. Voice Sexing
Voice sexing adalah cara menentukan bebek jantan betina dengan mendengar suaranya. Pegang bebek dan tekan bagian pangkal leher di dekat tembolok. Jika suara serak maka jantan dan jika melengking nyaring itu bebek betina.
3. Bend Sexing
Bend sexing adalah cara membedakan kelamin betina dan jantan anak bebek/itik dod (day old duck) dengan melihat gerak-gerik bebek. Yang jantan kepala lebih besar, badan lebih besar, warna bulu gelap, gerakan lebih tenang, bulu kepala kasar panjang, paruh runcing gelap melengkung, sedangkan yang betina kebalikannya.
Keterangan :
DOD / day old duck adalah itik/bebek yang baru menetas.


Sumber :

Usaha Penetasan dan Pembesaran Meri


Usaha peternakan meri terbagi atas usaha penetasan telur bebek yang menghasilkan meri, dan kedua adalah usaha pembesaran atau peternakan meri. Menurut Drs. Arsidi, Ketua Kelompok Tani Ternak Itik “Rambon Sejati” di Cirebon, Jawa Barat, kedua usaha ini sama-sama menguntungkan. Perbedaan usaha ini, ternak meri membutuhkan lokasi yang cukup luas, sedangkan usaha penetasan dapat dilakukan dilahan yang terbatas. Selain itu usaha ini juga bisa dilakukan keluarga dirumah, jadi benar-benar usaha home industry.
Yang dimaksud dengan meri adalah anak bebek dari menetas sampai usia 1 bulan, atau belum menjadi bebek. Pembesaran meri jantan menghasilkan bebek pedaging dan meri betina yang dibesarkan menghasilkan telur bebek.
Seperti diakui oleh Drs. Arsidi, banyak sekali permintaan akan bebek, yakni dari daging dan telurnya. Tingginya permintaan akan bebek pedagingyang begitu besar juga terlihat dari beberapa rumah makan, restoran dan warung tenda yang menawarkan bebek sebagai menu unggulan sehingga membuat harga bebek melambung tinggi.
Karena melonjaknya harga bebek terutama untuk bebek tua yang dijual setelah masa pembesaran 6 bulan, kini beberapa dari rumah makan atau restoran ada yang beralih menggunakan bebek muda. Sebut saja Sugeng, pemilik warung tenda Joko Putra dikawasan Pasar Blok A Jakarta Selatan dimana selain bebek tua ia juga memakai bebek muda yang usianya 3-4 bulan. Pertimbangannya adalah harganya yang lebih murah dan proses memasaknya juga lebih cepat, dan juga permintaan dari konsumen juga cukup tinggi.
Bebek jantan dewasa atau pedaging harganya sekitar Rp. 25 ribu–30 ribu per-ekor dan bebek betina siap telur, atau yang biasa disebut bebek bayah harga jualnya Rp. 45 ribu-50 ribu. Harga ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan bebek muda atau meri yang dibesarkan dari usia 45 hari hingga 3 bulan. Sedangkan menurut Nur Ihsan, peternak dan pengepul bebek muda/meri dari Mojokerto, harga dari peternak untuk usia 45 hari dengan berat 1 kg/ekor Rp. 16.500, 60 hari berat 1,2 kg/ekor Rp. 22 ribu, dan berat 1,5 kg/ekor Rp. 27 ribu pada usia 3 bulan.
Prospek
Prospek ternak pembesaran meri menjadi bebek muda ini akan terus meroket. Seperti yang diungkapkan Dody Faizal, Ketua Kemitraan Ternak Bebek Desa Sadar Mojoanyar, pertenak di Mojokerto Jawa Timur baru saja memenuhi permintaan sebesar 90% untuk pasar Surabaya, Mojokerto, Jakarta dan Bali.
Dengan semakin besarnya pemintaan bebek muda, maka permintaan meri yang akan dibesarkan menjadi bebek muda atau disebut juga DOD (Day Old Duck) juga semakin tinggi. Namun menurut Drs. Arsidi penetas meri atau penghasil DODO masih terbilang sedikit. Di Jawa Barat misalnya sentra penghasil DOD adalah di Desa Kroya dan Karanganyar Cirebon. Dari Desa Kroya baru bisa memenuhi kurang dari 50% permintaan. Desa Kroya baru bisa memasok rutin DOD untuk daerah Sumatera Selatan, Muara Enim Palembang, Jambi, Lampung, dan Jakarta Utarasebanyak 20 ribu ekor/minggu. Ada juga pelaku usaha yang memasok ke daerah Medan dan Padang.
Sedangkan untuk sentra pembesaran meri menjadi bebek muda ada didaerah Karawang, Cirebon, Brebes, dan Mojokerto. Di Mojokerto yang terkenal adalah bebek Mojosari, karena salah satu sentra ternak bebek di Mojokerto terdapat di Kecamatan Mojosari. Di Kab. Mojokerto ini juga terdapat beberapa kelompok tani ternak bebek. Salah satu yang terkenal adalah kelompok tani ternak bebek Lestari Jaya yang terletak di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari. Jumlah anggota kelompok tani ternak bebek tersebut berjumlah 42 orang semuanya wanita. Produk yang dihasilkan oleh kelompok tani ternak bebek tersebut adalah telur bebek, DOD, dan telur asin.
Suhu
Untuk usaha penetasan meri sebenarnya bisa dilakukan dimana saja/segala daerah di Indonesia namun tetap memperhatikan suhu alat penetas dengan baik, yakni suhu sekitar 38 derajat celcius dan kelembaban sekitar 60%. Beberapa daerah yang berpotensi untuk usaha penetasan telur bebek yaitu daerah Indramayu, Tegal, Subang, Lampung, Bengkulu, Palembang, pelosok Banjarmasin, dan Timika. Begitu juga untuk usaha peternakan meri yang sangat penting diperhatikan adalah suhu. Meri lebih menyukai tempat hidup yang hangat, seprti daerah sepanjang Pantura,. Untuk beternak meri sebaiknya berada pada suhu 33-35 derajat celcius. Daerah ternak meri di Indonesia yaitu wilayah Cirebon, Mojosari, Karawang, Bali, dan Kalimantan Selatan.
Menurut Drs. Arsidi, supaya suatu daerah benar-benar sukses dalam usaha bebeknya, perlu adanya konsep “segitiga bebek”, yaitu :
 pertamaterdapat kelompok ternak,  
kedua terdapat koperasi untuk pemasarannya, dan 
 ketiga adanya kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Jadi jika ada masyarakat yang ingin mempelajari seluk beluk usaha bebek mulai dari penetasan telur hingga cara ternaknya, Kelompok Tani Ternak Itik “Rambon Sejati” siap memberikan ilmu berupa materi dan praktek usaha.
Usaha pembesaran meri sangat menguntungkan karena memeliharanya sangat mudah ketimbang ayam. Pertama dari segi pakan meri bisa menggunakan apa saja yang paling penting mengandung karbohidrat seperti roti kadaluarsa, mie kadaluarsa, keong, dan kepala udang. Kedua, dari segi pemeliharaan bebek tidak mudah terkena penyakit. Yang terakhir dari faktor kandang, perternak dapat menggunaka terpal untuk atap kandang dan pagar untuk badan kandang. Sedangkan untuk DOD (meri) usia 1 hingga 15 hari cukup diberi penghangat dengan lampu neon dan kandang diberi alas jerami atau bisa juga menggunakan kandang panggung, yaiut kandang yang pagarnya dari bambu dan lantainya dari kawat ram yang jaraknya dari tanah sekitar 100 cm.
Pemasaran
Alur pemasaran usaha penetasa didaerah Cirebon, yakni telur dapat dibeli dari beberapa penduduk setempat, kemudian ditetaskan. Meri tersebut lalu dijual kebandar atau langsung ke konsumen/perorangan. Harga telur yang tidak dipilih berdasarkan kondisinya Rp. 1.000/butir, sedangkan yang sudah dipilih dan benar0benar bagus Rp. 1.300/butir. Untuk harga meri jantan yang baru menetas usia 0 hari Rp. 2.500/ekor, sedangkan yang betina Rp. 5.000/ekor (lebih mahal karena bisa menjadi bebek petelur). Harga dibandar hanya berbeda Rp. 200-300/ekor. Biaya produksi terbilang cukup sedikit, karena tidak perlu pakan dan tempat yang luas.
Sedangkan untuk alur distribusi pembesaran meri menjadi bebek muda di daerah Mojokerto yaitu ada dua alur. Pertama perternak besar yang juga seorang pengepul menjual langsung ke restoran atau rumah makan dengan harga dari peternak untuk usia 45 hari dengan berat 1 kg/ekor Rp. 16.500, 60 hari berat 1,2 kg/ekor Rp. 22 ribu, dan dengan berat 1,4 kg/ekor hingga 1,5 kg/ekor Rp. 27 ribu pada usia 3 bulan. Atau langkah kedua bebek dijual ke pengepul 1, pengepul 2, supplier besar. Setelah itu baru dipasarkan ke restoran atau warung tenda. Untuk sistem pemasaran ini harga bebek muda di peternak relatif lebih murah sehingga harga jual ke konsumen lebih tinggi. Biasanya harga bebek muda/meri dari peternak selisihnya Rp. 1.000 lebih murah dibanding harga jual dari pengepul atau supplier besar.
Kendala
Permasalahan yang dihadapi kelompok tani ternak meri untuk mengembangkan usaha ini umumnya dalah kurangnya modal usaha, terbatasnya sarana pengolahan, dan kurangnya pengetahuan serta keterampilan peternak dibidang pengolahan daging.
Hal lainnya yang kadang menjadi masalah dalam usaha penetasan telur bebek menjadi meri biasanya biasanya terkait dengan keteledoran peternak, seperti terlambat atau lupa membalik posisi telur, bahan bakar minyak habis, ataupun air untuk uapnya habis. Untuk mengatasinya tentu butub kesadaran pribadi atau dengan pembagian tugas secara disiplin.
Sedangkan pada usaha pembesaran meri, menurut Tukiran, peternak pembesaranmeri dan pengepul bebek muda di Desa Sadar Tengah Mojoanyar Mojokerto, untuk usaha pembesaran meri kendala lebih banyak pada penentuan harga yang sudah dipatok oleh pengepul.

Sumber :

Budidaya Itik Peking



Pendahuluan

I.1. Latar Belakang.
Seperti kita ketahui bersama, bahwa perkembangan Perunggasan sejak awal
tahun 2004 telah banyak didera dengan berbagai cobaan yang banyak mengakibatkan
terpuruknya usaha di bidang Perunggasan, baik itu Peternak Ayam Ras (Ras
Petelur/Pedaging), Ayam Buras maupun Peternak Itik. Dimulai dengan adanya
serangan penyakit Unggas yang terkenal ganas yaitu penyakit Avian Influenza atau
yang lebih populer dengan sebutan penyakit Flu Burung sampai dengan kenaikan
harga bahan baku pakan ternak maupun pakan ternak jadi akibat kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak, kondisi seperti itu dirasa sangat menekan terhadap
perkembangan perunggasan secara menyeluruh.

Pembangunan sub sector Peternakan tidak bisa terlepas dari kegiatan
Pembangunan Pertanian, karena Pembangunan sub sector Peternakan merupakan
bagian dari Pembangunan Pertanian, hal ini sejalan dengan apa yang telah
dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005
tentang Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) dimana Peternakan
termasuk didalamnya.

Apabila kita amati bersama dari kondisi yang telah terjadi dalam
Pengembangan Pembangunan Peternakan focus yang paling menonjol dan perlu
mendapat perhatian serius adalah komodity Perunggasan, hal ini disebabkan dengan
banyaknya kasus penyakit AI maupun kenaikan harga pakan serta penurunan minat
masyarakat terhadap budi daya unggas terutama unggas berupa Ayam Buras, malahan
tidak sedikit kasus penyakit AI ini yang menyerang terhadap manusia, sehingga
Pembangunan Perunggasan perlu disikapi dengan arif dan selectif serta harus bias
menciptakan terobosan alternative untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan daging
yang berasal dari Unggas.

Dari pengalaman di lapangan ternyata ada komodity lain selain ayam ras
pedaging yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan daging dengan waktu
cepat serta kualitas yang tidak kalah dengan ayam ras pedaging yaitu Unggas Air
berupa Itik Peking (Peking Duck). Dimana Peking Duck mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan produksi daging kurang dari 2 bulan bisa menghasilkan berat badan
sekitar 3 – 3,3 kg, sehingga sudah siap untuk dipotong.Hal ini telah dibuktikan oleh
Peternak di Kapetakan Kecamatan Kroya Kabupaten Cirebon dimana Itik Peking umur
53 hari bisa mencapai berat badan sekitar 3,25 kg.seperti yang telah dibuat dalam
Harian Kompas terbitan Juni 2007.

Dengan melihat kondisi seperti tersebut diatas kami mencoba membuat tulisan
mengenai budi daya Itik Peking dalam rangka Akselerasi Pembangunan Peternakan
Unggas Air untuk pemenuhan kebutuhan akan daging dalam waktu yang relative cepat,
mudah dan bisa dikembangkan oleh Masyarakat di Pedesaan.

1.2. Maksud dan Tujuan.
Maksud dari pola pengembangan pemeliharaan Itik Peking ini tiada lain:
 Untuk mencari alternative terobosan dalam rangka mempercepat produksi
daging yang berasal dari Unggas Air (Itik).
 Merubah Pola Usaha Unggas Air (Itik) dari yang Nomaden kearah yang Intensif.
 Menjadikan usaha Unggas Air (Itik) menjadi usaha Pokok Masyarakat.
 Menciptakan peternak yang mandiri dan berkualitas (Peternak Tangguh).
 Menyediakan permintaan pasar terutama permintaan daging Itik yang
bekualitas.
Sedangkan tujuan dari budi daya Itik Peking (Peking Duck) ini antara lain:
 Meningkatkan produksi daging Itik yang berkualitas.
 Meningkatkan pendapatan dari para peternak Itik.
 Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan.
 Mengurangi tingkat pengangguran.
 Memperkenalkan usaha peternakan Itik jenis Pedaging yang bisa menghasilkan
daging kualitas prima dalam waktu relative singkat
 Disamping penyediaan daging, juga bisa menghasilkan bulu Itik (Feathers
Duck) sebagai bahan kerajinan seperti Shutle Cok, Jok Kursi, Kamoceng dll.

1.3.Permasalahan.
Dalam setiap kegiatan, tentunya selalu timbul permasalahan baik permasalahan
yang besar maupun pemasalahan kecil, dan setiap permasalahan perlu dicarikan
alternative pemecahannya. Masalah Itik Peking ini ada sedikit permasalahan yang
kiranya perlu diambil langkah-langkah untuk mencapai keberhasilan dan yang timbul
pada saat ini diantaranya:
 Permintaan Daging Itik Peking di pasaran cukup tinggi,tetapi sumber pasokan
daging pada saat ini masih mengandalkan kepada daging Import.
 Budi Daya Itik Peking pada saat ini masih dikuasai oleh Pengusaha Besar,
sedangkan peternak di pedesaan masih relative sedikit.
 Penyediaan bakalan (DOD) peking masih bersifat tertutup, belum secara
mudah didapatkan oleh masyarakat luas.

BAB II.

POLA PENGEMBANGAN BUDI DAYA IITIK PEKING (PEKING DUCK).

2.1.Systim Pemeliharaan.
Untuk menentukan suatu bentuk usaha terutama dalam usaha ternak Itik, maka
yang pertama kali diperhatikan yaitu tujuan usaha, apakah tujuannya untuk
menghasilkan daging konsumsi atau mau menghasilkan bibit supaya untuk langkah
selanjutnya bisa ditentukan system pemeliharaan yang akan diambil.

Dalam usaha perunggasan terutama Unggas Air (Itik) dikenal dengan systim
pemeliharaan yaitu:
 Systim Pemeliharaan Extensive.
 Systim Pemeliharaan Semi Intensive.
 Systim Pemeliharaan Intensive.

Systim Pemeliharaan Extensive, dimana pada system ini ternak-ternak
dipelihara dengan cara diabur/digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun
makanan, karena ternak-ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang mempunyai
sumber pakan alami misalnya didaerah-daerah pesawahan yang baru panen.
Pemeliharaan ini dilaksanakan oleh para peternak yang bersifat tradisional dan
Nomaden , kondisi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat Bagian Utara, karena
daerah Pantura ini merupakan daerah pesawahan yang cukup luas sehingga menjadi
potensi bagi pengembangan Itik dengan system Extensive.

Pemeliharaan dengan system Semi Intesive, dimana ternak-ternak yang
dipelihara sudah memperhatikan kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktuwaktu
dilepas untuk mencari makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi
ataupun pada tempat-tempat yang mempunyai potensi sumber pakan yang alami
Sedangkan Pemeliharaan yang Intensive, ternak-ternak peliharaan selalu
ditempatkan dikandang dan diberi makan secara terus menerus serta sudah
memperhatikan aspek-aspek teknis pemeliharaan ternak secara ilmiah dan sudah
menggunakan teknologi-teknologi yang dianjurkan.

Untuk pemeliharaan Itik Peking (Peking Duck), lebih tepat apabila dilaksanakan
dengan system Intensive, hal ini disebabkan Itik Peking (Peking Duck) merupakan Itik
Ras Pedaging yang mempunyai kemampuan kecepatan pertumbuhan dalam waktu
yang relative singkat, dimana dalam kurun waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua)
bulan berat badannya sudah bisa mencapai diatas 3 kg dengan kondisi makanan yang
baik dan Itik sudah siap dijual sebagai Itik Pedaging, dengan kualitas daging yang
prima.

Dalam usaha Budi Daya Itik Peking (Peking Duck) ini dikenal beberapa tahapan
pemeliharaan, terutama untuk usaha budi daya Pembibitan sedangkan untuk budi daya
Penggemukan (penghasil daging) hanya dikenal 1 (Satu) tahapan Pemeliharaan.

2.2. Tahapan Pemeliharaan Pembibitan.
a.Pemeliharaan Anak (Masa Starter).
Pemeliharaan anak/masa starter dimulai pada saat Itik Peking (Peking Duck)
berumur 1 hari sampai umur 60 hari, dimana anak-anak Itik dipelihara dalam kandang
khusus yaitu untuk kandang anak dengan memakai pemanas/induk buatan dalam
rangka menghangatkan tubuh dari anak Itik tersebut, hal ini disebabkan pada umur 1 –
14 hari anak itik tidak tahan dengan cuaca dingin karena belum dilengkapi dengan bulu
yang sempurna untuk menahan dingin, sehingga perlu adanya bantuan induk buatan
sebagai penghangat tubuh, serta anak Itik diberi makan khusus yaitu pakan anak yang
mempunyai kandungan protein sekitar 19 – 21 % kadar protein dan lebih dikenal
dengan makanan “Starter”.

Setelah umur 14 hari anak Itik tersebut sudah mampu untuk menahan hawa
dingin sehingga tidak perlu lagi dibantu dengan induk buatan(pemanas), dikandang ini
bisa dipelihara sampai umur 60 hari bagi pemeliharaan Pembibitan, selanjutnya setelah
umur diatas 60 hari dipindahkan ke kandang masa pertumbuhan (Grower).
Untuk pemeliharaan anak ini bisa dalam bentuk postal ataupun menggunakan
kandang Box, untuk kandang Box biasanya dilakukan pada umur 1 – 14 hari
sedangkan dari umur 15 – 60 hari dilaksanakan pada kandang postal karena badan itik
sudah mulai besar .Kapasitas kandang pada periode ini yaitu 10 – 15 ekor/m2.

b.Pemeliharaan Masa Pertumbuhan (Periode Grower).
Periode pemeliharaan Itik Peking pada masa pertumbuhan/masa Grower, perlu
diperhatikan ternak yang dipelihara, karena pada masa ini yang banyak dipelihara
adalah Itik Peking (Peking Duck) Betina seabagai calon Bibit pengganti /Replecement
Stock atau persediaan Bibit dan juga Itik Peking Jantan yang berfungsi sebagai
pejantan pengganti.

Untuk mempersiapkan peremajaan bibit, maka perlu dipersiapkan bibit
pengganti yang mempunyai kelebihan/keunggulan tertentu sebagai bibit pengganti,
baik jantan maupun betina dengan sex ratio 1 : 4 ( 1 Jantan 4 betina).
Pada periode ini Itik yang dipelihara berumur antara 61 hari sampai dengan 150
hari,sedangkan kapasitas kandang pada masa ini sekitar 6 – 8 ekor/m2.

c. Pemeliharaan Peking Duck Layer/Periode bertelur.
Itik Peking/Peking Duck yang sudah berumur 5 bulan atau lebih baik jantan
maupun betina dikatagorikan sebagai Itik Layer karena pada saat ini kondisi Itik sudah
bersiap-siap untuk memproduksi telur, ada yang mulai umur 5,5 bulan atau 6 bulan
tetapi secara umum mulai bertelur normal pada umur 6 bulan.
Itik-itik tersebut ditempatkan pada kandang khusus, yaitu kandang Itik Dewasa ,
kandang itik ini dilengkapi dengan tempat bertelur serta kandang umbaran atau
lapangan tempat bermain yang dilengkapi dengan kolam/saluran air yang berfungsi
untuk mandi Itik dan mendinginkan tubuh pada saat siang hari dengan sex ratio sekitar
1 : 4 ( 1 jantan 4 betina). Ternak-ternak ini berfungsi sebagai bibit penghasil telur yang
siap untuk ditetaskan sebagai sumber DOD yang dipasarkan untuk bakalan
pemeliharaan Itik Peking.Kapasitas dikandang dewasa sekitar 3 – 5 ekor.

2.3. Tahap Pemeliharaan Penggemukan.
Untuk Pemeliharaan Itik Peking/Peking Duck dengan tujuan penggemukan
hanya dilaksanakan dalam 1 (satu) masa pemeliharaan yaitu dari Itik berumur 1 (satu)
hari sampai Itik Peking tersebut siap dijual. Dengan makanan dan pemeliharaan yang
baik ,berat badan Itik Peking yaitu mencapai sekitar 3,3 kg selama pemeliharaan
kurang lebih 55- 60 hari yaitu mulai umur 1 hari sampai umur 55 hari.
Pada umumnya Itik-Itik yang dipelihara untuk tujuan ini adalah Itik Peking yang
jantan, tetapi yang betinanyapun mempunyai kemampuan yang sama dengan yang
jantan hanya berbeda sedikit saja dalam hal berat.
Kalau kita bandingkan antara waktu pemeliharaan dengan hasil produksi daging
yang dihasilkan antara Itik Peking/Peking Duck dengan Ayam Ras Pedaging akan lebih
unggul Itik Peking, dimana untuk Itik Peking dengan waktu Pemeliharaan sekitar 53 –
55 hari bisa menghasilkan daging berat hidup sekitar 3,3 kg, sedangkan untuk Ayam
Ras pedaging dengan jangka waktu pemeliharaan sekitar 32- 35 hari menghasilkan
daging berat hidup sekitar 1,2 – 1,5 kg,sehingga apabila kita bandingkan dengan waktu
yang sama maka akan diperoleh berat daging Itik Peking melebihi berat dari pada
Ayam Ras Pedaging. Silahkan Coba.

2.4. Systim Perkandangan.
Systim perkandangan dalam budi daya Itik Peking/Peking Duck bisa dikenal 3
tipe kandang diantaranya:
 Tipe Kandang Battery.
Dalam tipe kandang ini, ternak dikandangkan satu persatu dalam satu kotak
dengan ukuran yang hanya cukup untuk 1 ekor Itik Peking/Peking Duck Dewasa,
dengan ukuran kandang panjang x lebar x tinggi ( 45 x 45 x 35 Cm). Dengan tipe
kandang ini biaya untuk kandang relative lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tipe
kandang yang lain.
Dengan tipe kandang battery ini, maka sistim perkawinannya harus
menggunakan kawin buatan (Insiminasi Buatan) yang dilakukan oleh tenaga manusia
yang ahli dalam Insiminasi Buatan dengan istilah Insiminator.
Pada tipe kandang ini kondisi ternak maupun produksi telur dari pada Itik
Peking/Peking Duck bisa terkontrol secara satu persatu, apakah produktivitasnya tinggi
atau rendah, begitu juga dalam pengontrolan penyakitnya akan lebih mudah terkontrol.
 Tipe Kandang Postal.
Dalam usaha ternak Itik yang menggunakan tipe kandang Postal, dimana
ternak-ternak peliharaan ditempatkan dalam satu ruangan besar dengan jumlah ternak
tertentu, dimana pemberian makan dan minuman ditempatkan didalam ruangan
kandang, sehingga ternak itik yang dipelihara selalu berada didalam ruangan, biasanya
tipe ini dalam pemeliharaan Itik hanya digunakan untuk Itik Starter dan Grower/Masa
pertumbuhan tetapi adakalanya digunakan untuk Itik Periode Layer.
Kapasitas Itik untuk tipe kandang Postal ini tergantung dari pada jenis Itik yang
dipelihara apakah jenis Itik Starter atau Itik Grower, untuk umur Itik periode sstarter
kapasitas kandang yang digunakan yaitu sekitar 10 – 15 ekor/m2, sedangkan apabila
digunakan untuk preiode grower yaitu sekitar 6 – 8 ekor/m2, seandainya digunakan
untuk periode layer kapasitas kandang sekitar 3 – 5 ekor/m2.
 Tipe Kandang Ranch.
Tipe kandang ranch ini merupakan pengembangan dari tipe kandang Postal,
dimana dalam kandang tipe ranch ini selain ada ruangan tempat ternak juga dibagian
luar/dihalaman depannya disediakan halaman tempat bermain yang biasa dikenal
dengan nama kandang Umbaran yang dilengkapi dengan saluran air atau kolam, yang
berfungsi untuk mandi/membersihkan kotoran yang menempel di badannya serta
berfungsi pula untuk mendinginkan tubuh diwaktu siang hari, hal ini disebabkan Itik
Peking merupakan jenis Unggas yang tidak tahan terhadap panas, sehingga harus
disediakan air untuk pendingin tubuhnya.
Tipe kandang ini lebih cocok untuk pemeliharaan ternak Unggas Air dengan
cara pemeliharaan yang Intensive.
Untuk lebih jelasnya tipe kandang bisa dilihat pada gambar berikut ini:
 Contoh Kandang Battery.
Ukuran per kotak kandang Panjang x lebar x tinggi (45 x 45 x 35 Cm)
 Contoh Kandang Tipe Postal.
 Contoh Kandang Ranch.

Sumber :
Ir. H. Idih Purnama Alam
Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

TikTok yang Montok


Lebih dari tiga tahun terakhir ini puluhan ruas kakilima di kota-kota besar ditumbuhi tenda makan maupun resto yang menyajikan masakan bebek. Digoreng atau pun disemur dan ditongseng. Akan halnya tiktok baru sekitar dua tahun terakhir ini dikenal oleh kuping sebagian kecil restomania. Sungguhpun begitu, kekondangan tiktok akhir-akhir ini justru merambah ke beberapa resto bergengsi. Kecuali tidak amis, dagingnya yang selembut daging ayam ras, broiler, dan rasa gurihnya yang segurih ayamkampung membuat restomania penasaran.

Sayangnya, pasar yang mulai lapar dan selera yang kuat terangsang akan gurihnya titok ternyata tak terpenuhi. Suplai unggas buah perkawinan itik-entok ini sangat terbatas. Sejak persilangan yang menghasilkan tiktok dikenal oleh kalangan balitnak IPB maupun Ditjennak Deptan berikut beberapa instansi andahan-nya, tak ada upaya serius mengembangkannya sebagai ternak pedaging kecuali si penyilang awal, Santoso.
Yang Montok, Tipis Lemak
Menjawab TROBOS pekan yang lalu di rumahnya Santoso menuturkan, tiktok itu lahir dari obsesinya untuk mendiversivikasikan ternak unggas dengan yang tahan penyakit, memiliki tekstur daging ayam, siklus pertumbuhannya cepat. Untuk ini sejak awal ia sudah mengincar entok dan bebek.
Berbulan-bulan dan berbagai wilayah sentra peternakan bebek Santoso datangi. Akhirnya ia menemukan bibit dari Inggris yang biangnya berasal dari Perancis. Jenis bebek inilah yang memenuhi tuntutan biologis untuk bisa disilangkan dengan entok lalu melahirkan bebek yang kemudian Santoso namakan “tiktok”. Bukan sarati, bukan beranti, togri, ritog, tongki, atau bukan juga mandalung sebagaimana beberpa orang ajukan. Nama “tiktok” itu pula yang Santoso patenkan pada tahun 2000 di lembaga Paten, Dep.Kehakiman.

Ciri biologis utama tiktok adalah pada posturnya yang montok mirip entok. Warna bulunya umumnya putih mirip bebek Peking. Kalau tiktok kenyang dengan hanya pakan komposit mandiri (dedak, katul, jagung, dan remah ikan) seberat 1,8 ons, maka bebek Peking menghabiskan 2,5 ons sampai 3 ons dan inipun pakan konsentrat fabrikan.

Walaupun porsi pakannya jauh lebih sedikit ketimbang bebek manapun, badan titok tetap montok. Dan kemontokannya bukan karena lemak. Kalau broiler 1,3 % di dada dan 6,8 % di pahanya, maka lemak di dada titok cuma 1 % dan 1,3 % di pahanya. Persilangan entok dengan bebek-biang lebih efektif dengan inseminasi buatan. Dan telur yang dihasilkan, ditetaskan dengan mesin penetas.

Daya tetas telur induk tiktok itu hanya sekitar 33 %. Tiap 3 telur tetas hanya menghasilkan seekor DOT (day old tiktok). Bila tiap pekan dibutuhkan 100 dot, maka telur yang mesti ditetaskan tak kurang dari 300 butir. Karena produktivitas induk biasanya tak lebih dari 60%, maka untuk mencapai jumlah telur tetas dibutuhkan tak kurang dari 70 sampai 75 ekor induk per hari (300 x 10/6 : 7). Biasanya seekor entok pejantan mampu “mengawini” 4 ekor bebek induk. Sedangkan lama penetasan telur tiktok umumnya 32 hari. Ini lebih cepat dari telur entok yang biasanya 35 hari, atau lebih lambat ketimbang telur bebek yang 28 hari. Dalam waktu sekitar dua sampai dua-setengah bulan bayah (anak itik) sudah menjadi tiktok pedaging dengan berat sekitar 1,8 kg sampai 2 kg.
Selengkapnya baca Majalah TROBOS edisi Oktober 2008
Sumber :
9 September 2009

TINDAKAN-TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT



MOTO KESEHATAN : TINDAKAN PENCEGAHAN LEBIH BAIK DARIPADA PENGOBATAN.

Pencegahan penyakit  ternak pada prinsipnya terdiri dari dua komponen, yaitu tindakan sanitasi dan vaksinasi. Tindakan sanitasi sendiri secara berurutan terdiri atas tindakan dekontaminasi dan desinfeksi.  Desinfeksi dengan penggunaan desinfektan yang tidak didahului dengan dekontaminasi menyebabkan ketidakefektifan tindakan sanitasi.

Penghapushamaan (Dekontaminasi)  dan Deisinfeksi Kandang serta Peralatan
Dekontaminasi didefinisikan sebagai proses fisik untuk menghilangkan bahan-bahan biologis dan anorganik dari permukaan suatu bangunan, termasuk kandang dan peralatan. Sedangkan desinfeksi merupakan proses penghancuran organisme patogenik. Jadi dekontaminasi yang menyeluruh digunakan untuk mencapai desinfeksi yang efektif. Dekontaminasi merupakan upaya untuk membersihkan seluruh bagian kandang dan peralatan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan jalan mencuci bersih menggunakan deterjen atau dengan mengapur dinding kandang sebagai persiapan desinfeksi kandang dan peralatan.
Desinfektan dan Antiseptika
Desinfektan adalah preparat kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme, khususnya mikroorganisme yang membahayakan. Preparat ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Desinfektan digunakan untuk barang-barang tak hidup, misal : ruang operasi, kandang alat-alat operasi dan sebagainya.
Antiseptika adalah semua senyawa yang dapat membunuh atau mencegah perkembangan mikroorganisme. Antiseptika biasanya digunakan untuk jaringan hidup. Konsentrasi antiseptika biasanya rendah, guna menghindari kerusakan jaringan. Kadar antiseptika yang tinggi dapat membunuh sel-sel bakteri maupun jaringan hidup yang terkena. Konsentrasi antiseptika yang rendah hanya cukup untuk menghambat perkembangbiakan jasad renik, sehingga bersifat bakteriostatik.
Pengetahuan tentang desinfektan dan antiseptika perlu dikembangkan, karena tidak semua desinfektan atau antiseptika dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan atau antiseptika  tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan  atau antiseptika ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan atau antiseptika dituntut  bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan atau antiseptika.
Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan  karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan dan  antiseptika berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan dan antiseptika memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena itu,  desinfektan  hanya digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati, sedangkan antiseptika mungkin hanya digunakan pada jaringan hidup terbatas pada permukaan kulit
 Sifat-sifat penting Desinfektan dan Antiseptika
Beberapa sifat-sifat penting antiseptika dan desinfektan,  antara lain :
  • Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
  • Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
  • Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak.
  • Memiliki daya tembus yang tinggi.
  • Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.
  • Tidak mengganggu proses kesembuhan.
  • Tidak merusak alat-alat operasi, lantai kandang dan dinding.
  • Tidak menimbulkan warna yang mengganggu pada jaringan yang dioperasi.
  • Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga sifat-sifat berikut :
  • Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih tinggi.
  • Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi.
  • Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
  • Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan bekerja baik tidak lebih dari 1100F.
Pada usaha peternakan, desinfektan digunakan untuk mencegah ataupun mengendalikan penyakit infeksi. Desinfeksi terhadap kandang, bangunan-bangunan dan alat-alat peternakan dapat mencegah timbulnya penyakit menular. Pada saat bedah bangkai dan penguburan hewan mati karena penyakit menular, desinfektan juga banyak digunakan guna mencegah penularan penyakit  Pada peternakan sapi perah, antiseptika digunakan untuk mencegah penyakit radang ambing atau mastitis. Larutan antiseptika juga dipakai untuk mencuci alat-alat yang berhubungan dengan proses pengolahan susu, misalnya kaleng susu, botol, ember, tangki dan sebagainya.
Diperlukan pertimbangan konsentrasi dan waktu kontak desinfektan yang cukup, sehingga penggunaan desinfektan menjadi aman, efisien dan efektif. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi dan kontak waktu yang terlalu lama menyebabkan desinfektan menjadi tidak praktis, mahal, membakar kulit dan berbahaya bagi ternak. Perlu dipertimbangkan pula aktivitasnya dalam melawan bakteri, virus, fungi dan protozoa, misalnya 4% asam asetat bisa membunuh virus PMK, namun tidak membunuh Mycobacterium paratuberculosis, yang merupakan penyebab John Disease. Label produk harus dicek tanggal kadaluwarsanya, karena penggunaan desinfektan yang kadaluwarsa menyababkan tidak efektif lagi untuk mendesinfeksi. Waktu kontak kebanyakan desinfektan berkisar antara 20 menit sampai dengan 30 menit.
 Macam-macam Desinfektan dan Antiseptika
 Desinfektan dan antiseptika  bisa digolongkan berdasarkan cara fisis dan kimiawi. Secara fisis, yang penting adalah penggunaan panas dan sinar. Panas dapat diperoleh dengan dilewatkan melalui pemanas atau dengan air yang dipanaskan, kemudian disemprotkan ke tempat yang disucihamakan. Jenis sinar yang digunakan dalam sterilisasi adalah sinar ultraviolet dan sinar gamma. Di Indonesia, kecuali untuk peternakan unggas, secara fisis di atas hanya dilakukan dengan menggunakan air panas, selain murah dan gampang dilakukan, juga memiliki kelebihan lain yaitu air dapat memasuki lubang-lubang kecil.
Desinfektan bisa digunakan dengan variasi cara, antara lain : spray, sabun, aerosol atau fumigan.
Secara kimiawi, terdapat beberapa jenis senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial dengan karakteristik pemakaian tertentu, yaitu :
  • Kresol, merupakan biosida yang murah dan efektif bila digunakan untuk bangunan dan tanah, termasuk dinding kandang dan peralatan kandang, Bersifat korosif, toksik  pada konsentrasi tinggi dan meninggalkan warna. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat mengakibatkan kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak. Desinfektan ini sangat efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan mikroorganisme tersebut.
  • Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab Tuberkulosis dan John’s  Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet.
  • Amonium kuarterner, dianjurkan untuk mendesinfeksi  kandang, peralatan dan tempat penetasan Senyawa ini memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri gram negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif melawan virus PMK ataupun Mycobacterium paratuberculosis, bakteri penyebab John’s Disease. Keberadaan materi organik, seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia, meskipun juga menyebabkan karat. Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifat racun yang tinggi
  • Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula digunakan untuk menjernihkan air pada peternakan, air minum, sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang unggas. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan lebih aktif dalam air hangat. Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat merusak kulit manusia. Larutan chlorin efektif sebagai bakterisidal yang digunakan dalam kolam renang. Khlor (Cl2} dalam air membentuk asam hipoklorit (HOCl) dan asam Hidrokhloride (HCl) dengan reaksi : Cl2 +   H2O ↔ HOCl. Asam HOCl selanjutnya berperan sebagai desinfektan, bereaksi  dengan bervariasi senyawa, baik dengan senyawa anorganik maupun organik atau terurai menjadi menjadi ion H+ dan OCl-, dengan reaksi : HOCl     →    H+ +  OCl- Derajat ionisasi dipengaruhi oleh pH. Ionisasi terjadi pada pH asam sampai netral, sedangkan pada pH alkalis,  ionisasi akan dihambat.
  • Formalin/formaldehid,  cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di dalam almari yang dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap petugas yang menggunakannya, karena formalin  merupakan senyawa korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Gas dapat diperoleh dengan jalan mencampur  Kalium Permanganat dengan formalin. Supaya efektif, maka fumigasi dilakukan pada suhu 30o – 60oC dan kelembaban di atas 75%. Fumigasi ini sangat efektif untuk desinfeksi kandang unggas, dengan syarat kandang dikosongkan, seluruh sela-sela ditutup tirai plastik cukup rapat, dan didiamkan selama 3 – 5 hari. Kandang akan terbebas dari bakteri, jamur dan virus yang mungkin bisa menyebabkan wabah penyakit.
  • Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor adalah kombinasi iodine dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan dalam air. Iodofor merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain. Kekurangannya adalah meninggalkan bekas warna pada pakaian dan permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik pada kulit, sehingga dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik yang lain dan disebut Iodophor. Contoh Iodophor adalah povidone-iodine (Betadine) yang sering digunakan sebagai antiseptik di rumah sakit.  Iodophor merupakan desinfektan yang termasuk golongan halogen.  Bahan ini merupakan sintetis dari yodium dan zat organis yang memiliki kemampuan mikrosidal. Desinfektan ini cocok untuk mengatasi semua bakteri gram positif maupun gram negatif, virus dan jamur. Pada konsentrasi 50 – 75 ppm digunakan sebagai desinfektan pada inkubator,  kandang unggas dan RPA. Pada konsentrasi 12,5 – 25 ppm untuk sanitasi telur. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 12,5 ppm digunakan untuk antiseptika, dan dicampurkan dalam air minum unggas.
Dikenal juga  berbagai antiseptika dan desinfektan  bersifat asam, antara lain :
  • Asam anorganik, HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai untuk desinfeksi ruangan yang tercemar tinja. Keduanya korosif, sehingga tidak dianjurkan. Asam borat 2 – 5% digunakan untuk jaringan kulit. Bersifat tidak merangsang jaringan, namun daya mematikan jasad reniknya tidak besar.
  • Asam organik, seperti asam salisilat dan benzoat banyak dipakai sebagai salep. Bersifat germisid lemah, melunakkan tanduk dan dapat membunuh jamur.
Beberapa alkali juga bisa digunakan untuk desinfeksi. Contoh-contoh alkali yang bisa berperan sebagai desinfektan, antara lain :
  • Caustic soda/ NaOH (sodium hydroxide), sangat aktif jika dicampur dengan air panas, namun bersifat merusak cat, plitur dan tekstil. Perlu melindungi diri pada saat penggunaan, dengan  pakaian, sarung tangan, sepatu karet.
  • CaO (lime/Quiclime) atau gamping, jika ditambah dengan air maka CaO menjadi Ca(OH)2, yang bersifat melarutkan kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai maupun halaman. Apabila berlebihan, akan merusak kuku babi, kambing maupun sapi. Gamping tidak bisa membunuh spora kuman anthrax dan Clostridium. Ca(OH)2 di dalam air dengan perbandingan 1 : 4, menghasilkan milk of lime, digunakan untuk desinfeksi lantai tercemar tinja dan guna mencapai hasil yang memuaskan, maka penggunaan minimal 2 jam. Larutan campuran CaO dengan belerang yang direbus, bisa dipakai sebagai pembunuh parasit.
  • Khlorhexidine (Nolvasan-S), merupakan sediaan khlor sintetik, alkalis dan mudah larut dalam air serta tidak bersifat toksik. Secara luas bersifat virusidal, terutama terhadap penyebab rabies,  efektif melawan bakteri gram positif  maupun negatif. Daya kerja tidak dipengaruhi oleh darah, nanah, percikan air susu dan cairan jaringan. Khlor sintetik dipakai untuk desinfeksi alat-alat pemerahan dan ambing. Larutan 0,2 – 5%, digunakan untuk  teat dipping. Kadang-kadang khlorhexidine dikombinasi dengan surfaktan, zat warna atau bahan lain, misal : gliserin.  Sediaan khlor yang juga banyak dipakai, antara lain : sodium dan kalsium hipoklorit, kaporit, khloramin-T dan iodine monokhloride.
Keampuhan Antiseptika dan desinfektansia
Antiseptika dan desinfektansia sebagai bahan antimikrobial memiliki kekuatan keampuhan membunuh bakteri tertentu. Guna mengetahui keampuhan bahan antimikrobial seringkali digunakan istilah koefisien fenol, yaitu keampuhan antimikrobial tertentu yang dibandingkan dengan keampuhan yang dimiliki fenol.  Koefisien fenol kurang dari satu, berarti antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya koefisien lebih besar dari satu, menunjukkan bahwa antimikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Hasil penelitian Rahayu (2006), menunjukkan bahwa keampuhan alkohol, etanol 70% terhadap bakteri penyebab mastitis, yaitu  Staphylococcus aureus, cukup besar, yaitu 4 kali kekuatan fenol. Tabel 2.1., meyajikan hasil uji koefisien fenol sensitifitas etanol 70% terhadap  Staphylococcus aureus.
Tabel 2.1. Hasil Uji Koefisien Fenol Sensitifitas Etanol 70% Terhadap  
                 Staphylococcus aureus

 Pengenceran
5 menit
10 menit
15 menit
Alkohol 70%1 : 300
1 : 350
1 : 400
1 : 450
HidupMati
Mati
Mati
MatiMati
Mati
Mati
MatiMati
Mati
Mati
Fenol1 : 90
1 : 100
HidupHidup
HidupMati
MatiMati
Sumber : Rahayu (2006)
Kekuatan etanol dalam membunuh Staphylococcus aureus jauh lebih besar daripada fenol. Etanol menunjukkan aktivitas antimkroba yang cepat dengan spektrum luas melawan bakteri vegetatif, virus, jamur, tetapi tidak sporosidal. Sel Staphylococcus aureus sebagai penyebab mastitis tidak memiliki spora sehingga akan mati dengan pemberian etanol.
Diperlukan pertimbangan konsentrasi dan waktu kontak yang cukup pada penggunaan desinfektan, sehingga penggunaan desinfektan menjadi aman, efisien dan efektif. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi dan kontak waktu yang terlalu lama menyebabkan desinfektan menjadi tidak praktis, mahal, membakar kulit dan berbahaya bagi ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol dengan konsentrasi 70 % secara  efektif bisa digunakan untuk dipping puting sapi perah post pemerahan guna mencegah kejadian mastitis, dengan lama pencelupan 10 menit. Pada penggunaan etanol 90%, zone hambat terhadap Staphylococcus aureus lebih kecil dibandingkan etanol 70%. Hal ini berkaitan dengan aktivitas katalitik air yang menurun, karena jumlah air dalam larutan berkurang pada etanol 90%. Etanol dengan konsentrasi di bawah 50% tidak efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
Level kaporit yang menghasilkan daya hambat tertinggi terhadap Staphylococcus aureus dicapai pada  level 60 ml/L, yang merupakan konsentrasi tertinggi dalam percobaan.  Sedangkan pada Iodofor, dicapai pada level 10 ml/L, yang merupakan level terendah dari perlakuan yang dicobakan. Iodofor 10 ml/L menghasilkan daya hambat yang tertinggi terhadap Staphylococcus aureus, karena pada konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang paling efektif bagi Iodophor   sebagai antiseptik pada kulit puting dan bekerja dengan cara inaktivasi protein mikroba. Pada level Iodophor yang lebih tinggi dari 10 ml/L daya hambat Iodophor terhadap Staphylococcus aureus menurun. Hal ini disebabkan konsentrasi antiseptika yang tinggi akan mengurangi jumlah air, padahal air memiliki peran aktivitas katalitik terhadap denaturasi protein mikroba.
Selain desinfektan dan antiseptika, beberapa istilah yang berkaitan dengan desinfektan dan antiseptika harus diketahui, antara lain :
  • Bakterisid, merupakan bahan kimia yang mempunyai daya kerja mematikan sel-sel bakteri.
  • Mikrobisid, merupakan bahan kimia yang daya kerjanya mematikan lebih dari satu macam mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, protozoa, dsb.
  • Bakteriostat, merupakan bahan kimia yang hanya menghambat perkembangan bakteri, jadi tidak mematikan bakteri.
  • Sanitaiser, merupakan bahan kimia yang dapat menekan jumlah bakteri pada suatu lingkungan tertentu, sehingga lingkungan tersebut aman dari serangan penyakit. Sanitaiser tidak mematikan semua bentuk mikroorganisme yang berada di permukaan, tetapi hanya membatasi perkembangbiakannya sehingga sumber penyakit tersebut tidak mampu menimbulkan infeksi.
Vaksin dan Vaksinasi
Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.
Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan.
Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lainadalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada unggas dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.
Baik vaksin hidup maupun vaksin mati memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihannya vaksin hidup merupakan kekurangannya vaksin mati dan sebaliknya kekurangannya vaksin hidup merupakan kelebihannya vaksin mati.
 Beberapa kelebihan vaksin hidup :
  • Kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin hidup sama dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami.
  • Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen.
  • Tidak perlu adjuvan
 Beberapa kekurangan vaksin hidup, antara lain :
  • Bahaya pembalikan menjadi lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin.
  • Penyimpanan dan masa berlaku vaksin yang terbatas.
  • Diperlukan stabilisator dalam penyimpanan.
  • Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan.
Beberapa kelebihan vaksin mati, antara lain :
  • Tidak menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi.
  • Mantap dalam penyimpanan.

Beberapa kekurangan vaksin mati, antara lain :
  • Perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin.
  • Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitifitas.
  • Pemberian secara parenteral memberikan perlindungan yang terbatas.
  • Resistensi lokal pada pintu-pintu masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi.
  • Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.
Kegagalan Vaksinasi
Perlu diingat bahwa vaksinasi adalah salah satu program pengendalian penyakit pada ternak yang bertanggung jawab terhadap kerugian ekonomis yang cukup tinggi apabila dalam pelaksanaanya ternyata menemui kegagalan. Adanya kegagalan vaksinasi menyebabkan angka pesakitan (morbiditas) ternak tang tinggi, penurunan produksi dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan vaksinasi antara lain:
  1. Vaksin. Pembatasan life span (masa berlaku) vaksin yang sudah lewat atau kadaluwarsa menyebabkan vaksin tidak berguna apabila digunakan karena tidak akan menghasilkan imunitas yang diharapkan. Apabila temperatur pada saat penyimpanan dan transportasi vaksin di atas 4 derajat celcius, maka vaksin akan kehilangan potensinya. Demikian pula vial dan bahan asal vial yang tidak memenuhi syarat. Bahan pengencer yang disediakan berkualitas rendah. Seringkali digunakan bahan pengencer berupa air sumur, air destilasi atau garam fisiologis, hal ini tidak dibenarkan. Perlu dicatat bahwa bahan pengencer yang digunakan adalah yang telah disediakan oleh pabrik pembuat vaksin. Bahan pengencer tidak boleh dicampur atau ditambahkan zat apapun.
  2. Cara Vaksinasi. Secara khusus dosis dan cara/route pemberian vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai aturan maka terjadilah kegagalan vaksin. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis, kekurangan dosis vaksin akan menimbulkan imunitas yang kurang. Kelebihan dosis akan menimbulkan immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal. Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Kadang-kadang peternak menggunakan bahan pengencer berupa air ledeng yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi antigenisitasnya dan menyebabkan timbulnya antibodi yang kurang. Route pemberian vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (di bawah kulit). Route pemberian vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route pemberian vaksin menyebabkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan. Jadwal pemberian vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilah booster. Apabila rangkaian pemberian vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya tidak lengkap dilakukan , maka imunitas yang diharapkan tidak akan tercapai.
  3. Antibodi Maternal. Antibodi maternal adalah antibodi yang berasal dari induk yang diturunkan kepada anak, kalau pada unggas melalui kuning telur pada waktu telur masih ada di ovarium. Kegunaan antibodi tersebut adalah untuk ketahanan tubuh anak terutama pada awal-awal kehidupannya. Antibodi ini diperoleh secara pasif. Vaksinasi yang dilakukan pada saat antibodi maternal masih ada dalam darah sirkulasi, artinya belum secara total dikatabolisme, maka vaksin yang diberikan akan percuma, karena dinetralisir oleh antibodi maternal. Hasil penelitian Zalizar dan Rahayu (1997), menunjukkan bahwa setelah pemberian vaksin ND La Sota ke-I pada unggas umur 8 hari, titer HI (Hemaglutinasi Inhibisi) menurun sangat drastis sampai 78,75% dari antibodi maternalnya, hal ini disebabkan masih ada campur tangan antibodi maternal terhadap keberhasilan vaksinasi. Titer HI setelah pemberian vaksin ND La Sota ke-II, yaitu pada umur 18 hari, ternyata jauh lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I. Demikian pula titer HI setelah vaksinasi ke-tiga, pada umur 28 hari, lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I dan ke-II.  Antibodi maternal secara efektif mencegah keberhasilan vaksinasi sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10 – 20 hari setelah unggas menetas.
  4. Cold Storage (pendingin). Vaksin harus dipertahankan tetap dingin dari mulai dikeluarkan oleh pabrik pembuat sampai pada saat akan diberikan kepada ternak. Vaksin dan bahan pengencer kadang-kadang menjadi satu tempat, akan tetapi kadang juga terpisah dengan temperatur penyimpanan yang berbeda, hal ini tergantung dari pabrik pembuat vaksin. Tindakan yang lebih hati-hati adalah apabila selama transportasi vaksin ditempatkan di ice box sehingga temperatur yang rendah dapat selalu dipertahankan.  
  5. Kemampuan Membangun Antibodi. Vaksin yang diberikan akan berhubungan langsung dengan status imun unggas yang menerima vaksin. Immunocompetence adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan kemampuan membangun antibodi yang dimiliki oleh ternak. Immunocompetence sangat dipengaruhi oleh faktor kongenital (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Faktor kongenital yang banyak berperan adalah organ-organ limfoid, yang terdiri atas : bursa fabricius pada unggas, thymus, lien yang akan menghasilkan sel-sel limfosit. Bursa fabricius merupakan tempat pendewasaan dan deferensiasi sel-sel limfosit B yang berperan dalam antibodi humoral, sedangkan thymus berperan sebagai tempat pendewasaan sel-sel limfosit T yang berperan bagi pembentukan antibodi seluler. Apabila ada gangguan pembentukan antibodi oleh organ-organ limfoid di atas maka kekebalan tubuh yang terbentukpun akan terganggu. Faktor lingkungan yang berperan menentukan immunocompetence ternak adalah status nutrisi dan penyakit. Nutrisi yang jelek terutama kandungan protein yang rendah akan menurunkan immunocompetence. Temperatur yang tinggi dan tingginya curah hujan juga akan menyebabkan stress pada ternak yang akan menurunkan juga immunocompetence. Penyakit-penyakit strategis pada unggas yang sering menyebabkan hambatan imunitas (immunocompetence) adalah IBD (gumboro) dan ND.
  6. 6. Mycotoxin (racun dari jamur) dalam pakan. Adanya mikotoksin yang masuk ke dalam tubuh ternak bersama dengan biji-bijian pakan ternak akan menyebabkan keracuinan dan menurunkan immunocompetence. Mikotoksin mudah berkembang pada lingkungan dengan temperatur tinggi dan kelembaban yang tinggi pula, seperti di negara-negara tropis, termasuk Indonesia.
7.      Kontaminan pakan. Pestisida yang mencemari biji-bijian pakan diindikasikan sebagi salah satu faktor penyebab rendahnya immunocompetence. Hal ini berkaitan dengan efek pestisida yang menyebabkan limfositoksik (keracunan pada sel-sel limfosit). Hal ini akan menyebabkan kegagalan vaksinasi. Logam berat, seperti Cu, Cd dan Pb seringkali mencemari pakan. Logam-logam tersebut berasal dari limbah industri, pupuk kimia, rodentisida, asap mobil, cat dan herbisida yang mencemari udara, air dan pakan. Apabila pakan tercemar tersebut masuk ke tubuh ternak maka hal ini merupakan faktor penghambat imunitas ternak.

Upunggasengatasi Kegagalan Vaksinasi

Ada beberapa tindakan guna mengatasi kegagalan program vaksinasi, yaitu :
  • Vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya. Lihat batas waktu pemakaian dan pilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya.
  • Selama transportasi vaksin, hindarkan vaksin dari kontaminasi dan cahaya matahari. Tindakan yang paling aman adalah menyimpan vaksin dalam termos atau ice box.
  • Apabila vaksin disimpan, usahakan temperatur penyimpanan sesuai petunjuk pabrik. Baca secara hati-hati petunjuk penyimpanan. Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda.
  • Vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk mencegah stres.
  • Monitoring kualitas pakan, jangan sampai mengandung mikotoksin, karena mikotoksin dengan kadar 30 ppb akan menunrunkan immunocompetence.
  • Pada vaksin yang dicampur air minum, maka perhitungan volume air yang digunakan harus tepat, hal ini disesuaikan dengan umur unggas dan kondisi iklim, karena konsumsi air bervariasi tergantung cuaca dan umur. Harus dihindari air yang mengandung chlor atau desinfektan. Vial vaksin harus dibuka di dalam air minum untuk menghindari kontaminasi udara.
  • Dianjurkan diberi obat cacing pada unggas grower dan finisher, kira-kira seminggu sebelum vaksinasi untuk mencapai hasil yang optimal.
  • Bisa diberikan adjuvant atau immunomodulator untuk mencapai immunocompetence yang diharapkan.  

 Sumber Bacaan :
  • Anonimous, 1998. Cleaning and Disinfection of Premises. Maintaining Livestock  Health after a Flood. Missisippi State University Extension Service.
  • Dwidjoseputro, 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.
  • Jones, 1998. Staphylococcus aureus Mastitis : Cause, Detection and Control. Virginia-Maryland Regional College of Veterinary Medicine, Virginia Tech.
  • Murtidjo, BA., 1995. Pengendalian Hama dan Penyakit Unggas. Penerbit Kanisius.
  • Rahayu, ID., Kunci Sukses Mengatasi Kegagalan Program Vaksinasi. Poultry Indonesia, Mei – 2000.
  • Rahayu, ID., 2006. Sensitifitas Staphylococcus aureus Sebagai Bakteri Patogen Penyebab Mastitis Terhadap Antiseptika Pencelup Puting Sapi Perah. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Muhammadiyah Malang.
  • Rahayu, ID., 2001. Mengatasi Mikotoksin Sebagai Kontaminan Bahan Pakan Ternak. Poultry Indonesia, April 2001.
  • Smith, TW. 1997. Tsmith@poultry.msstate.cdu or msuinfo@ur.msstate.edu.
  • Shane, SM.1998. Buku Pedoman Penyakit Unggas. (Terjemahan). Alih Bahasa :  Tangenjaya dkk.. American Soybean Association.
  • Singh, B. P. & Chauban, R. S., 1999. Vaccine Failures. Poultry International. September, 1999.
  • Subronto dan Tjahadjati, 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press.
  • Tizard, 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan Masduki Partodiredjo.. Penerbit Universitas Airlangga.
  • Zalizar, L dan Rahayu, ID., 1997. Pengeruh Pemberian Vaksin Newcastle Disease (ND) La Sota Terhadap Titer Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada Unggas Broiler. Laporan Penelitian. Laboratorium Kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang.
Tags: pencegahan penyakit, penyakit, penyakit ternak, tindakan-tindakan pencegahan penyakit