Wednesday 29 February 2012

PERBANDINGAN DAN PERSAMAAN PEMELIHARAAN BEBEK DENGAN BROILER

 Saya ingin memberikan perbandingan antara pemeliharaan bebek dengan ayam ,karena banyak persamaan dalam pemeliharan kedua jenis unggas tersebut jika diperuntukan sebagai ternak pedaging
 
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh.
Salah satu sumber protein adalah daging ayam broiler. Ditinjau dari nilai gizinya, daging ayam broiler tidak kalah dibandingkan dengan daging dari ternak lain. Selain itu daging ayam broiler mudah didapatkan dan harganya relatif murah, karena pemeliharaan ayam broiler relatif singkat yaitu 35 hari.
Meskipun tingkat konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler. Padahal jika kita lihat, Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk pengembangan ayam broiler, terutama temperature luar yang lebih rendah dibandingkan dengan temperature tubuh ayam. Sehingga peluang pemeliharaan ayam broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar.
Melalui praktikum Manajemen Ternak Unggas ini, diharapkan akan diketahui cara pemeliharaan ayam mulai dari DOC sampai finisher, peralatan yang digunakan, pemberian pakan, vaksinasi dan sistem perkandangan sehingga pada akhirnya dapat diterapkan di lapangan.





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



Ayam Broiler


Ayam broiler merupakan  hasil teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut North (1984) pertambahan berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai  dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang ttepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan / penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi (Anonimus, 1987)

Perkandangan

Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk kandang dan kondisi tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya yang tersedia dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari panas dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau gangguan dari luar (predator).

Lokasi kandang
            Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan ipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain. (Martono, 1996)

Konstruksi kandang
            Menurut Martono (1996) konstruksi kandang yang baik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
            Atap. Atap kandang diusahakan menggunakan genting, karena tidak mudah menyerap panas yang bisa mengakibatkan temperatur di dalam kandang menjadi tinggi. Kemudian bentuk atap yang biasa digunakanadalah atap muka dua dengan lubang angin (=sistem monitor) dan atap tunggal denga lubang udara (sistem semi monitor).
            Dinding. Dinding kandang biasa dibuat dengan menggunakan bahan bambu, dan atau kawat. Celah celah pada dinding kandang hendaknya tidak dapat diterobos binatang pengganggu maupun predator.
            Ventilasi. Ventilasi disin diusahakan dibuat sebaik mungkin, sehingga akan terjadi perputaran udara di kandang, yaitu udara kotor didalam kandang akan keluar dengan mudah, dan digantikan dengan udara segar dari luar kandang.
            Cahaya matahari. Hal ini juga diusahakan, karena cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan bibit penyakit, dan merupakan provitamin D.



Tipe Kandang
            Bentuk kandang sebemnarnya dapat dibangun sesuai selera dan kebutuhan peternak.menurut Martono (1996) kandang yang biasa dipergunakan antara lain:
            Ren. Kandang yang mempunyai halaman pengumbaran sehingga ayam dapat bergerak dengan bebas. Sistem kandang ini mempunyai dua bagian, yaitu bagian kandang utama dan umbaran. Keuntungan sistem ren adalah ayam akan mendapat cahaya matahari lebih, dan ayam bisa mendapatkan tambahan pakan dari bagian umbaran. Kerugiannya antara lain penyakit akan dapat menyebar secara cepat dan ayam yang produktif dan yang kurang produktif sulit dibedakan.
            Cage. Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan sistem ini adalahbiaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, sering banyak lalat.
            Litter. Merupakan kandang yang menggunakan litter sebagai alas kandang.Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah,menghilangkan bau kotoran,jika litter kering,pembuangan kotoran lebih mudah.Kekurangannya adalah penyeberan penyakit lebih mudah ,pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati.
            Panggung.Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan Bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok.Kelebihannya adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan,penyebaran penyakit relatif rendah.Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu unutk alas terlalu lebar,akan dapat mengakibatkan ayam terperosok,biaya pembuatan relatif mahal.

Tipe Atap Kandang
            Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting,karena atap kandang akan melindungiternak dari panas dan hujan.Tipe-tipe kandang menurut Martono  (1996) antara lain:
            Monitor. Tipe monitor yaitu atap kandang yang terdiri dari sisi pada bagian puncaknya.
            Shade. Atap kandang yang hanya memiliki satu sisi dan digunakan pada kandang sempit
            Saw thoth. Atap kandang yang terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan membentuk celah sebagai ventilasi.
            Gable. Atap yang terdiri atas duia sisi dan tidak terdapat lubang diatasnya.

            Kemudian kepadatan kandang yang baik (populasi) per meter persegi menurut Martono (1996) adalah seperti tercantum dalam label berikut:
Tabel 1.  Kepadatan kandang pada ayam
Minggu ke-
Jumlah ayam / m2
1
30-50 ekor
2
20-25 ekor
3
10-20 ekor
4
10 ekor
5
8-10 ekor
6
6-8 ekor



Pakan

            Nutrisi atau bahan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disukai, dan tidak membahayakan ternak (Tillman et.al., 1984). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

            Harga pakan untuk ayam broiler adalah 65 – 85% dari biaya produksi. Dan pakan yang diberikan pada yam broiler merupakan pakan ternak dengan rasio yang lengkap. Pakan broiler pada umumnya diberikan dalam bentuk crumble untuk fase starter dan pellet untuk periode pertumbuhan (grower) (Parkhurst, et al., 1987).
Kandungan zat-zat ransum dalam produksi broiler bersifat kritis. Ransum itu harus menyediakan semua makanan yang penting untuk pertumbuhan yang cepat dan adalah biasa untuk menambahkan antibiotika dan mungkin bahan-bahan tambahan lainnya (Payne et al., 1993)
Pada pemeliharaan ayam broiler, Anggorodi (1985), mengemukakan bahwa sumber energi pakan dapat berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Energi yang dikonsumsi dari ransum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kerja, mampu diubah menjadi energi panas, dan dapat disimpan sebagi lemak tubuh. Semakin tinggi energi ransum, semakin rendah konsumsi pakannya, karena ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ayam Broiler untuk keperluan hidupnya memerlukan zat makanan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, vitamin, dan air.
            Karbohidrat disamping merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, juga untuk pertumbuhan daging. Kebutuhan energi untuk ayam broiler adalah 2800 – 3200 kcal/kg (NRC, 1984).
            Protein mempunyai manfaat yang sangat penting untuk membangun dan membentuk jaringan tubuh, pembentukkan enzim, reproduksi, dan dapat diubah menjadi energi bila pada tubuh ayam terjadi kekurangan energi. Kebutuhan protein tergantung pada umur ayam, tingkat pertumbuhan , iklim, dan penyakit. Anak ayam mulai menetas (DOC) sampai umur 6-7 minggu diberikan ransum mengandung protein 20 – 21%, sedangkan setelah itu 17 – 18%.   Vitamin berfungsi antara lain melancarkan proses kehidupan di dlam alat-alat tubuh seperti pencernaan, pembentukkan tulang, perumbuhan, dan memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi (Anonimous, 1984). Vitamin dibedakan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B1, B, B6, C, dan asam penthathenat.
            Mineral yang dibutuhkan oleh ayam broiler adalah Ca, P, K, Cl, dan Mn. Sumber mineral (C, O, dan P) antara lain tepung tulang, kapur karang, kapur, dan lain-lain.
            Air sangat penting bagi tubuh ayam, maka air harus tersedia terus-menerus sepanjang hari. Kebutuhan air minum akan lebih banyak dengan bertambahnya umur ayam (Anggorodi, 1985). Air merupakan komponen zat gizi, pemberiannya secara khusus dipisahkan dari pakan walaupun pakan itu sendiri masih mempunyai kadar air tertentu.
            Fungsi air untuk pengangkutan zat-zat makanan dalam tubuh, pembuangan sisa, dan pengaturan suhu. Menurut Anonimous (1984), air menduduki proporsi 55% sampai 75% dari berat badan.
            Menurut North (1984), metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Metode ini tidak cocok untu ayam broiler karena akan mengurangi pertambahan berat badan dan efisiensi pakan.
            Menurut Sidadolog (1999), pembatasan pakan secara kualitatif, pada ayam tetap diberi pakan secara adlibitum, tetapi kualitas pakan yang diberikan dibatasi sesuai dengan kebutuhannya yaitu dengan beberapa metode pemberian pakan yang kaya dengan serat kasar, penambahan tepung daun, dan bekatul sehingga pakan tersebut menjadi bulky.


Manajemen Pemeliharaan

Persiapan Ternak Broiler
            Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya saran yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987).
            Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen (vitamin) (Ginsono, 1986).
Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal.

Pemeliharaan Minggu Pertama
            Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND (Murtidjo, 1987).

Pemeliharaan Minggu Kedua
            Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan, namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 320C dengan cra meninggikan lampu pemanas. Penambahan  jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 33 gr/ekor.

Pemeliharaan Minggu Ketiga
            Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi ND II (Murtidjo, 1987).

Pemeliharaan Minggu Keempat
            Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas lagi`. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 65 gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis (Murtidjo, 1987).
Pemeliharaan Minggu Kelima
            Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat ccing yang dibeli (Murtidjo, 1987).

Pemeliharaan Minggu Keenam
            Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya. Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat. Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat (Murtidjo, 1987).


Penampilan Produksi


Feed Intake

Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. Ayam mengkonsumsi pakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan energinya ( Wahyu, 1988 ). Konsumsi pakan ayam tergantung dari beberapa faktor yaitu : besar  tubuh ayam ( jenis galur ), keaktifan badannya sehari –hari, suhu atau temperatur di dalam dan disekitar kandang, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada ayam pedaging itu, dan cara pengelolaan yang dipraktekkan sehari – hari untuk memelihara ayam pedaging itu ( Siregar et al., 1981 ). Selain itu ayam pedaging cenderung untuk meningkatkan jumlah konsumsi pakan yang berenergi rendah ( Suprawiro et al., 1981 ).
Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh tingkat energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu disesuaikan dengan tingkat energi dan protein. Asam –asam amino pakan hanya digunakan secara efektif jika tingkat energinya cukup ( Scott et al., 1982 ).
NRC ( 1984 ) merekomendasikan bahwa kwbutuhan energi ayam broiler adalah 3200 kcal ME / kg dengan protein kasar 20 % untuk ayam umur 3 –6 minggu. Sedangkan Wahyu ( 1988 ) menyatakan bahwa konsumsi pakan komulatif pada minggu 3 – 6 berturut – turut adalah : 783.9; 1416.5; 2165.4 dan 3030 gram / ekor. Sedang standart konsumsi pakan menurut NRC ( 1984 ) sebanyak 3000 gram / ekor per minggu selama pertumbuhan 0 – 6 minggu.

Feed Convertion Ratio

Konversi pakan atau feed convertion ratio ( FCR ) adalah perbandingan antara jumlah pakan ( kg ) yang dikonsumsi dengan berat hidup ( kg ) sampai ayam itu dijual ( Siregar dkk., 1980 ). Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila ngka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya ( North, 1984 ).
Anggorodi ( 1985 ) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi, serta keserasian nilai nutrien yang dikandung pakan tersebut.
Togatrop ( 1991 ) mengatakan bahwa konversi pakan ayam broiler yang mendapat pakan mengandung tingkat protein kasar 20 % dan 22 % serta energi 3.200 kcal ME / kg dan 3.400 kcal ME / kg berturut – turut adalah 2,264; 2,193; 2,219 dan 2,174. Menurut laporan Amrullah dkk ( 1986 ) dengan perlakuan protein kasar 20,59 % dan energi 2.897,4 kcal ME/ kg didapat konversi pakan sebesar 2,76 ± 0,23.

Gain / Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat hidup sejak pembuahan dan lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi antara bibit, ransum dan tata laksana yang baik untuk menjamin suksesnya setiap usaha peternakan ayam broiler ( Siregar et al., 1980 ).
Pada dasarnya pertumbuhan yang timbuk itu sebenarnya merupakan manifestasi dari perubahan – perubahan yang erjadi dalam sel yang mengalami proses – proses “hiperplasi” atau pertambahan jumlah yang selanjutnya diikuti dengan proses “ hypertrophy “ atau pembesaran ukuran dari pada sel tersebut ( Williams, 1982 ).
Dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses pertumbuhan itu terjadi, banyak peneliti menyebutkan bahwa pertumbuhan ataupun pertambahan berat badan itu adalah merupakan interaksi antara potensi genetik ( breed ) dengan dfaktor lingkungan ( Williams, 1982 ).
Anggorodi ( 1980 ) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pertumbuhan murni adalah termasuk pertambahan bentuk dan berat dari jaringan – jaringan bangunan seperti urat daging, jantung, otak dan  semua jaringan tubuh lainnya kecuali lemak. Biasanya pertumbuhan badan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya ( Tilman et al., 1983 ).
Pertumbuhan hewan ditentukan oleh takaran makanannnya,bila takaran makanannya tinggi maka pertumbuhannya juga cepat dan hewan akan mencapai suatu berat badan tertentu pada umur muda ( Tilman et al., 1983 ).
Perbedaan kecepatan pertumbuhan organ sesuai dengan fungsi organ tersebut, organ yang dibutuhkan untuk kehidupan berkembang lebih dahulu, sedangkan organ yang berfungsi untuk produksi berkembang lebih lambat ( Hammond et al., 1983 ). Hal ini diperkuat hasil penelitian Sammer dan Lesson ( 1980 ) bahwa berdasar persentase bobot hati, jantung dan empedal terhadap bobot tubuh ayam broiler menunjukkan perkembangan cepat sejak menetas sampai umur 7 hari, kemudian menurun terus sampai umur potong yaitu 47 hari. Alat –alat reproduksi, tulang, otot dan lemak berkembang lebih lambat dibandingkan perkembangan hati, jantung dan empedal ( Soeparno, 1982 ).
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, jenis kelamin dan hormon ( Williams, 1982 ).
Tahapan pertumbuhan hewan akan membentuk kurva sigmoid ( Anggorodi, 1984 ). Pada awal pertumbuhan lambat, kemudian berkembang lebih cepat dan akhirnya perlahan lagi menjelang dewasa tubuh ( Mc Donald et al., 1984 ). Tilman et al. ( 1984 ) menyatakan bahwa pertumbuhan anak ayam sampai dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, genetik, cara pameliharaan, lingkungan dan penyakit, dikatakan pula bahwa hewan yang sedang tumbuh memerlukan pakan yang lebih banyak mengandung protein dengan kualitas yang baik dan banyak mengandung gizi yang mudah dicerna serta cukup mineral Ca, P dan vitamin yang dibutuhkan.


Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit


Vaksinasi

Vaksinasi adalah preparat yang mengandung mikroorganisme kidup tetapi  non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang sesuai dengan mikroorganisme ( Yuwono, 1992).
Tujuan vaksinasi adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu tertentu.Agar vaksinasi berhasi dengan baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut : ayam yang divaksin adalah ayam yang sehat saja. Apabila pelaksanaan vaksin melalui air minum, maka tempat minum harus dicuci lebih dahulu tetapi tidak boleh memakai desinfektan, detergent, dan sabun. Air minum yang digunakan untuk bermacam – macam vaksin hendaknya tidak mengandung chloor atau zat –zat lain yang dapat mematikan virus. Oleh karena itu agar vaksinasi ini aman, dianjurkan mamakai air sumur, aquadest, air hujan, tapi jangan memakai air ledeng ( Yuwono, 1992 ).

Pencegahan penyakit

Unggas yang telah diberi pakan dengan baik dan dikelola dan divaksinasi terhadap penyakit – penyakit lokal terkenal biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu penyakit, unggas – unggas yang sakit harus dipisahkan dari unggas – unggas yang sehat. Tindakan – tindakan kebersihan ( sanitasi ) yang ketat harus dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas dokter hewan atau penyuluh harus diberitahukan dengan segera ( Williamson dan Payne, 1993 ).
Mikroplasmolisis ( CRD atau Chronic Respiratory Disease ). Menurut Blakely ( 1991 ), perlakuan terhadap telur – telur yang menetas dengan menggunakan antibiotik talah terbukti berhasil mematahkan penyebaran penyakit secara vertikal. Selanjutnya isolasi dan sanitasi yang baik untuk mendapatkan kelompok – kelompok ayam yang bebas mikroplasma, mirip dengan SPF ( Spesifik Pathogen Free ) pada babi, telah terbukti dapat mencegah penyebaran horisontal ( Blakely, 1991 ).
Penyakit Infectious Bronchitis. Menurut Blakely ( 1991 ) pengendalian penyakit ini dapat dilakukan melalui vaksinasi dengan mengguinakan suatu vaksin yang dapat dilaksanakan secara masal dengan memasukkan ke dalam air minum.
Penyakit Newcastle. Pengendalian penyaklit Newcastle terutama dilakukan melalui inokulasi ( Blakely, 1992 ). Vaksin bisa digunakan dalam air minum, atau disemprotkan untuk suatu kelompok ayam, melalui inokulasi pada selaput sayap, atau melalui metoda – metoda langsung yang lain ( Blakely, 1991 ).
Menurut Williamson dan Payne ( 1993 ), vaksinasi pertama bisa dilakukan pada umur 8 minggu ketika anak –anak ayam meninggalkan kandang indukan. Vaksin diinjeksikan dibawah kulit leher pada dosis 1 ml / ekor/ unggas.
Penyakit Laryngotrachitis. Blakely ( 1991 ) menyarankan agar unggas yang sudah sembuh dikeluarkan dan stock yang baru divaksinasi pada waktu dimasukkan ke dalam kelompok untuk produksi. Unggas lama yang sudah menderita laryngotracheitis harus disingkirkan meskipun nampaknya normal. Oleh karena itu tidak disarankan vaksinasi rutin untuk laryngotrachietis kecuali kalau dikandang tersebut ada masalah penyakit itu sebelumnya.
Penyakit Infectious Coryza. Pengobatan yang paling efektif menggunakan obat seperti misalnya Sulfathiazole dalam pakan atau pemberian injeksi streptomycin. Pemisahan unggas yang terserang, penyingkiran ayam betina tua pada akhir tahun, dan suatu pemeliharaan dengan isolasi yang terkontrol dan lingkungan yang bersih, merupakan kunci untuk mencegah penyakit ini ( Blakely, 1991 ).
Aspergillosis. Pencegahan dilakukan dengan menjaga makanan dan alas ( litter ) agar tetap rendah kandungan uap airnya hingga pertumbuhan jamur dapat dicegah ( Blakely, 1991 ).
Penyakit Marek’s ( Range Paralysis ). Vaksin tersedia untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit ini pada unggas, dan beberapa stain telah pula diseleksi ketahanan alamiyahnya terhadap penyakit Marek’s ( Blakely, 1991 ).
Penyakit Infeksi Bursal ( Penyakit Gumboro ). Di daerah –daerah dimana penyakit ini diketahui menjadi maslah, tersedia vaksinasi komersial untuk mengendalikannya ( Blakely, 1991 ).


1 comment:

De'Sevia said...

Daftar pustakanya kok ga ada??

Post a Comment