Wednesday 9 June 2010

MENGENAL PENYAKIT PETERNAKAN UNGGAS DAN CARA PENGOBATAN OBJEKTIF-OBJEKTIF

•    Untuk meningkatkan pengetahuan tknikal peternak / petani unggas.
•    Mengingkatkan mutu pengurusan farm peternakan Mengontrol penyakit2 unggas.
•    Menghasilkan daging yang bermutu dengan harga yang mampu bersaing.
•    Memajukan mutu produksi pe-ternak.
•    Memaksimalkan keuntungan farm peternakan.

SITUASI SEKARANG DI INDUSTRI PETERNAKAN
•    Harga makanan, vaksin, obat2an yang sangat tinggi
•    Ini akan mengakibtkan biaya yang sangat tinggi
•    Tetapi harga jual sangat rendah
•    Akibatnya,
•    Keuntungan yang sangat kecil bagi pihak pengusaha (peternak)
BAGAIMANA MENINGKATKAN KEUNTUNGAN?
•    Meningkatkan persentase dan berat tangkapan dan memperbaiki kadar penukaran anak unggas dengan cara?
1.    Perancangan berdedikasi
2.    Amalan pengurusan yang baik dan berkesan
3.    Menghindari/menjauhi dari penyakit2 unggas
4.    mencegah penyakit sebelum tantangan datang.
PENYAKIT
•    Penyakit berlaku apabila terdapat gangguan2 sistem organ badan yg menyebabkan ia tidak boleh berfungsi dengan sempurna
•    Penyakit biasanya diakibatkan dari beberapa faktor
1.    ketahanan tubuh / antibodi unggas yang lemah terhadap penyakit, yang disebabkan faktor2 tidak langsung seperti tekanan suhu.
2.    Ini menyebabkan faktor langsung menyebabkan kejadian penyakit dalam kelompok unggas
AKIBAT-AKIBAT DARI PENYAKIT
•    Kematian unggas
•    Pengeraman unggas yang akan lemah dan kecil
•    biaya pengobatan yang akan tinggi
•    pertumbuhan unggas yang akan lambat
•    Produksi akan rendah (berat badan)
•    Kadar penukaran/perhitungan makanan yang akan menjulang tinggi (FCR)
•    Mutu daging yang kurang baik
•    Biaya yang akan di keluarkan akan sangat meningkat, dan akhirnya,
•    kehilangan semangat juang, kehilangan keyakinan, dan yang pasti akan kehilangan aset.
SEBAB-SEBAB PENYAKIT TIDAK LANGSUNG
•    Faktor tekanan (stress factor) diantaranya:
1.    Kedinginan / kepanasan
2.    Pengudaraan yang kurang baik/jelek
3.    Ruang pemeliharaan/kandang yang tidak cukup
4.    perhitungan makanan dan minuman yang tidak cukup
5.    keadaan lantai / sekam yang basah dan jelek
6.    Ke-tidak berhasilan pemvaksinan/ tidak ada ketahanan tubuh
7.    Kekurangan bio-sekurity
SEBAB-SEBAB PENYAKIT YANG LANGSUNG
1.    Virus
2.    Bakteri/kuman
3.    Fungus/kulat
4.    Protozoa
5.    Parasit
6.    Pemakanan
7.    Keracunan Kimia
BAGAIMANA PENYAKIT BISA MENYEBAR?
1.    Membawa masuk unggas yang sakit/adanya vektor arau pembawa virus, seperti tikus, orang kampung masuk kekandang (kurang bersih) Lingkungan yang kotor dll
2.    Melalui benda2 yang sudah tercemar seperti : kendaraan, tempat makanan yag tercemar, air minum dan tempat minum yg tercemar,lantai tanah, sekam, sepatu, baju, dan manusia.
3.    Melalui bangkai unggas yang mati akrena sakit, yang tidak di bersihkan dengan sempurna
4.    Melalui air dan makanan unggas, dan karung pakan yang tercemar
5.    melalui tikus burung liar dan hewan lain
6.    melalui udara di kawasan yang sudah tercemar
SEBAB TIDAK LANGSUNG DATI TEKANAN SUHU (HEAT STRESS)
•    Disebabkan oleh suhu sehari2 yang sangat tinggi, kelembaban udara /humidity yg tinggi dan peredaran udara yang kurang baik (ventilasi)
•    Faktor2 pendorong : unggas berat, kandang tidak cukup, kekurangan air, jangkitan sistem pernafasan (E.coli)
•    Tanda2: mulut unggas terbuka atau terengah-engah (panting), sayap dan kaki terbentang, proktasi dan mati
•    PM(hasil dari Postmortem) atau pembedahan unggas: otot dada tercekik, lubang hidung danmulut berlendir.
•    Diagnosis: suhu persekitaran yang tinggi , tanda2 klinikal, PM lessions, dan waktu kematian.
TEKANAN SUHU - HEAT STRESS
•    Sebagai treatment: Menyiapkan suhu kandang yang optimal, air dan pengudaraan yang mencukupi, Elektrolit dan vitamin.
•    PENCEGAHAN:
1.    Kandang dengan ketinggian yang optimal, perlindungan atap kandang, kalau mengguanakan seng, hindari dengan memakai seng yang di cat warna hitam, pendinginan dengan menggunakan kipas dan yang mengeluarkan percikan air.
2.    Meningkatkan pengudaraan kandang secara melintang.
3.    Pemberian makan pada keadaan suhu dingin, menambah kan ruang atau tempat pemeliharaan
4.    Langkah kebarsihan menghindari dari jangkitan E.coli
TEKANAN DINGIN - COLD STRESS
•    Penyebabnya: sekam lantai sedikit, Suhu perindukan/eraman yang rendah (brooder)
•    Akibatnya: unggas akan berkerumun, tidak lincah, tidak ada selera makan / malas makan
•    Tanda2: Lemah, ketandusan air badan, dan mati
•    PM: karkas kurus, pucat, sarap didalam tembolok dan perut, kaki kurus, kantung yolka tidak terserap
•    Rawatan: Memperbaiki suhu indukan/eraman/brooding. dan membuang unggas yang sudah lemah, dikarenakan unggas yang lemah akan menularkan berbagai jenis penyakit kepada unggas yang sehat
•    Pencegahan: Amalkan pengurusan ternakan yang baik.
PENGURUSAN
•    Amalan pengurusan ternakan yang baik (GAHP) ini sangat penting untuk perlakuan terbaik (B.wt & FCR)
•    pengurusan yang jelek mengakibatkan tidak sama rata terhadap pertumbuhan unggas, pembuangan, kematian berat badan rendah dan FCR yang tinggi
•    Sebab2: ruang pemeliharaan kurang mamadai, suhu ruang makan dan minum, dan kuantiti, sekam atau alas lantai dan pengudaraan
•    Rawatan: Pengasingan unggas2 yang lemah dan memeberi jagaan yang rapi
•    Pencegahan: Ikuti peraturan "Good animal husbandry practies''
VENTILASI - ASITES
•    Sebab: oksigen rendah, tekana yang dingin di brooder/ eraman, kerusakan tisu paru2 di sebabkan jangkitan, debu, mutu udara yang jelek, amonia di dalam kandang tinggi
•    Tanda: Muka dan jengger, vial, berwarna biru kegelapan, biasanya dsapat dilihat pada umur 4-5 minggu. mulut terbuka dengan bunyi yang ngorok
•    PM: 1. abdomen mengembung, kulit mengalami kongesi berwarna merah kegelapan, berlendir jernih kekuningan terkandung dalam kaviti badan. 2. jantung bengkak dan pucat, paru2 berwarna sedikit kelabu, 3. Hati menjadi satu dan bengkak. permukaan di selimuti benda berbentuk salju.
•    Diagnosis: Penemuan PM
•    Pencegahan: Pengurusan eraman, memperbaiki pengudaraan dan mutu udara, kawalan suhu dan bio-sekurity, Mutu makanan unggas.
QUALITY SEKAM (LANTAI) DAN PERFORMANCE
•    Selalu tidak diperhatikan oleh peternak, unggas pedaging tidak akan baik dalam keadaan sekan lantai yang jelek
•    Sekam basah : mendorong kepada pembiakan kuman, dan menghasilakan gas2 yang berbahaya (amonia)
•    Akibatnya : lepuh dada. kulit luka, kawasan berkoreng, mutu daging rendah, dan akan menimbulkan berbagai penyakit lainnya.
•    Sebab2 sekam lantai basah: Mutu saraf dan ketebalannya, udara, makana, air, tai unggas basah, kebocoran air.
•    Pencegahan: Memperbaiki kesalahan di atas tersebut.
LEPUH DADA - BREAST BLISTER
•    Keadaan rumit yang berhubung dengan cedera, kelemahan kaki, dan jangkitan stafilokokus
•    Kekerapan: sehingga 50% daging unggas ditolak karena tidak sesuai untuk dimakan
•    Sebab2: lantai basah dan gumpal, dan liputan bulu tidak rapi
•    Tanda: bagian dada mengembung dengan terluka
•    PM: bursa sterna bengkak dan dalam kasus kronik tisu keras
•    Diagnosa: Berdasarkan tanda2 klinikal dan PM
•    Rawatan: tidak ada
•    Pencegahan: pengurusan sekam dan menjaga kesehatan kaki unggas
MASALAH-MASALAH KAKI
•    Masalah kaki unggas broiler mengakibatkan pemusnahan dan mutu daging kurang baik, masalah berlaku di awal pemeliharaan
•    SEBAB-SEBAB: jangkitan dan bukan jangkitan
1.    Pemakanan: ketidak seimbangan Ca, P, VitD3 dan kekurangan Zinc, manganese, biotin dan kerracunan Mycotoxin
2.    Tempat makanan yang kurang cukup
3.    Kecedraan fisikal, jangkitan virus dan kuman
4.    Lantai basah, lantai tidak rata, kalau yang di lantai atas, biasanya celahan lubang lantai yang terlalu besar, atau terlalu kecil
5.    Akibatnya: Kematian, unggas banyak lemah yang mengakibatkan banyak unggas yang di bunuh. dan anda akan mengalami kerugian
6.    Rawatan: Menghindari dari sebab2 kejadian
SEBAB-SEBAB LANGSUNG JANGKITAN VIRUS UMUM
1.    Penyakit bursal menular (IBD, GUMBORO)
2.    Penyakit Newcastle (ND, NCD)
3.    Bronkitis menular (IB)
4.    Penyakit selesema burung (A1, Bird flu)
PENYAKIT INFECTIOUS BURSAL (IBD, GUMBORO)
•    Merupakan penyakit akut, resiko tinggi menjangkiti pada unggas muda
•    Biasanya terdapat di dalam kawasan ternakan yang padat, menyebabkan ketahanan badan unggas menurun
•    Menular: Berhubungan secara terus menerus melalui benda2 tercemar&burung liar
•    Tanda2: Bulu kusut, Menggigil, mencret dengan warna keputihan, dan sering mematuk anus,
•    PM: 1 Bursa berkembang dengan berlendir bergelatin, pendarahan bertumpuk pada lubang bursa, otot dada dan paha
•    2- ginjal bengkak, pucat urates, dan pendarahan di perbatasan perut dan empedal
•    IBD sub klinikal: ketahanan badan menurun
•    Diagnosa: Penemuan PM, Sejarah kelompok unggas, ujian laboratorium
•    Akibatnya: kegagalan pemvaksinan, tantangan jangkitan pernafasan, dermatitis bergangre, enteritis nekrotik
•    Pencegahan: Bio-sekurity, tatacara pemvaksinan yang betul, dan gunakan vaksin yang sesuai di kawasan tertentu
•    Perawatan: Tidak ada, dukungan saja yang bisa dilakukan, dengan meningkatkan suhu kandang, pengudaraan dan air minum.
PENYAKIT NEWCASTLE (ND, NCD)
•    Penyakit berwabak/menular, menjangkit pada semua unggas pada semua peringkat umur
•    sebab2: kelompok unggas berbagai umur, biosekurity kurang baik, pemvaksinan tidak berkesan
•    Tanda2: bunyi kasar pada rongga mulut dan disertai dengan ngorok, lubang hidung berair, mulut terbuka, lumpuh, menggigil, menyentak kepala kebelakang
•    Kadar kematian : 10 hingga 80%
•    Menyebar melalui: melalui udara (sejauh 5km), bahan tercemar manusia dan burung liar
•    Burung pembawa/penyimpan virus, burung kampung atau burung peliharaan kesayangan anda.
•    PM: Pendarahan di dalam perut, ulser dan usus membentuk butang(seperti melingkar)
•    Rawatan: tidak bisa dirawat
1.    Hanya bisa memberi dukungan saja seperti antibiotik untuk mengawal jangkitan sekunder,
2.    Meningkatkan suhu kandang
•    Pencegahan:
1.    program pem-vaksinan yang baik dan harus berkesan
2.    kebersihan dan kerapihan tempat ternakan
3.    Bio-security
INFECTIOUS BRONCHITIS (IB)
•    Penyakit pernafasan yang sangat mudah dijangkiti penyakit.
•    Tanda: batuk, bersin disertai ngorok, lubang hidung berlendir
•    Menyebar : Melalui udara dalam jarak dekat, mekanika seperti (pakain pekerja, alat2, tempat makanan/minuman dan lain2)
•    Penemuan PM: ginjal bengkak, urate dalam saluran ureter, benda berbentuk keju tergumpal di dalam bronkus, sinus bengkak
•    Kadar kematian: Kurang dari 3minggu: 30-40% lebih dari 5 minggu : rendah
•    Akibatnya: Pengambilan makanan menurun, Berat badan menurun
•    Diagnosis: Laboratorium
•    Rawatan: tiada, hanya supportive dengan antibiotik mencegah jangkitan sekunder
•    Pencegahan : Biosekurity, persekitaran brooding yang optimal

Memulai Peternakan Unggas Mampu kah saya beternak?

Untuk memulai bicara mengenai peternakan unggas, Beternak adalah memelihara hewan peliharaan yang bisa menopang hidup kita sehari2, mau kecil-kecilan ataupun yang besar. karena Kita memelihara Makhluk hidup alias bukan benda mati, disini perlu Extra perhatian...

yang ada dalam pikiran kita yang pertama adalah bagaimana unggas bisa hidup di pelihara?? bagaimana jika unggas sakit? dari mana saya dapat modal? terus kalau rugi siapa yang harus di pertanyakan? kalau ini..kalau itu... dan kalau-kalau yang lainnya...!!!!

Kadang ada berbagai rintangan yang menurut saya rintangan psikologi (tidak percaya diri) karena ocehan tetangga sebelah atau orang lain, seperti..
Awas jangan terjun kedunia peternakan karena berbahaya, bagaimana kalau unggas mati... duit entar hangus dan habissss????

Argghhhhhh...!!! semua di dalam hidup ada pengorbanan dan jalan-nya masing masing, ada rugi dan untung, sukses dan gagal, bagaimana orang yang mengendalikannya.
jika jika kita ingin terjun ke dunia Khusus ternak, ataupun yang lainnya... yang pastinya kita harus faham akan seluk beluk dan liku-liku tatacara dalam Hal ternak, dengan mengetahui dan dengan dorongan rasa ingin mendalami pengetahuan yang nantinya akan di buat modal usaha, Modal keuangan saya rasa gampang, tapi yang paling sulit adalah... modal diri, modal kesiapan, modal pemahaman, modal skill dan segi management yang lainnya.. dan yang paling penting, anda jika sudah memulai dengan satu cycle, di sana anda akan banyak mendapatkan pengalaman dengan mempelajari sambil berjalan.
anda pasti bisa memulainya, jika anda mempunyai kepercayaan diri

Demikian pembicaraan saya ketika di hari minggu pagi, sambil minum segelas kopi di warung kopi tentunya.ketika sebuah perusahaan unggas kecil-kecilan ingin bergabung dan ingin membeli anak unggas dari perusahaan yang saya kendalikan sekarang....

Nah untuk anda yang mengalami pertanyaan seperti di atas, alangkah baiknya tanamkan kepercayaan diri anda untuk memulainya. dan mulailah dengan modal seadanya, jangan terlalu muluk2 dulu, belajar sambil berjalan.

dan ada pertanyaan lain susulan di antaranya:

Kenapa unggas bisa sakit?
saya menjawab dengan rasa ingin memberi tahu apa yang saya ketahui, dan saya yakin memberikan jawaban yang tepat adalah modal utama dalam menjalin hubungan (bisnis).
Penyakit berlaku apabila terdapat gangguan-gangguan system organ badan unggas, sehingga yang menyebabkan organ unggas tersebut tidak boleh berfungsi dengan sempurna.

Penyakit biasanya berakibat dari berbagai macam faktor faktor yang membuat unggas tersebut sakit, seperti:
1.    Ketahanan unggas atau yang biasa di sebut antibody unggas terhadap penyakit di sekitarnya akan menurun, di sebabkan oleh faktor2 yang tidak langsung menyebabkan unggas sakit, misalnya dari amonia yang di hasilkan oleh sekam yang tidak bagus (atau basah), Tempat minum kurang bersih dan akan menimbulkan tumbuhnya bakteri, dan jika bakteri tidak di bersihkan dari tempat minum, maka bakteri akan secara bebas berkembang biak di dalam kandang, yang akhirnya akan menimbukan penyakit terhadap unggas anda.
2.    dan setelah unggas terkena oleh penyakit, maka faktor2 langsung akan segera terjadi, dari penyebarannya , misalkan dari unggas ke-unggas, atau dari Vektor penyebar (vektor adalah benda yang lain, yang berpungsi sebagai perantara secara langsung) seperti, burung, lalat, orang yang mengurus, kendaraan yang bolak balik tanpa disinfeksi terlebih dahulu, dan lain-lain.

Apa kerugian selanjutnya yang akan di alami jika unggas sakit?
•    anda akan kehilangan modal utama, yaitu modal unggas, unggas akan mati dan berkurang sehingga akan mengurangi nilai populasi di dalam kandang.
•    Pembuangan unggas atau afkir unggas akan berlaku setiap harinya jika unggas sakit tidak segera di obati, apabila di obati, maka pilihlah obat yang mempunyai keberkesanan yang di atas rata2.
•    biaya pengobatan yang akan terasa tinggi.
•    Jika terlalu sering sakit, unggas akan mengalami pembesaran yang lambat.
•    Produksi daging akan rendah, karena unggas tidak bisa besar dengan maximal.
•    Biaya pengeluaran akan meningkat.
•    Yang paling bahaya adalah "JIKA" Anda akan mengalami semangat berjuang, dan kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri.

Maka dari itu, persiapkan kesiapan diri dalam hal hal yang mengenai Ternak, dan mengenal Sedikit atau banyak tentang peternakan,segala sesuatu butuh dasar2 yang kita butuhkan untuk membantu modal dari dalam diri (ilmu) kita nantinya kelak.
Akhirnya costumer menandatangani perjanjian bahwa bulan january nanti dia membeli unggas sebanyak 1500 ekor untuk memulai peternakan secara kecil2an.. selamat berhasil sobat.


Gak ada yang tidak bisa di lakukan, jika kita mempunyai keinginan dan pastinya dengan semangat dan tidak mempunyai rasa putus asa... terus berjuang dan jayakan peternakan kita.

Dasar - dasar RASIONAL VAKSINASI AIR MINUM (Broiler)

Vaksinasi melalui air minum, cara yang biasa dan mudah Untuk melakukan vaksinasi VAKSIN HIDUP (LIVE VACCINES) Untuk jumlah ayam yang banyak.

Kapan Vaksin Boleh Dilakukan?
Untuk live vaccines/vaksin hidup:


    * IBDV
    * AE
    * ILT
    * IBV
    * NDV
    * ND+IB


UNTUK jennis vaksin tersebut boleh di lakukan vaksin pada kepada anak ayam yang berumur 9 hari, misalkan untuk IBD virus, bisa memakai vaksin bursine-2
Dan ketika ayam berumur 18 hari anda boleh melakukan re-vaccination, atau pem-vaksinan kembali Untuk ND+IB live virus, pakai saja vaksin MA5+clone 30

Peringatan
Virus vaksin seharus nya di beri dalam


1. Vaksin harus dalam keadaan hidup.
2. Kuantiti, atau jumlah vaksin harus mencukupi seperti yang di perlukan.
3. Lakukan vaksinasi kepada semua ayam yang ada di dalam kandang.
4. Hanya ayam yang sehat, yang harus di vaksin.

Vaksin harus dalam keadaan hidup:
artinya sewaktu melakukan vaksin, usahakan vaksin harus tetap hidup, Untuk menjaganya supaya tetap hidup,

    * sewaktu membawa vaksin, vaksin perlu disimpan di dalam TERMOS ES, di dalam termos es tersebut simpanlah thermometer ... pastikan suhu di dalam TERMOS -ES tersebut sekitar 2-8 drajat celsius.
    * Vaksin di usahakan jangan sampai terkena matahari secara langsung, bawa vaksin kedalam kandang, dan kalau mau mencampur vaksin tersebut, usahakan dalam keadaan suhu dingin 2-8derajat celsius
    * Setelah vaksin di campur, sebisa mungkin di usahakan vaksin harus habis dalam jangka masa satu jam.
    * Tidak boleh mencuci barang-barang yang di perlukan untuk vaksin dengan menggunakan disinfectant. cuci dengan sabun atau air hangat.


Kuantiti, atau jumlah vaksin harus mencukupi seperti yang di perlukan.
Untuk memastikan jumlah vaksin, atau dosis yang di perlukan adalah tepat,

Ketahui berapa jumlah ayam yang akan di vaksin melalui air minum ini, Misalkan ayam anda 5500 ekor, sedangkan setiap vial vaksin, hanya diberikan untuk seribu ayam, nah berapa air yang harus di sediakan untuk mencampur vaksin tersebut?

    * Untuk ayam ber-umur 9 hari gunakan air sebanyak 14cc per ekor (14cc/ekor ayam) kalau anda memelihara ayam 5500 X 14 cc =77 liter
    * Terus untuk menstabilkan suhu yang selamat anda harus memakai ES BATU atau biasa di sebut ES balok, Sebaiknya es balok yang di pakai untuk vaksin, jangan beli dari orang lain, untuk memastikan es tersebut layak pakai, sebaiknya anda membuat es tersebut sendiri, cara pembuatan es nya, pertama: gunakan air panas, sekitar 80 derajat celcius, lalu diamkan atau dinginkan air tersebur selama 2 hari, ketika sudah dingin air tersebut baru si simpan di refrigerator.
    * Es batu yang di perlukan untuk air sebanyak 77liter adalah 15liter es. caranya seperti ini: untuk mencampur es di dalam air yang di pakai buat vaksin adalah sebanyak 20% dari total air yeng di perlukan tersebut.
    * Nah sekarang untuk vaksin, berhubung jumlah ayam hanya 5500, jadi vaksin yang anda perlukan sebanyak 6vials, Perhatian: ketika anda mencampur vaksin 6vials, nah yang satu vial vaksin harus di buang 1/2 vial (atau untuk 500 ayam) jadi vaksin yang di perlukan hanya 5500.


Lakukan vaksinasi kepada semua ayam yang ada di dalam kandang.
Usahakan semua ayam yang berada di kandang ayam anda, harus minum semua, serentak dalam masa satu-jam,

Bagai mana untuk memastikan ayam minum semua?

    * Ketika vaksin di lakukan, ayam sebaiknya di giring terus menerus, dengan catatan ayam jangan sampai kaget yang akan menimbulkan stress terhadap ayam, giring dengan perlahan, dengan lembut, ingat ayam juga perlu perhatian husus, kalau ada yang kurang sehat, sebaiknya di ambil dan dispisah kan ketempat husus ayam sakit, atau di buang saja.


Hanya ayam yang sehat, yang harus di vaksin.
Lakukan pengecekan terhadap ayam anda, sebelum vaksin di jalankan, kalau kira-kira ayam tersebut sakit, undur jadwal vaksin, jangan melakukan vaksinasi terhadap ayam sakit.

    * Jangan lakukan vaksinasi ketika ayam menghidap penyakit seperti : Penyakit virus bakteria, penyakit immunosuppresive
    * marek-leucosis
    * Mycotoxicosis
    * IBDV
    * CAV =chicken anemia virus
    * Adenovirus


JANGAN MELAKUKAN VAKSINASI KETIKA AYAM MENGHADAPI TEKANAN SUHU SEKITAR:

    * Suhu tinggi melebihi 30 drajat celcius
    * Kepadatan yang tinggi melebihi 35kg/sqm (square meter)
    * Kekurangan air dan makanan melebihi 24jam
    * Ketika ayam yang mengalami salah satu dari 3 vaktor kritikal tersebut, sekiranya di lakukan vaksinasi, vaksin tidak akan bisa berhasil, dan tidak akan ada reaksi yang menguntungkan.

Sekian sampai disini dulu....

Untuk ringkasan di atas saya akan sambung lagi di vaksinasi bagian 2
Terimakasih semoga bisa difahami dengan baik.

Ternak Vs Biosekurity

Sebagai Landasan atau dasar yang perlu di perhatikan Di dalam lingkungan peternakan adalah Biosecurity, Karena kalau biosekurity tidak di jalankan dengan benar, atau tidak sejalan dengan prosedur yang semestinya di jalankan, maka masa hidup ayam akan lebih pendek, Itu adalah titik dasar bagai mana supaya ayam hidup lebih baggus, Nah ikuti yuk penjelasan-nya.
Penerapan biosekurity dilingkungan peternakan unggas, Ini menyangkup semua jenis unggas, bukan hanya di khusus kan untuk ayam PS, atau Broiler, bioseckurity Mempunyai efek yang sangat besar terhadap keberhasilan sebuah perusahaan peternakan, Kalau Bioseckurity Dijalankan dengan baik, dan secara menyeluruh di setiap penjuru anggota peternak, Maka ayam anda, atau peternakan anda akan Higienis, Dan akan lebih jauh terserang segala penyakit, Al-Hasil ada banyak faktor positif yang dapat anda terima sebagai peternak, secara logika, jikalau ayam anda berhasil Lolos dari serangan penyakit, maka yang harus di catat adalah

    * Anda tidak Mengeluarkan biaya yang banyak untuk Membeli obat atau antibiotik untuk mengobati ayam, soalnya ketika mengalami sakit, mau tidak mau kita harus mengeluarkan biaya untuk mengobati ayam itu.
    * Ayam tumbuh dengan pesat, karena tidak terserang penyakit, maka ayam akan segar bugar tanpa hambatan, Pertumbuhan ayam tidak akan terkendala.

BIOSEKURITY akan berhasil dengan sempurna (jika) Semua Orang yang berada, atau yang bekerja di dalam perusahaan atau peternakan tersebut SADAR akan Penting-nya biosecurity.
Penerapan atau Prosedur, Bahwa biosecurity harus di ikuti oleh semua pihak yang terlibat di dalam perusahaan tersebut, Tanpa terkecuali , Sebagai contoh: Direktur Mau masuk kandang PS, Maka prosedur di ayam PS semua kalangan atau orang yang mau masuk kedalam kandang ayam PS yang berusia di bawah 18 Minggu, Orang tersebut Harus mandi Di Tempat Yang telah di sediakan. Mau tidak Mau Direktur pun harus mandi, manager, supervisor, orang M&R, Orang Kantor yang mau melihat, atau orang luar (Visitor) harus mengikuti arahan tersebut, Itu Dengan tujuan Begitu Penting-nya biosecurity di dalam peternakan unggas (ayam).
Maka tidak boleh beranggapan......??? Ah.. saya manager, ah saya supervisor , saya leader flock Man, saya gak usah mandi....... Itu Kebiasaan BURUK Yang sering terjadi.

Saya akan mengambil contoh Kecil yang ada di Hatchery (penetasan Telur).

    Sewaktu menerima telur dari kandang, atau menerima telur dari perusahaan lain (kalau yang Infor), Petugas yang akan melakukan seleksi telur, atau telur sebelum dimasukan kedalam cooling Room, Petugas tersebut Harus Mandi, Harus masuk Keruangan Disinfeksi, (ruangan ini) Ketika orang masuk, Sprayer akan Hidup dengan otomatis, dan menyemburkan Disinfectant kepada petugas, sehingga petugas yang keluar dari sana Sudah bebas penyakit, Dan sudah Diperbolehkan untuk melakukan tugas-nya, yaitu untuk seleksi telur yang nantinya telur tersebut akan di tetaskan.

    Secara pasti-nya kalau bicara soal Penetasan, disana pasti ada TELUR dan ada ANAK AYAM,
    Peraturan-nya adalah:

        * Sesiapa saja orang yang bekerja di Hatcher, atau orang yang telah melakukan kerja di mesin (untuk mengeluarkan ayam) Atau orang yang sudah melakukan vaksinasi terhadap ayam yang baru netas, atau orang yang melakukan aktivitas nya berhubungan langsung dengan anak ayam yang baru menetas, Orang tersebut tidak boleh masuk kedalam ruangan seleksi telur, apalagi kalau memegang telur.

DI KANDANG
Untuk berjaga-jaga agar ayam tetap ada dalam kondisi sehat, kita harus mengikuti prosedur biosekuriy dengan baik. Karena vektor (penyebar penyakit) Tidak hanya burung, lalat, tikus, ayam kampung, burung liar atau hewan lain yang mungkin bisa masuk kedalam lingkungan kandang, Jangan heran jika orang yang terlibat langsung dengan ayam tersebut adalah pekerja, dimana pekerja yang tidak mengikuti jalur-nya biosekurity dia adalah sebagai vektor paling bahaya.....!!!! Maka pastikan orang yang mempunyai hubungan langsung dengan ayam, orang tersebut harus lebih faham dan tingkat kesadaran nya terhadap penting-nya biosecurity harus mantap. maka dengan demikian jangka hayat ayam yang ada di kandang akan lebih bagus.

PERATURAN dasar yang ada di lingkungan KANDANG
Hindari bergerak dari ayam yang TUA ke ayam yang MUDA, Artinya jika anda bekerja sebagai supervisor atau pengawas, maka anda akan lebih banyak bergerak dari kandang yang satu ke kandang yang lain, atau M&R yang selalu kadang-kadang mendapat panggilan darurat (darurat bukan hanya di rumah sakit saja sob..... hehe) contohnya: kalau silo rusak, atau auger makanan (mesin pemutar makanan) rusak, atau kendala lain yang mungkin bisa terjadi kapan saja di dalam kandang, dengan demikian petugas M&R lah yang akan menangani nya, nah orang ini sangat berbahaya, seandai-nya orang tersebut sebelum masuk ke kandang yang mengalami masalah tadi, dia sudah melakukan kerja di kandang ayam yang umurnya lebih tua, Maka pastikan petugas tersebut mandi, ganti baju, ganti sepatu..... baru persilahkan masuk kandang.

Untuk supervisor
Biasanya anda melakukan kerja tidak mungkin anda mengendalikan kandang ayam cuman satu kandang? pasti sekitar 5 kandang atau lebih, Dengan demikian, pastikan di pagi hari anda melakukan aktivitas di kandang A (ayam Muda) misalnya, terus waktu sore hari ... anda melakukan kerja di kandang B(ayam tua) Misalnya, dengan cara demikian, kandang yang anda pegang insya allah akan lebih jauh dari terserang penyakit.

Demikian, penjelasan dasar mengenai biosekurity di lingkungan Peternakan Unggas.

Menghitung Berat Rata-rata ayam

Untuk menghitung rata-rata berat badan ayam, tidak lah sulit, peralatannya hanya menggunakan sebuah timbangan yang sesuai untuk menimbang berat badan ayam.

Timbangan Yang sesuai itu maksudnya bagai mana?
Yang di maksud dengan sesuai disini adalah:
Misalkan untuk ayam jenis broiler atau grower, berat badan ayam jika kita timbang hanya mencapai (berat maximum) tidak melebihi 5kg,

Jika ayam tersebut beratnya tidak melebihi 5 kg, maka sebaiknya timbangan yang sesuai untuk menimbang ayam tersebut gunakan lah timbangan yang 5kg (jenis salter juga tersedia)

Contoh: Seperti timbangan jenis salter misalnya, untuk jenis salter kapasitas maximum nya berbeda2,
ada yang:
•    5 kg
•    10 Kg
•    50 kg
•    100 kg
•    150 kg
•    200 kg dan lain-lain

Untuk Ayam layer dari umur 32 minggu sampai umur 65 Minggu , sebaiknya menggunakan timbangan yang kapasitas maximum nya 10 kg.

Kesimpulan:
Jika menggunakan timbangan yang kurang sesuai dengan kebutuhan (tergantung berapa berat yang kita mau timbang), nantinya ke akuratan hasil timbangan akan tidak menghasilkan rata2 yang seimbang.
Contoh Kesalahan menggunakan timbangan:
Jika seorang peternak ingin mengetahui rata2 berat badan dalam kandang yang di peliharanya, sedangkan berat badan ayam (umur masih kecil) hanya 200 sampai 500 gram/ekor;  peternak tersebut menggunakan timbangan berkapasitas maximum 10 kg, nah apakah berat ayam yang di timbang bisa di rincikan dengan sempurna??? pastinya kurang tepat.

Tetapi jika menggunakan timbangan yang 5 kg peternak akan mengetahui rincian kecil dari timbangan tersebut, jadi gunakan lah timbangan yang sesuai dengan kebutuhan.
JADI BAGAI MANA  cara menghitung berat badan ayam?
Harus anda ketahui bahwa ayam yang akan kita ambil dan di gunakan sebagai samples timbangan harus 10 % dari total ayam yang ada di dalam kandang anda.

Misalkan anda memelihara ayam dengan total 1000 ekor, jadi ayam yang harus di timbang adalah sekitar 100 ekor.
kalau tidak bulat 100 ekor juga tidak masalah , misalkan : 90 ekor s/d 110 ekor,
akan tetapi jangan kurang dari 70 ekor
dan jangan lebih dari 140 ekor
Karena kita akn menghitung ayam dalam 10% .

Contoh di bawah ini
 
Scala =  total ayam
300 = 0
320 = 0
340 = 2
360 = 2
380 = 1
400 = 5
420 = 3
440 = 7
460 = 12
480 = 7
500 = 7
520 = 7
540 = 5
560 = 3
580 = 1
600 = 0
620 = 0
=========
Total ayam yang di timbang adalah 62 ekor

Keterangan:
Angka 300 s/d 620 adalah angka scala di dalam timbangan.
kemudian angka yang setelah = adalah , total ayam yang di timbang,

Contoh:
perhatikan angka di scala 340 = 2
artinya ayam yang beratnya 340gram ada 2 ekor. dan seterus nya. jika di total ayam tersebut semuanya ada 62 ekor ayam. silahkan di perhatikan kembali ,


Cara menghitung nya adalah:
Kita bisa menggunakan calculator dengan fungsi memory,
misalkan
340 x 2 (tekan M+) pada calculator anda.
360 x 2 (tekan M+) pada calcilator anda.
380 X 1 (tekan M+)
400 X 5 (tekan M+)
dan seterus nya sampai angka paling terakhir yaitu
580 x 1 (tekan M+) pada calculator anda.
Kemudian terakhir tekan MR atau MRC
Dan akan menghasilkan  29100 gram.
Artinya Total berat, yang di hasilkan dari 62 ekor ayam yang di timbang adalah 29100 gram. jadi untuk mengetahui hasil Rata-rata nya adalah:

29100 di bagi 62 ekor = 469.3 gram / ekor ayam.
sampai di sini yang kita hasilkna adalah menghitung rata2 berat badan ayam saja, jadi bagai mana untuk mengetahui Berapa persen rata2 ayam yang ada di kandang kita?

Untuk Menghitung persentase dari hasil contoh di atas adalah:
Kita sudah mengetahui rata rata ayam nya yaitu.
29100/62 = 469.3 gram /ekor.
kemudian kita harus mencari ayam yang beratnya Kurang dari 10 %
Dan ayam yang yang beratnya  lebih dari 10 %

Caranya:
Untuk mengetahui berat ayam yang kurang dari 10 %
469.3 di kurangi 10% , hasilnya 422 gram (karena di scala timbangan hanya menggunakan bilangan bulat , maka kita bulatkan saja menjadi 420 gram.)
Untuk Mengetahui ayam yang beratnya  lebih dari 10 %
469.3 di tambah 10% hasilnya adalah 516 gram (Karena di scala timbangan hanya menggunakan bilangan bulat, maka kita bulatkan saja angka 516, menjadi angka 520 gram)

Nah sekarang kita sudah mengetahui berat ayam yang kurang dari 10% yaitu 420 gram , dan ayam yang lebih dari 10 persen yaitu 520 gram.
catatan:
Ayam yang beratnya kurang dari 10%  adalah termasuk ayam dalam kategori kecil (di bawah rata2)
Dan ayam yang beratnya lebih dari 10 % adalah termasuk ayam dalam kategori besar atau paling besar (di atas rata-rata)

Jadi kita lihat kembali kedalam scala timbangan kita di atas, kita tandai dan hitung ayam yang beratnya
•    Kurang dari 10 %  (yg beratnya kurang dari 420) ada berapa ??
•    dan yang lebih dari 10 %  (yg beratnya Lebih dari 520) ada berapa ??
Didalam contoh ini (scala yang di atas) ayam yang beratnya kurang dari 420 ada: 10 ekor.
bagai mana mengetahuinya?
kita lihat di posisi
scala 340 ada 2 ekor, scala 360 ada 2 ekor,  dan di scala 380 ada 1 ekor, total ayam yang kurang dari 420 adalah : 10 ekor.

Dan ayam yang Lebih dari 520  gram ada 9 ekor.
bagai mana mengetahuinya??
Kita lihat posisi:
scala 540 ada 5 ekor, scala 560 ada 3 ekor, 580 ada 1 ekor, dan total 9 ekor.
Jadi ayam yang Tidak termasuk ke dalam rata2  adalah 19 ekor ( ayam yang kurang dari 10% dan ayam yang lebih dari 10%)

Semua sudah kita ketahui, jadi untuk menghasilkan persentase nya adalah:
62 ekor dikurangi 19 = 43
43 di bagi 62 di kali 100 (atau 43 di bagi 62 tekan tombol % pada calculator anda)
====
Hasilnya adalah 69.3%

62 = 29100
Avg(rata2)= 469 gram
<420 s/d 520>
69.3 %
====

Keterangan:

62 = Total ayam yang di timbang.
Avg = 469 ( rata2 ayam per-ekor)
<420 = ayam yang beratnya kurang dari 10 % (ayam kecil)
520 > = Ayam yang beratnya lebih dari 10 % (ayam paling besar)
69.3% = Rata-rata ayam dalam persentase , jadi 69.3%  ke seragaman ayam yang ada di dalam kandang tersebut (yang kita timbang tadi)

Terimakasih semoga bisa membantu

Obat Alami

Entok adalah sejenis unggas yang punya tingkat variasi tingkat tinggi. Mulai dari bentuk dan postur tubuh hingga pada bentuk piyal . unggas merupakan hewan ternak yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Indonesia. Unggas yang biasanya dipelihara adalah unggas kampung yng mempunyai ketahanan lebih kuat dibandingkan unggas jenis lain. Namun , tidak tertutup kemungkinan bagi ayanm ini untuk terjangkit oleh penyakit. Salah satu penyakit-penyakit yang menyerang unggas kampung adalah NCD ( New Castlle Desease ) atau lebih dikenal dengan penyakit tetelo . tetelo adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis viris dan dapat menghinggapi segala jenis unggas.
Penyakit tetelo muncul di kota new castle (inggris) pada tahun 1926 kemudian menyebar ke sekuruh dunia termasuk indonesia. Sampai saat ini, tidak ada satupun daerah di indonesia yang bebas sepenuhnya dari penyakit ini. Penyakit ini sanggat banyak mendatangkan kerugian pasda peternak, karena 90-100% dari hewan yang menderita penyakit ini mengalami kematian. Penyakit ini terutama menyerang unggas baik pada usia muda ataupun yang dewasa. Biasanya terjadi pada masa pancaroba atau pada musim kemarau ke musim hujan. Cara penularannya adalah melalui ludah, feses, makanan dan minuman. Penularan juga melalui udara sehingga penyakit ini mudah menyebar kemana-mana.
Gejala yang tampak pada penderita adalah sebagai berikut :
Awalnya, unggas terlihat malas dan duduk merutu
Banyak mengeluarkan air mata
Pipi dan tenggorokan padat atau membengkak
Unggas terlihat selalu mengantuk dan ingin tidur
Dalam rongga mulut dan tekat terdapat lendir yang liat dan pekat sehingga susah bernafas
Sambil membersin dan berdehem ia mencoba mengeluarkannya
Adakalanya kelompok mata membengkak
Setelah itu unggas tampak semakin sukar bernafas dengan leher merenggang dan paruh ternganga
Balung dan piyalnya kadang berwarna merah keungu-unguan hingga lembayung tua
Setelah itu unggas akan lumpuh. Dalam keadaan lumpuh itu ia segera akan mati.
Penyakit ini disebabkan oleh virus paramyxo yang keganasannya bervariasi, yaitu
Tipe ganas (velogenik) : hampir semua gejala diatas tampak dan tingkat kematiannya mencapai 80-100%
Tipe sedang (mesogenik) : gejala berupa gangguan pernafasan dan saraf, tingkat kematiannya mencapai 10% pada unggas muda dan jarang terjadi pada unggas dewasa
Tipe lemah (lentogenik) : gejalanya tidak terlalu nyata, ada sedikit gangguan pernafasan dan penurunan produksi telur, kualitas kulit telur menjadi menurun
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian vaksin yang diswebut “ Vaksin NCD pola 4-4-4” . maksudnya , vaksin NCD diberikan pada unggas yang berumur empat hari, empat minggu dan empat bulan. Tahap pemberian vaksin adalah sebagai berikut :
Untuk anak unggas berumur empat hari, diberi vaksin dengan cara tetes mulut atau tetes mata. Pemberian menggunkan pipet tetes. Pada mata diberikan masing-masing satu tetes. Tetesan pada mulut dilakukan sebanyak dua tetes.
Untuk unggas berumur empat minggu dan empoat bulan, dilakukan pencegahan dengan cara penyuntikan, sebelum penyuntikan vaksin diencerkan dulu.
Pepaya (Carica Papaya) dengan family Caricaceae merupakan tanaman yang aslinya dari amerika tengah. Di indonesia tanaman pepaya dapat ditanam hingga 1000 m dpl, akan tetapi dapat juga diusahakan pada daerah ketinggian hingga 1200-1500 m dpl. Di daerah sub tropis yang cukup panas, pepaya juga dapat diusahakan seperti di florida.
Zat-zat yang terkandung pada tanaman pepaya adalah sebagai berikut :
Daun : Enzim Papain, Alkaloid Karpaina, Pscuda Karpaina, Glikosid, Karposid dan Saponin.
Buah : Beta Karoteene, Peetin, D-galactosa, L-arabinosa, Papein, Papayotimin papain dan vitokinose
Biji : Galactosa Cacarin, Karpain
Getah : Papain, Kemokapain, Lisosim, Glutamin dan Siklotransferase
Khasiat-khasiat dari tanaman pepaya dapat diuraikan sebagai berikut :
Daun : mengobati malaria, demam dan jengkolan
Akar : digigit ular berbisa
Kulit buah: kulit melepuh karena panas
Biji buah : beruban sebelum waktunya dan mengobati penyakit cacing gelang pada manusia
Buah : menyembuhkan penyakit buang air besar tiadak lancar, maag, sariawan, merangsang nafsu makan
Perlakuan yang dilakukan pada unggas I
1. Ambil daun pepaya yang sudah terlihat tua, namun belum menguning
2. Letakkan pada suatu wadah atau mangkok
3. Beri air sebanyak 100 ml
4. Peras daun pepaya yang sudah diberi air hingga berwarna hijau pekat
5. Minumkan air ekstrak tersebut pada unggas dengan langkah sebagai berikut :
a. Unggas tersebut dipegangi oleh orang lain
b. Buka bagian mulut unggas
c. Minumkan air perasan daun pepaya sebanyak dua sendok makan atau sekitar 5 ml
6. Minumkan air ekstrak tersebut rutin tiga kali sehari
7. Pada hari ketiga, waktu pemberian dikurangi yaitu menjadi dua kali sehari

Kandang Pembesaran

(DOD  ke Layer)
Kami mempunyai 2 kandang pembesaran dengan ukuran sebagai berikut : panjang 9 meter, lebar 5.5 meter dan tinggi 3.5 meter. Konstruksi bangunan terbuat dari batako, kawat loket, dolken dan kayu. Batako ini kami gunakan sebagai pondasi bangunan dan dilanjutkan sebagai dinding bagian bawah sekitar 15 cm dari permukaan tanah selanjutnya disambung dengan menggunakan kawat loket.. Kandang ini  dibangun dengan system dinding terbuka menggunakan kawat loket berdiameter 5 cm dengan harapan sirkulasi udara dan sinar matahari dapat masuk tanpa kecuali. Kami membangun kandang ini dengan menggunakan batako dari tanah yang memang harganya jauh lebih murah. Dolken sebagai tambahan, sengaja kami lakukan karena harganya juga lebih murah dibandingkan kayu kaso. Kayu yang kami gunakan adalah sisa dari hasil penebangan pohon-pohon di lokasi peternakan kami yang tidak kami kehendaki. Dengan demikian efisiensi biaya pembangunan dapat kami lakukan.(foto konstruksi kandang pembesaran)
Kandang pembesaran ini beratapkan asbes.  Pada tengah-tengah atap bangunan dipasang fiber untuk memudahkan sinar matahari masuk ke kandang. Seperti halnya kandang kawin, asbes sengaja kami pilih untuk lebih menghemat biaya. Kandang ini kami lengkapi dengan selasar selebar 1.2 meter. Selasar ini berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak tampyas ke  kandang. Selasar ini juga  digunakan untuk melindungi petugas saat membawa pakan pada musim penghujan. Seperti yang telah kita ketahui, pakan yang terkena air akan lebih mudah rusak dan berjamur.pakan yang sudah berjamur akan menyebabkan unggas menjadi mudah sakit. Sedangkan pada ujung kandang, atap kami asbes kami sisakan selebar 1 meter agar air hujan tidak masuk ke kandang.
Kawat loket yang kami gunakan mempunyai lebar 2 meter. Kawat ini kami pasang melingkari kandang. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tinggi kandang ini adalah 3.5 meter, atapnya kami bangun dengan kemiringan tertentu sehingga pada dinding kandang ketinggiannya hanya 2.5 meter. Setelah kawat loket dipasang, akan menyisakan lubang sekitar 0.5 meter yang masih terbuka pada dinding tersebut. Kami menutupnya dengan memasang belahan-belahan bambu yang dipasang dengan jarak sekitar 1,5 cm. Bambu ini digunakan untuk melindungi unggas dari serangan kucing atau tikus.
Kandang pembesaran ini  kami bangun membujur dari timur ke barat agar mendapatkan sinar matahari pagi dan sore. Kami mengatur agar letak kandang pembesaran berseberangan dengan kandang baterai. Menurut referensi, jarak antar kandang yang baik adalah selebar kandang yaitu sekitar 5 meter, namun demikian kami membuat jarak antara kedua kandang tersebut hanya 3 meter dengan sudut yang kami atur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan tanah yang ada, sinar matahari pagi yang masuk sekitar pukul 08.00 hingga 10.00. Jarak kandang dengan pagar seng sekitar 2.5 meter sehingga pada sore hari sekitar pukul 14.00 hingga 16.00 sinar matahari dapat menerangi hingga tengah-tengah kandang dengan sisi yang berlawanan. Sinar matahari tersebut akan membuat kandang menjadi tidak lembab dan menyebabkan kotoran unggas menjadi lebih mudah kering. (foto kandang dan tempat air)
Lantai kandang kami diplester dengan semen, termasuk dinding bawah yang terbuat dari batako, karena jika tidak, maka unggas akan mematuk dinding batako. Hal ini memang sering dilakukan oleh unggas dalam kehidupan bebas, unggas-unggas tersebut akan mematuk kerikil atau pasir kasar untuk membantu pencernaannya. Jika tidak dilapisi semen maka dinding akan menjadi rusak. Pada samping kandang di bawah selasar yang kami bangun, kami plester dengan semen selain untuk tempat berjalan dan membawa gerobak pakan atau minum, plester semen ini juga digunakan untuk menjaga kebersihan kandang karena sekam yang keluar dapat disapu dan dibersihkan.
Kandang seluas 49.5m2 ini dapat digunakan untuk membesarkan unggas sebanyak 500 ekor mulai dari DOD hingga siap masuk ke kandang baterai dengan acuan  setiap m2 untuk 10-15 ekor unggas.  Persiapan yang harus dilakukan sebelum dipakai, kandang  disemprot dengan air, disikat dan dikeringkan, lalu disemprot dengan Desogerm mulai dari lantai, dinding hingga langit-langit dan seluruh peralatan yang ada lalu didiamkan hingga kering. Setelah kering kandang ditaburi sekam  dengan tebal sekitar 5 cm dan disemprot kembali dengan menggunakan Desogerm. Tidak ubahnya dengan penyemprotan sekam pada kandang yang lain, sekam harus dibolak-balik hingga seluruh sekam terkena Desogerm. Hal yang perlu diingat adalah penyemprotan sebaiknya dilakukan pada suiang hari dan sedapat mungkin di hari yang cerah supaya sekam lebih cepat kering dan tidak menjadi lembab. (foto kandang yang sudah ditaburi sekam)
Chickguard adalah pembatas untuk memagari DOD. Kami membuat chickguard ini dengan seng plat lebar 45 cm. Pada peternakan kami, chick guard yang kami buat terbuat dari 2 lapis seng plat yang dilubangi pada bagian kedua sisinya pada jarak yang sama sehingga kedua lapis seng tersebut dapat diikat dengan jarak tertentu dengan menggunakan kawat. Panjang seng tersebut tergantung dari diameter lingkaran yang dibuat. Kami membuat chick guard ini sepanjang 20 meter. Untuk membuat lingkaran dengan diameter 3 meter dibutuhkan ± 15 meter seng. Sisa seng ini digunakan untuk memperlebar lingkaran jika mulai terlihat sempit. Agar dapat didirikan, chick guard kami topang dengan bilah-bilah bambu yang diikat salah satu ujungnya dengan menggunakan kawat. (foto chickguard yang belum ada unggasnya)
Menurut referensi yang kami dapatkan, untuk 750 ekor DOD  dapat ditampung pada lingkaran dengan diameter lingkaran 3 meter, namun menurut pengalaman kami, kami memelihara 1000 ekor unggas dalam lingkaran dengan diameter yang sama. Di dalam lingkaran dialasi seluruhnya dengan 7 lapis kertas koran. Setiap hari selapis demi selapis kertas koran tersebut dibuang. Tujuan penutupan sekam dengan koran adalah selain tidak lembab, juga untuk menjaga agar unggas tidak mematuk sekam karena unggas tersebut belum dapat membedakan antara pakan dengan sekam. (foto DOD dalam chickguard)

Setelah semuanya selesai kandang ditutup rapat dengan terpal dan dibiarkan selama 1 minggu. Penutupan ini dimaksudkan agar kandang tetap dalam keadaan bersih dan tidak terkontaminasi oleh kuman dari lingkungan sekitar. Terpal ini nantinya akan tetap terpasang hingga DOD masuk ke kandang karena terpal ini juga berguna untuk menahan udara dingin. (foto chick guard komplit)
Perlengkapan lain yang harus disediakan adalah pemanas. Pemanas dipasang di tengah-tengah lingkaran chick guard yang telah dibuat. Kami menggunakan adalah pemanas dengan sumber panas minyak tanah. Mekanisme kerja  alat ini mirip kompor, akan tetapi dilengkapi dengan sungkup menghadap ke bawah dan dipasang dengan ketinggian ±60 cm. Pada langit-langit kandang dipasang jerigen 20 lt yang digunakan sebagai penampung  minyak tanah. Setiap 2 hari sekali minyak tanah ini harus diisi kembali. (foto pemanas minyak tanah)
Pemanas ini dinyalakan mulai sore hari hingga pagi hari. Pada musim penghujan, pemanas ini dinyalakan siang dan malam untuk memberikan kehangatan pada DOD. Pemasangan pemanas yang benar akan membuat DOD menyebar dalam chick guard.Jika terlalu dingin DOD akan berkumpul di bawah chick guard, sedangkan jika terlalu panas maka DOD akan merapat pada dinding chick guard. (desain gambar DOD kedinginan, kepanasan dan tersebar merata)
Yang perlu diperhatikan pada pemasangan pemanas ini adalah ketinggian pemanas harus diatur sedemikian rupa sehingga selalu membuat panas yang merata ke seluruh ruang chickguard. Pemasangan instrumen alat pemanas yang salah akan mengakibatkan kebocoran. Kebocoran ini harus ditanggulangi segera karena selain berpotensial untuk menyebabkan kebakaran, DOD yang terjebak pada kubangan minyak ini akan mati keracunan dan kedinginan.

Kandang Batere

 
Kandang baterai utama dibangun dengan ukuran sebagai berikut panjang 17 m, lebar 5 meter dan tinggi 3.5 meter membujur dari Timur ke Barat. Kandang ini dibuat terbuka tanpa dinding. Kami membuat bangunan ini dengan bahan dasar kayu dan beratapkan asbes. Lantai kandang tidak  kami plester dengan semen, cukup dengan tanah yang dipadatkan dan ditaburi pasir agar kotoran menjadi lebih cepat kering. Sesuai dengan lebar dan panjang lajur kandang baterai, tanah yang berada tepat di bawahnya kami batasi dengan batako yang dipasang berjejer, setelah itu samping luar batako diuruk dengan tanah dan dipadatkan. Maksud pemasangan batako ini agar kotoran unggas hanya menumpuk di bagian bawah kandang dan tidak berserakan kesana-sini.

Pemasangan Batako untuk membatasi penyebaran kotoran unggas pada area yang disediakan dan peninggian tanah sekitar untuk perkuatanan dan memudahkan pekerja untuk mengurus kandang batere.
Selasar kami buat selebar 1.2 meter dengan harapan agar air tidak tampyas ke kandang. Kami mengatur agar letak kandang baterai berseberangan dengan kandang pembesaran. Menurut referensi, jarak antar kandang yang baik adalah selebar kandang yaitu sekitar 5 meter, namun kami membuat jarak antara kedua kandang tersebut hanya 3 meter dengan sudut yang kami atur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan tanah yang ada, sinar matahari pagi yang masuk sekitar pukul 08.00 hingga 10.00 maupun sore sekitar pukul 14.00 hingga 16.00 dapat menerangi hingga tengah-tengah kandang dengan sisi yang berlawanan. Pada langit-langit kandang bagian tengah, samping kanan dan kiri, dipasang lampu pijar 25 watt setiap 4 meter. Kegunaan lampu ini adalah untuk menerangi kandang dari pukul 18.00 hingga pukul 21.00.

Lampu jenis pijar, adalah yang paling baik karena memiliki panjang gelombang yang diperlukan untuk merangsang hormon LH untuk proses pembentukan telor.
 Ukuran kandang baterai yang kami  adalah 110x40x45 cm. Kandang baterai ini harus dirangkai terlebih dahulu sehingga masing-masing kandang baterai terbagi menjadi 4 ruangan. Masing-masing ruangan ditempati oleh 2 ekor unggas. Rangkaian kandang baterai tersebut disusun bertingkat sehingga 1 lajur terdiri dari 4 baris. Kami mempunyai 2 lajur kandang baterai yang kami tempatkan pada sisi kiri dan kanan kandang. Pada tengah-tengah  kandang baterai utama ini yang juga merupakan jarak antara lajur pertama dan lajur kedua, kami beri jarak 1 meter yang digunakan petugas untuk memberi pakan dan membersihkan kandang.
Rangkaian kandang baterai ini disangga dengan dolken yang ditumpukan pada semen cor untuk menghindari rayap dan proses pelapukan. Tinggi penyangga tingkat pertama adalah 60 cm. Sedangkan baris pada susunan kedua berjarak 120 cm dari permukaan tanah. Pemasangan kandang baterai ini harus diperhatikan tingkat kemiringan lantainya. Tingkat kemiringan lantai ini penting untuk menghindari telur terlalu cepat meluncur sehingga dapat pecah atau bahkan “terbang” dari tempatnya. Kandang baterai ini memang sudah diset dengan ukuran tertentu sehingga pada sisi bagian depan kandang lebih tinggi dibandingkan dengan sisi bagian belakang kandang. Jika kandang baterai tersebut diletakkan pada tempat yang datar maka akan tampak miring pada atasnya. Untuk memudahkan pemasangan, bagian atas kandang baterai dibuat sejajar dengan tanah sehingga sudah dapat dipastikan lantai kandang baterai tersebut sudah mempunyai kemiringan yang cukup aman untuk telur-telur yang dihasilkan..
Antara kandang baterai dan tanah dipasang sekat bambu yang dibelah-belah dan dipaku berjajar dengan jarak sekitar 2 cm. Bilah-bilah bambu ini digunakan  untuk menahan kotoran agar tidak semuanya langsung jatuh ke tanah. Selain kotoran menjadi lebih cepat kering, bau yang ditimbulkan juga semakin berkurang.

Potongan bilah bambu dan penyusu-nannya juga ketinggian dari tanah penting untuk mempercepat keringnya kotoran agar tidak berbau.
Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang kami buat sendiri dari paralon 3” dan 11/2” yang kami potong  1/3 sisinya dengan menggunakan grenda listrik. Yang terpenting pada pembuatan tempat pakan dan tempat minum dari paralon ini adalah pengukuran tempat ikatan pada kandang baterai. Tempat pengikatan ini harus diperhitungan jaraknya agar paralon tetap terpasang tepat di tempatnya dan tidak melengkung karena kelebihan beban pada bagian tengah diantara dua tempat pengikatan. Kami sengaja melakukan efisiensi biaya sehingga membuat tempat pakan dan minum ini dari paralon karena lebih murah dibandingkan jika kami membeli dari supplier peralatan peternakan. Pemasangan paralon tempat pakan berada di bawah paralon tempat minum.

Posisi Tempat pakan dan air minum dari bahan pralon yang dipotong sesuai kebutuhan.
Pemasangan paralon tempat minum mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemasangan paralon tempat pakan. Selain sambungan antar paralon tidak boleh bocor, paralon ini dipasang sedikit miring ke salah satu sisi tertentu. Hal ini dimaksudkan agar air minum hanya diberikan pada salah satu sisi saja namun dapat menjangkau ke seluruh panjang paralon dan air  tidak tumpah selama perjalannya menuju ke sisi yang berlawanan. Pengisian tempat minum ini harus dilakukan secara hati-hati. Paralon cukup diisi 1/3 bagian saja, jangan terlalu penuh karena mengandung resiko tumpahnya air minum. Dengan tumpahnya air minum yang langsung membasahi pakan yang berada di bawahnya akan membuat pakan menjadi basah dan mudah berjamur. Oleh sebab itu, pemberian air minum dilakukan sesering mungkin jangan sampai kehabisan tetapi juga jangan terlalu penuh. Air minum yang kering akan membuat unggas menjadi stress dan berujung dengan produksi yang menurun.
Paralon tempat minum harus dibersihkan setiap pagi atau sore, dikeringkan, dilap dan diisi kembali.  Pembersihan tempat minum ini sangat penting karena air minum tersebut akan tercampur dengan liur dan sisa makanan unggas. Jika dibiarkan sehari saja, maka air minum itu akan berbau busuk dan tidaklah menutup kemungkinan banyak mengandung bakteri yang merugikan kesehatan unggas. Sedangkan untuk efisiensi pakan, paralon tempat pakan harus dipasang lebih menghadap ke sisi luar sehingga pada saat unggas mematuk-matuk pakan, tidak banyak pakan yang terbuang percuma.

Yadi, sedang membersihan tempat pakan unggas untuk kesehatan unggas-unggas dan meratakan pakan agar tidak terbuang.
Kandang baterai yang telah selesai dirangkai disemprot dengan desinfektan Desogerm sebelum digunakan. Setiap minggu kotoran unggas harus dikeruk dan dibersihkan. Pembersihan kotoran unggas ini bertujuan untuk menanggulangi bau amoniak yang berlebihan dan mengurangi populasi lalat yang senang sekali tinggal di tempat yang kotor dan berbau. Bau amoniak yang berlebihan akan membuat unggas menjadi stress dan mengakibatkan berkurangnya produktifitas unggas tersebut. Hasil Samping.Penyemprotan kandang dilakukan setiap  2 minggu sekali dengan Degrasimba agar kotoran unggas tidak berbau sehingga tidak mempengaruhi produktivitas unggas layer

INFEKSI PARASIT

  Cacingan
Worm Disease
  Cacingan pada unggas  dapat disebabkan oleh:  
-      Ascaridia galli
Infeksi cacing ini terutama menyerang unggas usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini kadang-kadang ditemukan dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke oviduct dan dapat masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut. Cacing dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing dewasa mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat simple. Cacing betina akan meletakan telurnya di usus unggas yang terinfeksi dan akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan terus berkembang dalam telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas. Larva dalam telur mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang mengandung embryo ini sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium dapat bertahan hingga 2 tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap bertahan hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal yang penting di sini adalah desinfektan yang digunakan pada peternakan tidak dapat membunuh/ merusak telur. Unggas akan terinfeksi jika memakan telur cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya timbul pada infeksi yang sangat berat.  
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dengan baik dan pemisahan unggas berdasarkan umur. Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan digunakan untuk populasi unggas yang baru.Sedangkan obat yang digunakan adalah preparat piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan dengan membunuh cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami berikan tiap 4 minggu adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini cukup dicampurkan pada air minum. 
-      Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat yang serius pada kesehatan unggas. Minimal tidak menimbulkan gejala atau patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini sama dengan Ascaris. Namun telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2 minggu. Dalam cuaca yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Parasit ini dapat dibasmi dengan fenbendazole.  
-     Capillaria annulata atau Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan penipisan dan inflamasi pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah, dapat ditemukan beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria obsignata.  
Berbeda dengan cacing yang lain, pembentukan embryo memakan waktu 6-8 hari dan akan sangat infeksius untuk peternakan. Kerusakan terparah akan terjadi pada 2 minggu setelah infeksi. Parasit ini akan menimbulkan inflamasi berat dan kadang-kadang terjadi perdarahan. Erosi pada usus akan menyebabkan kematian. Problem yang sering ditimbulkan oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan, penurunan produksi dan fertilitas.  
Sanitasi yang baik merupakan kunci pencegahan yang utama. Pemberian vitamin A dapat memberikan nilai tambah. Parasit ini dapat dibasmi dengan menggunakan fenbendazole atau leviamisole.  
Secara umum, seorang penulis menggambarkan gejala penyakit cacingan pada unggas adalah sbb:
-     tubuh unggas menjadi kurus
-     nafsu makan berkurang
-     sayap kusam dan terkulai
-     kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah
-     pertumbuhan lamban  
Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:
-     sanitasi kandang dengan desinfektan
-     pemberian Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100 ekor unggas. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor unggas
-     campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan diberikan selama 5-6 hari 

INFEKSI PROTOZOA

  Berak Darah/ Koksidiosis

Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung seperti kontak dengan droplet dari unggas yang terinfeksi. Pada saat unggas memakan koksidia, organisme ini akan menginvasi usus dan mengakibatkan kerusakan dan kemudian mulai berkembang biak. Beberapa minggu setelah terjadinya infeksi, koksidia akan berubah menjadi oocyst. Oocyst masih belum cukup matur, meskipun  oocyst  terdapat pada droplet, oocyst ini tidak dapat menginfeksi unggas lain kecuali ia berkembang  (sporulasi) menjadi bentuk yang lebih matang di litter. Bentuk inilah yang dapat menyebabkan infeksi pada unggas. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan. Di dalam peternakan, penyakit ini sangat mudah ditularkan melalui alas kaki, baju, burung liar, peralatan, tempat pakan, serangga atau rodent. 

Gejala yang timbul pada penyakit ini adalah sbb:

-     kotoran lembek cenderung cair dan berwarna coklat kehitaman kerena mengandung darah

-     pertumbuhan terhambat

-     napsu makan menurun

-     pada pembedahan ayam yang mengalami kematian akibat penyakit ini akan ditemukan pada usus besarnya akan bengkak berisi darah.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi pada ayam pada usia 4 hari. Biasanya kami akan memberikan vaksinasi ini dengan melakukan penyemprotan pada pakan. Selain itu harus dilakukan sanitasi yang baik pada kandang DOC. Pilihlah pakan yang sudah mengandung koksidiostat ( preparat pembunuh protozoa Eimeria).   

INFEKSI BAKTERI

Snot/Coryza

Disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum. Penyakit ini biasanya menyerang ayam akibat adanya perubahan musim. Perubahan musim biasanya mempengaruhi kesehatan ayam. Snot banyak ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini menyerang hampir semua umur ayam. Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 30% tetapi angka morbiditas atau angka kesakitannya mencapai hingga 80%. Snot bersifat kronis, biasanya berlangsung antara 1-3 bulan. Ayam betina berumur 18-23 minggu paling rentan terhadap penyakit ini. Namun menurut pengalaman kami, ayam berumur kurang dari 16 minggu mempunyai angka kematian yang cukup tinggi jika terkena penyakit ini. Sedangkan ayam yang sedang bertelur dapat disembuhkan tetapi produktivitas telur menurun hingga 25%. Penularan Snot dapat melalui kontak langsung, udara, debu, pakan, air minum, petugaskandang dan peralatan yang digunakan. 

Dari berbagai referensi yang kami dapatkan gejala penyakit Snot pada ayam adalah sbb:

-     ayam terlihat mengantuk, sayapnya turun

-     keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas

-     muka dan mata bengkak akibat pembengkakan sinus infra orbital

-     terdapat kerak dihidung

-     napsu makan menurun sehingga tembolok kosong jika diraba

-     ayam mengorok dan sukar bernapas

-     pertumbuhan menjadi lambat. 

Pengobatan Snot yang diberikan adalah preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole, menurut beberapa penulis penyakit ini dapat diobati dengan antibiotika seperti Ultramycin, imequil atau corivit. Kami menggunakan preparat enrofloksacyn atau lebih dikenal dengan Enflox produksi SHS dan saat ini kami sedang mencoba menggantinya dengan preparat amphycillin dan colistin atau lebih dikenal dengan Amphyvitacol produksi Vaksindo. Seorang penulis menyebutkan pengobatan tradisional juga dilakukan dengan memberikan susu bubuk yang dicampur dengan air dan dibentuk sebesar kelereng sesuai dengan bukaan mulut ayam dan diberikan 3 kali sehari. 

Sedangkan pengobatan tradisional yang kami lakukan adalah memberikan perasan tumbukan jahe, kunir, kencur dan lempuyang. Air perasan ini dicampurkan pada air minum. Sedangkan ampasnya kami campurkan pada sedikit pakan. Selain ramuan ini menghangatkan tubuh ayam, ramuan ini juga berkhasiat untuk menambah napsu makan ayam. Selain memberikan obat yang diberikan bersama dengan air minum, kami juga memberikan obat secara suntikan pada ayam yang sudah parah. Obat yang kami berikan adalah Sulfamix dengan dosis 0.4 cc/kg BB ayam. Hal lain yang perlu dilakukan karena penyakit ini mempunyai penularan yang sangat cepat dan luas, ayam yang terkena Snot harus sesegera mungkin dipisahkan dari kelompoknya. 

Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit ini. 

    

Berak Kapur
atau Pullorum

Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Berak kapur sering ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari. 

Gejala yang timbul adalah :

-     napsu makan menurun

-     kotoran encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti kapur

-     bulu dubur melekat satu dengan yang lain

-     jengger berwarna keabuan

-     badan anak ayam menjadi menunduk

-     sayap terkulai

-     mata menutup 

Penulis yang lain mengatakan gejala anak ayam yang terkena berak kapur selain gejala yang disebutkan di atas, anaka ayam akan terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat yang hangat. 

Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak nyata benar. Ayam dewasa yang terkena berak kapur akan mengalami penurunan produktivitas telur, depresi, anemia, kotoran encer dan berwarna kuning. 

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga sanitasi mulai dari mesin penetasan hingga sanitasi kandang dan melakukan desinfeksi kandang dengan formaldehyde sebanyak 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.

Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas  di dada ayam. Penulis lain menyebutkan pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfonamide. 


Berak Hijau

Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, demikian pula pengobatannya. Selama ini penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella pullorum. Penularan berak hijau  sangat mudah yaitu melalui kontak langsung termasuk saat jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi dengan ayam yang sakit. Pengaruh penyakit ini dapat sampai ke DOC keturunan induk yang sakit.

Gejala penyakit ini adalah:

-          jengger berwarna biru

-          mata lesu

-          napsu makan menurun

-          sekitar pantat terlihat memutih dan lengket.

Upaya pencegahan merupakan hal utama antara lain dengan menjaga sanitasi kandang, memisahkan antara ayam yang sakit memberikan pakan yang yang baik.

Jika ayam yang terinfeksi mengalami kematian, lebih baik ayam tersebut dibakar agar bakteri tersebut ikut mati dan tidak menular ke ayam yang lain.   

Kolera

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.

Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.

Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:

-     napsu makan berkurang

-     sesak napas

-     mencret

-     kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk

-     jengger dan  pial bengkak serta kepala berwarna kebiruan

-     ayam suka menggeleng-gelengkan kepala

-     persendian kaki dan sayap bengkak disertai kelumpuhan

-     lesi yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera akut antara lain adalah :

+    perdarahan pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau pada lemak abdominal

+    inflamasi pada 1/3 atas usus kecil

+    gambaran “parboiled” pada hati

+    pembesaran dan pembengkakan limpa

+    didapatkan material berbentuk cream atau solid pada persendian 

Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala dan lesi postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan pada isolasi dan identifikasi organisme ini. 

Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan antara lain dengan menjaga agar litter tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga kebersihan peralatan kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup agar stamina ayam tetap terjaga.

Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau antibiotik seperti noxal, ampisol atau inequil. 

    

Chronic Respiratory Disease (CRD)
atau ngorok
atau Air Sac
atau Sinusitis

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penuluaran terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat makan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi. 

Seorang penulis menyebutkan bahwa gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:

-          batuk-batuk

-          napas berbunti atau ngorok

-          keluar cairan dari lubang hidung

-          nafsu makan turun

-          produksi telur turun

-          ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya 



 Sedangkan penulis lain mengatakan gejala yang timbul pada

 CRD adalah:

-     ayam kehilangan napsu makan secara tiba-tiba dan terlihat lesu

-     warna bulu pucat, kusam dan di beberapa lokasi terjadi perlengketan terutama di sekitar anus

-     terjadi inkoordinasi saraf

-     tinja cair dan berwarna putih 

Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara yang paling sederhana yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak diketahui  dan melakukan sanitasi kandang.

Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral, mycomas dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau bacytracyn yang diberikan pada air minum.   

    

Colibacillosis

Penyebab penyakit ini adalah Escherichia coli. Problem yang ditimbulkan dapat infeksi akut berat dengan kematian yang tiba-tiba dan angka kematian yang tinggi hingga infeksi ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang rendah.infeksi dapat terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis karena infeksi pada gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau diikuti oleh infeksi sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini adalah Mycoplasma gallisepticum. Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling banyak adalah ayam usia muda. 

Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer terjadi pada system pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau infeksi pada anak ayam terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau karena invasi bakteri melalui cangkang telur pada saat inkubasi. 

    Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:

-          napsu makan menurun

-          ayam lesu dan tidak bergairah

-          bulu kasar

-          sesak napas

-          kotoran banyak menempel di anus

-          diare

-          batuk

Pada septicemia akut dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba.

Pada pembedahan akan didapatkan:

-     dehydrasi

-     bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal

-     perdarahan pinpoint pada organ viscera

-     eksudat fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan permukaan jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)

-     usus menipis dan inflamasi serta mengandung mucous dan area perdarahan           

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti menjaga ventilasi udara, litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur melakukan desinfeksi terhadap peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kualitas pakan dan air minum, kepadatan kandang harus diperhatikan, penanganan mesin penetas telur dan menjauhkan ayam dari stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. 

Pengobatan Colibasillosis dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa, neomisin, streptomisin dan tetrasiklin. Meskipun demikian, menurut info yang lain dikatakan pengobatan penyakit ini cenderung susah dan tidak menentu. 

infeksi viral

Tetelo
Newcastle Disease (ND)
Sampar Unggas
Pes Cekak
ND merupakan infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo  dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
a.    Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
b.    Tipe yang lebih ringan disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak unggas mencapai 10% tetapi unggas dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini unggas akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan  dan saraf.
c.    Tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.
 Pada tahap  yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala yang nampak pada unggas yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:
-     excessive mucous di trakea
-     gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas
-     unggas tampak lesu
-     napsu makan menurun
-     produksi telur menurun
-     mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah
-     jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan leher terpuntir.
Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
-     unggas yang tertular harus dimusnahkan.
-     vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Jenis vaksin yang kami gunakan adalah ND Lasota yang kami beli dari PT. SHS. Vaksinasi ND yang pertama, kami lakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk berikutnya pemberian vaksin kami lakukan dengan cara suntikan di intramuskuler otot dada.
-     untuk memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang penulis menyarankan agar memberikan vaksin ini dengan pola  444. maksudnya vaksin ND diberikan pada unggas yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Namun kami mempunyai sedikit perbedaan dengan jadwal pola 444.(lihat jadwal pemberian vaksin modifikasi kami)
 Pencegahan yang harus dilakukan oleh para peternak mengingat penyakit ini sangat infeksius adalah sebagai berikut:
-     memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.
-     memisahkan unggas lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
-     memberikan ransum jamu yang baik.    

Gumoro 
Infectious Bursal Disease
Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh unggas, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh unggas. Pada kerusakan yang parah, antibody unggas tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya unggas. Unggas yang terkena akan menampakan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian unggas.  
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus. Di dalam tubuh unggas, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian akan berkembang menjadi infeksius. Gumoro memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada unggas, tetapi infeski sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena kekebalan tubuhnya tidak bekerja.  
Seorang penulis menyebutkan bahwa gumoro menyerang anak unggas pada usia 2 – 14 minggu dengan gejala awal sbb:
-     napsu makan berkurang
-     unggas tampak lesu dan mengantuk
-     bulu tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang mengotori bulu pantat
-     peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya unggas akan mematoki duburnya sendiri.
-     jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya terganggu.
 
Sedangkan penulis yang berbeda menyebutkan gejala gumoro adalah sbb:
-     diare berlendir
-     nafsu makan turun
-     gemetar dan sukar berdiri
-     bulu di sekitar anus kotor
-     unggas suka mematuk di sekitar kloaka  
Penulis yang lain menyebutkan bahwa gumoro dapat dibagi 2 yaitu gumoro klinik dan sub klinik. Gumoro klinik menyerang anak unggas berumur  3-7 minggu. Pada fase ini serangan terhadap kekebalan tubuh unggas tersebut hanya bersifat sementara antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik menyerang anak unggas berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan karena kekebalan tubuh unggas dapat hilang secara permanen, sehingga unggas dengan mudah terserang infeksi sekunder.  
Gumoro menyebar  melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat yang sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumoro tidak menular dengan perantaraan telur dan unggas sudah sembuh tidak menjadi “carrier”. Upaya penanggulangan gumoro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan kandang.  
Bronchitis 
Infectious Bronchitis
Penyakit ini disebabkan oleh Corona virus yang menyerang system pernapsan. Pada unggas dewasa penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi pada unggas berumur kurang dari 6 minggu dapat menyebabkan kematian. Informasi yang lain menyebutkan bahwa unggas yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3 minggu, kematian dapat mencapai 30-40%. Penularan dapat terjadi melalui udara, peralatan, pakaian. Virus akan hidup selama kurang 1 minggu jika tidak terdapat ternak pada area tersebut. Virus ini mudah mati karena panas atau desinfektan.  
Gejala penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory lainnya. Secara umum gambaran penyakit tersebut adalah:
-     batuk
-     bersin
-     rattling
-     susah bernapas
-     keluar lendir dari hidung
-     terengah-engah
-     napsu makan menurun
-     gangguan pertumbuhan
-     pada periode layer akan didapatkan produksi telur yang sangat turun hingga mendekati zero dalam beberapa hari, butuh waktu sekitar 4 minggu agar unggas kembali berproduksi, bahkan beberapa diantaranya tidak akan kembali ke normal. Telur yang dihasilkan akan berukuran kecil, cangkang telur lunak, bentuk telur menjadi irregular.  
Sanitasi merupakan factor pemutus rantai penularan penyakit karena virus tersebut sangat rentan terhadap desinfektan dan panas. Pencegahan lain yang sangat umum dilakukan adalah dengan memberikan vaksinasi secara teratur.  
Avian Pox
Avian pox mempunyai daya sebar yang relatif lambat. Avian pox disebabkan oleh minimal 3 strain atau tipe yaitu: fowl pox virus (virus cacar pada unggas), pigeon pox virus (virus cacar pada burung dara) dan canary pox virus (virus cacar pada burung kenari). Biasanya cacar yang terjadi pada unggas disebabkan oleh fowl pox virus. Virus ini dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Virus ini sangat resisten pada keropeng yang kering dan dalam beberapa kondisi dapat hidup hingga beberapa bulan. Virus ini dapat ditransmisikan melalui beberapa spesies nyamuk. Nyamuk ini akan membawa virus yang infeksius ini setelah nyamuk tersebut menggigit unggas yang terinfeksi.  
Meskipun fowl pox penyebarannya relatif lambat, kawanan unggas ini dapat berpengaruh selama beberapa bulan. Perjalanan penyakit ini memerlukan waktu sekitar 3-5 minggu.  
Gejala yang didapatkan pada penyakit ini adalah:
-     pertumbuhan yang lambat pada unggas muda
-     telur menurun pada periode layer
-     kesulitan bernapas dan makan
-     dry pox, dimulai dari “small whitish foci” dan kemudian berkembang menjadi “wart-like nodules”. Nodule tersebut kemudian akan mengelupas dalam proses penyembuhan. Lesi ini biasanya terlihat pada bagian tubuh yang tidak berbulu seperti lubang telinga, mata , jengger, pial dan kadang-kadang ditemukan di kaki.
-     wet pox diasosiasikan dengan cavitas oral dan traktus respiratorius bagian atas, terutama pada laryng dan trakea.  
Langkah pencegahan yang utama adalah memberikan vaksinasi pada unggas. Pemberian vaksinasi dilakukan dengan melakukan penusukan pada sayap dengan jarum khusus.
  Marek (Visceral Leukosis)
Disebabkan oleh virus tipe DNA yang tergolong herpes tipe B. Marek diidentikan dengan penyakit anak unggas, meskipun demikian penyakit ini juga dapat menginfeksi unggas yang lebih tua. Anak unggas terserang adalah kelompok umur 3-10 minggu. Umur 8-9 minggu merupakan umur yang paling rawan. Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kotoran unggas, debu dan peralatan kandang.  
Marek dapat menimbulkan beberapa variasi gejala klinis, antara lain:
-    Marek tipe visceral
Ditandai dengan lesi pada gonad, hati, limpa, ginjal dan kadang-kadang pada jantung, paru dan otot. Penyakit ini biasanya akut, rupanya unggas yang sehat akan mengalami kematian secara cepat dengan tumor internal yang masif.
-     Marek tipe neural  
Ditandai dengan kelumpuhan yang progresif pada sayap, kaki dan leher. Penurunan berat badan, anemia, kesulitan bernapas dan diare merupakan gejala yang sering ditemukan .
-    Ocular leucosis atau “gray eye”
Morbiditas dan mortalitas biasanya sangat kecil tetapi disebutkan mendekati 25%. Gejalanya dikarakteristikan dengan spotty depigmentation atau diffuse graying pada iris mata. Pupil mata berbentuk irregular dan gagal bereaksi terhadap cahaya. Diare berat dan kematian.
-     Skin leukosis
Pembesaran folikel bulu karena akumulasi limfosit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi pada DOC berumur 1 hari dengan vaksin Cryomarex HVT atau Cryomarex Rispens.Unggas yang terinfesi sebaiknya dimusnahkan agar tidak menularkan ke unggas yang sehat.

Penyakit unggas

Dalam suatu peternakan unggas, dapat terjadi banyak sekali variasi penyakit yang sudah sangat dipahami atau familiar bagi peternak terutama peternak skala menengah dan besar.
Berbicara keberhasilan mengenai peternakan (tanpa tergantung skala bisnisnya) oleh seorang peternak ditentukan dari pengetahuan dan pemahaman dengan pengenalan sumber hambatan dan ancaman dari penyakit yang mungkin dapat menjadikan ledakan penyakit menular dan berakibat sangat merugikan. Oleh sebab itu, pengamanan dan menjauhkan ternak unggas dari sumber wabah dan hambatan potensial tersebut menjadi prioritas dan perhatian khusus.
Dimulai dengan pemilihan indukan yang unggul, pengelolaan yang baik, sanitasi, peningkatan daya tahan unggas dengan vaksinasi dan usaha menjauhkan ternak unggas dari sumber penyakit adalah kunci sukses dalam beternak unggas.
  Secara prinsip penyakit unggas dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu :
1.     Penyakit yang menular dan disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus, parasit dan jamur.
2.    Penyakit yang disebabkan oleh faktor atau sebab lainnya.
3.    Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan zat-zat makanan yang diperlukan dalam perkembangan dan ketahanan tubuh unggas yang lebih disebabkan karena ketergantungan unggas pada kualitas makanan yang diberikan oleh peternak
Berikut ini kami mencoba memberikan ringkasan beberapa penyakit yang sering dijumpai pada unggas, termasuk penyakit yang baru-baru ini sangat meresahkan para peternak yaitu Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan Flu Burung.

PENGARUH PEMBERIAN STARBIO DAN EFFECTIVE MICROORGANISM- 4 ( EM-4) SEBAGAI PROBIOTIK TERHADAP PENAMPILAN ITIK JANTAN UMUR 0 – 8 MINGGU

NI MADE LAKSMIWATI
Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana, Denpasar
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Starbio dan
Effective Microorganism-4 sebagai probiotik terhadap penampilan itik jantan umur
0–8 minggu, dan dilaksanakan di Denpasar. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan tujuh perlakuan,
yaitu penambahan Starbio 0,50 g / kg ransum (S1), 1 g Starbio/ kg ransum (S2), 1,5 g
Starbio/ kg ransum (S3) , penambahan 1 ml EM-4/ l air minum ( E1), 2 ml EM-4/l air
minum ( E2), 3 ml EM-4 / l air minum ( E3) dan kontrol ( K). Masing-masing
perlakuan diulang 4 kali (4 kelompok). Ransum yang digunakan selama delapan
minggu penelitian adalah ransum Starter (0 – 4 minggu) mengandung protein kasar
20, 06 % dan energi metabolisme 2847 Kkal/ kg dan ransum Grower (4–8 minggu)
mengandung protein kasar 17 % dan energi metabolisme 2807 kkal/ kg. Ransum dan
air minum diberikan ad-libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
starbio pada pakan dan EM-4 pada air minum dapat meningkatkan pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan ransum (P<0,05), tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi
pakan. Peningkatan dosis pemberian starbio dari 0,5 sampai 1,5 g/kg pakan dan EM-4
pada air minum dari 1 ml sampai 3 ml air minum tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan, konversi ransum, dan konsumsi ransum.
Kata kunci : Penampilan Itik, Probiotik Starbio, EM-4
EFFECT OF STARBIO AND EFFECTIVE MICROORGANISM- 4 (EM-4) AS
PROBIOTIC ON THE PERFORMANCE OF MALE DUCKLING
SUMMARY
An experiment was conducted at Denpasar, to study the effect of Starbio and
effective microorganisms as probiotic on the performance of male ducklings.
A randomized block design (RBD) with seven treatments was used in this
experiment. The treatment consisted of a control group, three levels of Starbio and
three levels of Effective microorganisms (EM-4), namely, diets with 0,5g Starbio/ kg
diet (S1), with 1g Starbio/ kg diet (S2), with 1,5 g Starbio/ kg diet (S3), 1 ml EM-4/
l (E1), 2 ml EM-4/l (E2), 3 ml EM-4/l (E3) drinking water and control (K). Each
treatment consisted of four replications of 5 ducklings each. The diet given from 0-
4weeks of age contains 20,06% CP and 2847 Kkal/ kg ME, while during 4 - 8 weeks
contained17% CP and 2847 Kkal/ kg ME,. Diet and water were provided ad-libitum.
The results of this experiment showed that supplementation of probiotic in
diet and EM-4 in drinking water were significantly increased growth and feed
efficiency (P<0,05), but there was no significant difference of feed consumption
.There was no significant difference of 0,5 - 1,5g/ kg starbio and 1,5 ml – 3 ml EM-4
on growth, feed efficiency and feed consumption.
Key words : performance, duckling, probiotic Starbio, EM-4
PENDAHULUAN
Itik jantan cukup potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, di
samping harga bibit yang lebih murah juga mempunyai pertumbuhan yang lebih
cepat dan efisien dalam penggunaan ransum daripada yang betina (Kuspartoyo,
1990).
Di Bali umumnya pemeliharaan itik dilakukan secara tradisional (ekstensif).
Namun, dengan terbatasnya penggembalaan sebagai akibat dari pemakaian pestisida
oleh petani, banyak itik yang mati akibat keracunan. Maka, pemeliharaan secara
ekstensif bergeser menjadi pemeliharaan secara intensif. Pada pemeliharaan secara
intensif, kendala utama yang dihadapi adalah tingginya biaya pakan, yaitu kira-kira
60%-70% dari biaya produksi (Rasyaf, 1988). Untuk menyiasatinya, perlu dilakukan
suatu terobosan dengan menambahkan probiotik Starbio dan Efektif Microorganism-
4 (EM-4) pada ransum sehingga terjadi peningkatan efisiensi penggunaan ransum.
Penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan daya cerna
sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun
produksi ( Barrow, 1992 ). Penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat
menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu
pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan (Ritongga, 1992). Dilaporkan juga
oleh Wididana et al. (1996) bahwa penggunaan probiotik (EM-4) yang dicampurkan
di dalam air minum dan pakan ternak akan memperbaiki komposisi mikroorganisme
yang berada dalam perut ternak sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan atau
produksi ternak. Pemberian probiotik starbio pada pakan ternak akan meningkatkan
kecernaan ransum, kecernaan protein dan mineral fosfor (Piao et al., 1999). Hal ini
terjadi karena probiotik starbio merupakan kumpulan mikroorganisme (mikroba
probiolitik, selulolitik, lignolitik, lipolitik, dan aminolitik serta nitrogen fiksasi non
simbiosis) yang mampu menguraikan bahan organik kompleks pada pakan menjadi
bahan organik yang lebih sederhana (Anon, 1995).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengamati kinerja itik jantan yang
diberi probiotik Starbio dan Efektive Microorganism-4 (EM-4).
MATERI DAN METODE
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Unud, Jalan
Raya Sesetan 122 Denpasar. Penelitian berlangsung selama delapan minggu.
Itik
Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik jantan keturunan Cv 2000
umur satu hari sebanyak 140 ekor, diperoleh dari perusahan peternakan itik milik
Bapak Nyoman Sukerta, Banjar Lebah Pangkung Mengwi, Badung dengan berat
badan homogen.
Kandang dan Perlengkapannya
Kandang yang digunakan adalah kandang battery colony dari kawat dan bilahbilah
bambu dengan ukuran panjang 74 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 56 cm. Tiap
petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum.
Ransum dan Air Minum
Ransum yang diberikan disusun berdasarkan perhitungan baku kebutuhan
itik menurut Farrel (1995), yang terdiri atas jagung, dedak padi, tepung ikan, tepung
daging, bungkil kelapa., minyak kelapa, dan kulit kerang. Komposisi bahan dan zat
makanan tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2. Air minum bersumber dari PAM setempat.
Probiotik
Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Starbio dan EM-4.
Starbio diproduksi oleh CV.Lembah Hijau Multifarm Indonesia, Jakarta. Probiotik
Starbio mengandung mikroba proteolitik selulolitik, lignolitik, lipolitik, aminolitik,
dan nitrogen fiksasi non simbiosis. Hasil analisis proksimat dari Starbio menurut
Sulistyo ( 1996 ) adalah kadar air 9,71 %, protein kasar 10,42 %, lemak kasar 0,11 %,
serat kasar 8,37 %, dan abu 51,54 %. EM-4 diproduksi oleh Indonesia Kyusei Nature
Farming Sociaties, dengan distributor PT Songolangit Persada, Jakarta. EM-4
mengandung bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus, Actinomycetes, bakteri
fotosintetic dan ragi.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan dengan empat kelompok sebagai ulangan.
Ketujuh perlakuan itu adalah tanpa penambahan probiotik starbio dan EM–4 sebagai
kontrol (K), pemberian starbio 0,5 g / kg, ransum (S1), 1 g / kg ransum (S2), 1,5 g /
kg ransum (s3), pemberian 1 ml EM–4 / l air minum (E1), 2 ml EM-4 / l air minum
(E2) dan 3 ml EM–4 / l air minum (E3). Setiap ulangan dari masing-masing
perlakuan digunakan delapan ekor itik.
Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamati atau diukur adalah sebagai berikut:
1. Berat badan akhir : penimbangan dilakukan pada akhir penelitian.
Sebelum penimbangan, terlebih dahulu itik dipuasakan selama 12 jam.
2. Pertambahan berat badan : selisih antara berat badan akhir dan berat badan
awal.
3. Konsumsi ransum : pengukuran dilakukan setiap minggu sekali dengan cara
mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa.
4. Feed Convertion Ratio : merupakan perbandingan antara konsumsi ransum
dengan pertambahan berat badan dalam satuan waktu yang sama.
Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan
Bahan Penyusun Pakan Komposisi Bahan Pakan (%)
Starter Grower
Jagung 60,0 58,5
Dedak Padi 11,0 17,0
Bungkil kedelai 9,0 7,0
Tepung Ikan 12,0 6,0
Tepung Daging 6,5 5,0
Bungkil Kelapa 0,0 5,0
Minyak Kelapa 1,5 0,5
Kulit Kerang 0,0 1,0
Total 100,0 100,0
Tabel 2. Kandungan Zat Pakan
Starter (0-4 Minggu) Grower (4-8 Minggu)
Zat-zat Makanan Kandungan
zat Pakan*
Baku
Standar**
Kandungan
Zat Pakan*
Baku
Standar**
ME(Kkal/kg) 2846,96 2799-2899 2807 27512847
Protein kasar (%) 20,06 20 17 17
Serat kasar (%) 3,87 5 4,16 7
Lemak (%) 5,93 (4-7) 4,5 (4-7)
Ca (%) 1,1 1,2 1,3 1,2
P (%) 0,86 0,4 0,6 0,4
Lisin (%) 1 0,82 0,77 0,82
Histidin (%) 0,48 0,43 0,42 0,41
Arginin (%) 1,2 0,81 1,1 0,81
Isoleusin (%) 0,8 0,72 1,33 0,6
Leusin (%) 1,54 0,76 1,33 0,76
Meteonin (%) 0,39 0,32 0,32 0,32
Sistin (%) 0,28 0,28 0,25 0,28
Phenil Alanine (%) 0,86 0,57 0,72 0,57
Tyrosin (%) 0,67 0,36 0,57 0,36
Threonin (%) 0,75 0,57 0,63 0,57
Tryptofan (%) 0,2 0,2 0,17 0,2
Valine (%) 0,96 0,75 0,8 0,75
Glisin (%) 1,3 0 0,6 0
Keterangan
* Berdasarkan perhitungan menurut tabel komposisi Hartadi et al. (1993)
** Standar menurut Farrel (1995)
Analisis Statistika
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila di antara
perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05), maka analisis dilanjutkan
dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1997).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berat badan akhir itik pada kontrol (K) adalah 842,84 gr/ ekor (Tabel 3). Berat badan
akhir pada perlakuan S1, S2, S3, E1, E2 dan E3 masing-masing 51,02%; 37,03%;
44,15%; 33,15%; 51,62%; dan 54,29% nyata lebih tinggi (P< 0,05) daripada kontrol.
Pertambahan Berat Badan
Pertambahan berat badan itik selama delapan minggu penelitian pada kontrol
adalah 100,24 gr/ ekor/ minggu (Tabel 3), sedangkan perlakuan S1, S2, S3, E1, E2
dan E3 masing-masing : 53,63%; 38,95%; 46,41%; 34,86%; 54,25%; dan 57,06%
nyata lebih tinggi ((P< 0,05) daripada kontrol.
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum itik pada perlakuan kontrol (K) adalah 874,80 gr/ ekor/
minggu (Tabel 3). Konsumsi ransum itik pada perlakuan S1, S2, S3, E1, E2 dan E3
masing-masing : 19,54%; 6,15%; 2,11%; 13,06%; 10,30%; dan 5,63% tidak nyata
lebih rendah (P> 0,05) daripada kontrol.
Tabel 3. Pengaruh Probiotik Starbio dan Effective Microorganism-4 (EM-4) Terhadap penampilan itik jantan yang
dipelihara sampai umur 8 minggu
Keterangan :
K : Perlakuan pakan tanpa Starbio dan air minum tanpa EM-4 (kontrol)
S1 : 1 kg pakan + 0,5 g Starbio
S1 : 1 kg pakan + 1 g Starbio
S1 : 1 kg pakan + 1,5 g Starbio
E1 : 1 liter air minum + 1 ml EM-4
E1 : 1 liter air minum + 2 ml EM-4
E1 : 1 liter air minum + 3 ml EM-4
1) SEM : “Standard Error of the Treatment Means”
2) : Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama adalah berbeda tidak nyata (P≥.0,05)
Perlakuan
Peubah
K S1 S2 S3 E1 E2 E3
SEM (1)
Berat badan awal (g/ ekor) 40,89a(2) 40,84a 40,57a 40,77a 40,73a 40,82a 40,93a 0,18
Berat badan akhir (g/ ekor) 842,84a 1.272,88b 1.155,00b 1.214,96b 1.122,23b 1.277,92b 1.300,46b 85,51
Pertambahan berat badan
(g/ekor/ mg) 100,24a 154,00b 139,29b 146,76b 135,18b 154,63b 157,44b 10,69
Konsumsi pakan (g/ekor/
mg) 874,80a 703,85a 820,92a 856,36a 760,50a 74,65a 825,48a 89,72
Konversi pakan 8,72a 4,57c 5,89b 5,83b 5,62bc 5,02bc 5,23bc 0,67
Feed Convertion Ratio
Feed Convertion Ratio (FCR) itik pada perlakuan kontrol adalah 8,72 (Tabel
3), sedangkan perlakuan S1, S2, S3, E1, E2 dan E3 masing-masing :47,59; 32,45%;
33,14%; 35,55%; 42,43%; dan 40,02% nyata lebih rendah (P< 0,05) daripada kontrol.
Pembahasan
Pemberian probiotik Starbio pada ransum (perlakuan S1, S2’ dan S3) dan
EM-4 pada air minum (perlakuan E1, E2, dan E3) tidak berpengaruh pada konsumsi
ransum. Hal ini disebabkan karena semua perlakuan diberi ransum yang kualitasnya
sama (protein maupun energi metabolismenya sama). Ternak unggas mengkonsumsi
ransum pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan akan energinya. Seperti dilaporkan
oleh Wahyu (1997), faktor utama yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah
kandungan energi metabolisme dan ayam akan berhenti makan apabila kebutuhan
akan energi sudah terpenuhi walaupun tembolok belum penuh.
Meningkatnya berat badan akhir dan pertambahan berat badan itik yang diberi
Starbio pada ransum dan EM-4 pada air minum disebabkan karena Starbio sebagai
probiotik mengandung bakteri proteolitik, selulolitik, lipolitik, lignolitik dan
amilolitik serta nitrogen fiksasi non simbiosis yang berfungsi untuk memecah
karbohidrat, yaitu selulose, hemiselulose dan lignin memecah protein dan lemak
(Anon, 1995). Akibatnya, itik yang diberi tambahan probiotik Starbio mempunyai
daya cerna yang lebih tinggi sehingga zat-zat pakan yang diserap juga lebih banya.
Akibatnya, berat badan akhir dan pertambahan berat badannya lebih tinggi daripada
kontrol. Ini diperkuat oleh hasil penelitian Zainuddin dkk. ( 1995 ); didapatkan bahwa
penambahan probiotik Starbio 0,25 % pada pakan yang mengandung serat kasar 6 %
nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam pedaging. Di samping itu,
hal itu juga disebabkan karena itik yang diberi pakan kontrol tidak mampu mencerna
serat kasar karena itik tidak mempunyai enzim yang dapat mencerna serat kasar
(Wahyu, 1997).
Berat akhir dan pertambahan berat badan lebih tinggi pada itik yang air
minumnya diberi EM-4 dibandingkan dengan kontrol, disebabkan karena di
dalam EM-4 terdapat berbagai mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu Laktobacillus
yang bermanfaat untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa asam laktat;
bakteri photosyntetic yang berfungsi menyerap gas-gas beracun dan panas dari proses
fermentasi; ragi yang mempunyai peran dalam memfermentasi bahan organik
menjadi senyawa alkohol, gula dan asam amino dan Actinomycetes yang berfungsi
untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap bakteri patogen
dan mampu melarutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya (Wididana et
al.,1996). Labih jauh, adanya antibiotika dapat mencegah penebalan dinding usus.
Akibatnya, lebih banyak zat pakan yang dapat diserap oleh tubuh, yang pada akhirnya
dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik sehingga meningkatkan
pertambahan berat badan dan berat badan akhir.
Peningkatan dosis Starbio dan EM-4 tidak berpengaruh lebih baik terhadap
penampilan itik jantan umur 0-8 minggu. Hal ini mungkin disebabkan karena ransum
yang diberikan mengandung serat kasar yang rendah (± 4 %), sehingga dengan dosis
yang paling rendah (0,5 g Starbio/ kg pakan dan 1 ml EM-4/ l air minum) sudah
mampu mencerna zat-zat pakan yang dikonsumsi sehingga peningkatan dosis
pemberian lebih tinggi dari perlakuan S1 dan E1 tidak akan berpengaruh positif.
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan salah satu indikator yang dapat
memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah
FCR semakin tinggi efisiensi penggunaan ransum (Titus dan Frits, 1979). Pemberian
probiotik Starbio pada pakan dan EM-4 pada air minum ternyata dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan ransum ( P< 0,05). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilaporkan oleh Zainuddin et al. ( 1994) yang menyatakan bahwa penggunaan
probiotik Starbio dalam pakan ternak mampu meningkatkan efisiensi pakan melalui
mekanisme kerja Starbio yang mampu mencerna lemak, serat kasar, dan protein
dalam pakan menjadi bahan yang mudah diserap. Pernyataan ini juga dipertegas oleh
Jin et al. (1997) yang menyatakan bahwa keberadaan probiotik dalam ransum dapat
meningkatkan aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan. Akibatnya,
zat nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat yang biasanya banyak terbuang
dalam faeces akan menjadi berkurang. Karena itu, konversi pakan itik yang diberi
perlakuan probiotik menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol.
Meningkatnya aktivitas enzim dan pencernaan telah dibuktikan oleh Nuriyasa et al.
(1998) bahwa penambahan probiotik EM-4 dalam ransum dapat meningkatkan daya
cerna enzim pankreas babi.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal sebagai berikut.
1. Pemberian probiotik Starbio pada ransum maupun EM-4 pada air minum
berpengaruh baik terhadap penampilan ternak itik jantan umur 0-8 minggu.
2. Peningkatan dosis pemberian probiotik Starbio dan EM-4 tidak berpengaruh
terhadap penampilan ternak itik umur 0-8 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonnymous. 1995. Pakan lebih hemat dengan starbio. CV Lembah Hijau Indonesia
Bogor.
Barrow, P.A. 1992. Probiotics for Chickens. In : R. Fuller. 1st Ed. Probiotics The
Scientific Basic. Chapman and Hall, London. Hal : 225 – 250.
Farell, D.J. 1995. Table egg laying ducks : Nutritional Requirement and Current
Husbandry Systems in Asia. Poult and Avian Bol. Rev. 6 : 55 – 69.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Jin, L.Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. 1997. Probiotics in Poultry : Modes
of Action. Worlds Poultry Sci. J. 53 (4) : 351 – 368
Kuspartoyo. 1990. Segi kehidupan itik. Majalah Swadaya Pderternakan Indonesia
No. 59 : 36-37.
Nuriyasa, I. M., I.N.T. Ariana, I. G.N.G. Bidura dan T.G.B. Yadnya. 1998. Pengaruh
Pemberian Effective Microorganism –4 Terhadap Produksi Berat Kering
Umbi Ketela Pohon dan Daya Cerna Enzim Pancreas Babi. Laporan
Penelitian Dana OPF. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Piao, X.S., I.K. Han, J.H. kim, W.T. cho, Y.H. Kim and C. Liang. 1999. Effects of
Kemzyme, Phytase and Yeast.
Rasyaf, M. 1988. Berternak Itik Komersial. Cetakan I Kanisius, Yogyakarta.
Ritonga, H. 1992. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Majalah
Ayam dan Telur No. 73 Maret1992. Hal : 24-26.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik, Cetakan Ketiga
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sulistyo, E.B. 1996. Pengaruh Penggunaan Probiotik Starbio pada Konsentrat
Ransum yang Diturunkan Kualitasnya Terhadap Produksi dan Kualitas Air
Susu Sapi Perah di BPT-HPTT, Batu Raden. Skripsi Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Sudirman, Purwekwrto.
Titus, H.W. and J.C. Frits. 1971. The Scientifics Feeding of Chickens 9th Ed. The
Interstate Priters and Publisher Inc. Danvil, Illinois.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wididana, G.D.S. dan T. Higa. 1993. Penuntun Bercocok Tanam Padi dengan
Teknologi Effective Microorganism-4 (EM-4). Seri Pertanian Akrab
Lingkungan.
Zainuddin, D., D.K. Diwyanto dan Suharto. 1994 Penggunaan Probiotik Starbio
(Starter Mikroba) Dalam Ransum Ayam Pedaging Terhadap Produktivitas,
Nilai Ekonomis (IOFC) dan Kadar Amonia Lingkungan Kandang. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi. Bogor.