Tuesday 19 April 2011

PENYAKIT-PENYAKIT UNGGAS




1.   AVIAN INFLUENZA (AI)
Penyebab                    : Virus famili orthomyxoviridae
Sumber infeksi             : unggas piara, spesies unggas domestikasi yang lain, burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain.
Tanda klinis                 : sangat bervariasi tergantung spesies, jenis kelamin, infeksi ikutan, virus yang menginfeksi, factor lingkungan dan sebagainya yaitu aktivitas menurun, konsumsi pakan menurun, emasiasi, ayam mengeram lebih lama, produksi telur menurun, gangguan pernapasan dari yang ringan sampai berat, batuk ,bersin lakrimasi yang berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak berbulu, gangguan saraf dan diare.
                          Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yang terlihat atau beberapa kombinasi. Pada kasus yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Ayam sakit dalam keadaan komatose sering kepalanya menyentuh lantai.
Perubahan pasca mati   : terlihat kongesti, hemoragi, transudatif dan perubahan nekrotik pada kulit, jengger, pial.
                                    Pada penyakit berlanjut organ-organ yang lain akan terkena sering terlihat bintik kuning abu-abu pada hati, limpa, ginjal dan paru-paru.
Diagnosa                     : Dengan pemeriksaan serologi dan virologi. Spesimen berupa swab trakea dan kloaka.
Diagnosa banding        : ND, Chlamydia, Mycoplasmosis dan bakteri.
Pengendalian               : Tidak ada pengobatan yang spesifik, semua pengobatan hanya menunjang secara alam untuk melegakan alat pernapasan. Pengobatan dengan antibiotik hanya untuk mencegah efek ikutan pada infeksi bakteri dan mycoplasma.

2.   SNOT (INFECTIOUS CORYZA)
Penyebab                    : Hemophilus paragallinarum
Tanda klinis                 :    -    Konsumsi makanan, produksi telur atau pertumbuhan menurun cukup tajam.
- terlihat adnya leleran hidung dan mata yang kadang-kadang disertai mata lengket / tertutup
                               - udema muka, gangguan pernapasan dan mungkin disertai diare
                                         -      keadaan ini melanjut dengan ditemukannya beberapa penderita dengan pembengkakan sinus infra orbitalis dan / atau eksudat pada kantung konjunctiva.
       Perubahan pasca mati   : peradangan yang bersifat kataral pada saluran hidung dan sinus-sinus, seringkali disertai eksudat pada rongga hidung. Seringkali ditemukan pembengkakan muka dan kadang-kadang balung.
     Diagnosa                     : -      sejarah, gejala klinis dan lesi yang menciri bisa digunakan sebagai dasar diagnosa.
-  preparat ulas eksudat hidung harus dibuat dan diwarnai,
-  isolasi dan identifikasi organisme dari eksudat sinus
-  bisa juga dilakukan uji biologis terhadap eksudat dari sinus ayam peka
-  HI dan AGID test serum penderita
     Diagnosa banding        : mycoplasmosis, pox unggas, pasteurellosis terbatas yang bersifat kronis
     Pencegahan                 : - beli anak ayam yang bebas koriza dan pelihara dengan sanitasi ketat
-  bila ada outbreak perlu dilakukan depopulasi kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan beberapa hari. Kemudian masukkan ayam baru yang bebas koriza
-  lakukan vaksinasi
     Pengobatan                 : beberapa preparat sulfa dan antibiotik bisa digunakan. Obat yang bisa dipakai yaitu streptomycin, erythromycin, sulfadimethoxine

3.   NEWCASTLE DISEASE (ND)
Penyebab                    : Virus Paramyxo
Penularan                    : Kontak dengan hewan sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan kandang termasuk pakan. Penularan dari satu tempat ke tempat yang lain melalui transportasi, pekerja kandang, burung liar, angin, serangga dsb.
Tanda klinis                 : tergantung dari virulensi virus yang menulari bisa asimptomatis, gejala pernapasan ringan atau gejala pernapasan disertai gangguan syaraf atau kombinasi gangguan pernapasan dan digesti.
Perubahan pasca mati   : tergantung pada strain yang menulari yaitu berupa bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus, nekrose pada usus, kelainan saluran pernapasan berupa rhinitis, tracheitis, laringitis, pneumonia dengan eksudat kataralis atau mukopurulenta. Kelainan syaraf berupa ensefalitis, degenerasi dan nekrose otak. Dapat pula ditemukan perdarahan berupa ptechie pada pericard, epicard, subpleura, tembolok dan usus.
Diagnosa                     : isolasi dan identifikasi dengan uji HA (hemaglutinasi) dan HI (Hemaglutinasi Inhibition)
Diagnosa banding        : Infectious bronchitis, infectious laryngotracheitis, mikoplasmosis, avian encephalomielitis.
Pengendalian               : Sanitasi kandang yang baik, anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas ND dan selalu dilakukan vaksinasi pada hewan-hewan yang peka.







4.   INFECTIOUS BRONCHITIS (IB)
Penyebab                    : Coronaviridae
Tanda klinis                 :        pada ayam muda penyakit IB sangat cepat ditandai dengan sulit bernapas, sedikit ngorok dari hidung dan mata keluar eksudat. Produksi telur menurun antara 10-50 %, bentuk telur abnormal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun.
Peubahan pasca mati    : trakea terlihat kemerahan mengeluarkan lendir seromukoid, kantung hawa menebal dan buram. Pada ayam petelur terdapat peritonitis akibat telur pecah dan salfingitis. Kadang-kadang ditemukan nefrosis.
Diagnosa                     : Histopatologi, Virologi

No comments:

Post a Comment