Wednesday 29 February 2012

Meningkatkan Efisiensi Ransum


Ransum merupakan salah satu kebutuhan utama bagi ayam untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya. Dari ransum inilah nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan maupun pembentukan sebutir telur diperoleh. Saat masa produksi, jika jumlah pemberian ransum tidak sesuai kebutuhan maka akan langsung berefek terhadap produksi telur. Tidak hanya jumlah pemberiannya, kualitas ransum juga perlu kita perhatikan. Dari segi finansial, biaya ransum ini menduduki persentase tertinggi dari seluruh biaya pemeliharaan, yaitu mencapai 75%.

Ransum berpengaruh terhadap produktivitas dan biaya pemeliharaan ayam (Sumber : Dok. Medion)
Melihat peran penting dan signifikannya biaya ransum ini maka tidak mengherankan jika perhatian kita pun banyak terfokus pada hal ini. Berbagai cara kita lakukan untuk menekan biaya ransum. Setiap penghematan Rp. 1.000 harga ransum akan mampu menekan biaya pemeliharaan ternak sebesar 25% dari total biaya pemeliharaan. Meskipun demikian yang perlu menjadi pedoman kita ialah jangan sampai penghematan biaya ransum ini berakibat pada penurunan kualitas ransum maupun mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan ayam untuk tumbuh dan menghasilkan telur. Berberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menekan biaya ransum ialah :
   Seleksi Supplier Ransum secara Ketat
Supplier merupakan pihak yang menyediakan kebutuhan ransum kita. Sudah seharusnya kita melakukan seleksi yang ketat terhadap supplier ini. Dan sebaiknya kita memiliki setidaknya 2 supplier sehingga bisa menjadikannya kontrol antar supplier, baik kontrol kualitas maupun harga. Selain itu, suplai ransum diharapkan menjadi lebih terjamin.
Seringkali yang menjadi parameter kita dalam pemilihan supplier adalah harga. Hal ini adalah sebuah kewajaran mengingat harga merupakan hal yang penting. Namun, ada hal yang tidak boleh kita abaikan, yaitu kualitas. Perlu kita pahami lagi kualitas ransum ini berpengaruh terhadap produktivitas juga. Jika harganya murah namun kualitas jelek maka jangan berharap ayam akan berproduksi secara optimal, atau malah bisa menyebabkan ayam sakit.
Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mengkombinasikan keduanya. Dalam penentuan harga kita perlu cek dengan kualitasnya, perlu dibuat rasio antara harga dengan kandungan nutrisinya, terutama energi metabolisme (EM) dan protein kasar (PK). Misalnya ransum A harganya Rp. 3.500/kg dengan kadar EM 2.750 kkal/kg dan PK 18% dan ransum B harganya Rp. 3.400/kg yang mengandung EM 2.750 kkal/kg dan PK 17%, maka mana yang kita pilih? Jika berdasarkan harga yang murah maka tentu kita akan memilih ransum B. Namun sebenarnya pilihan itu kurang tepat Jika kita buat rasio harga : PK maka ransum A yang seharusnya kita pilih. Mengapa? Tidak lain karena harganya per 1% PK lebih murah ransum A (Rp. 194,4 tiap 1% PK) dibandingkan ransum B (Rp. 200 tiap1% PK).

    Memastikan Ransum yang Diterima Berkualitas
Setiap ransum datang sudah selayaknya kita melakukan quality control (QC). Hal ini untuk memastikan bahwa ransum yang dikirimkan sesuai dengan yang kita pesan. QC yang biasanya dilakukan meliputi fisik dan kimia. QC fisik mencakup bentuk dan ukuran, penggumpalan, warna, bau, rasa maupun ada tidaknya kontaminasi (bahan-bahan asing atau jamur). Jika kita menemukan ketidaksesuian pada QC fisik ini maka patut kita munculkan kecurigaan terhadap kualitasnya. Atau bahkan jika ditemukan jamur atau ransum menggumpal tidak jarang peternak yang langsung menolak kiriman ransum tersebut.
QC kimia, dilakukan dengan menguji sampel ransum dari beberapa bagian dari tumpukan ransum untuk melihat kadar nutrisinya. QC ini biasanya dilakukan melalui analisis proksimat (bisa dilakukan di MediLab) untuk mengetahui kadar air, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan abu. Selain itu perlu diketahui juga kadar kalsium, fosfor maupun kontaminasi jamur (aflatoksin). QC ini sebaiknya tidak hanya dilakukan saat penerimaan saja, namun juga dilakukan secara berkala terutama jika ada pergantian supplier ransum.


 Penambahan alas pada bagian bawah tumpukan karung ransum (Sumber : Dok. Medion)
Selain QC sampel ransum perlu sekiranya kita cek no batch maupun leaflet yang terdapat pada karung ransum. No batch ini bisa kita gunakan sebagai bahan pengajuan komplain maupun pengaturan penyimpanan dalam gudang.

    Manajemen Gudang Penyimpanan yang Optimal
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum ransum diberikan pada ayam. Kualitas ransum seringkali menurun saat berada di gudang, terutama jika kondisi gudang tidak memenuhi standar dengan manajemen pengaturan keluar masuknya ransum.
Gudang seharusnya tertutup, tidak tampias air hujan, memiliki sistem sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan suhunya optimal (26-280C). Selain itu, hindari juga adanya tikus atau hewan pengerat yang bisa mencuri ransum. Perlu disediakan juga label nama sehingga memudahkan kita mengenali ransum. Tak lupa pada setiap bagian bawah tumpukan karung ransum harus selalu diberi alas berupa balok kayu atau pallet plastik. Hal ini untuk menjaga agar ransum tidak menggumpal, berbau tengik, lembab dan tumbuh jamur.
Manajemen pengambilan dan pengeluaran ransum juga perlu dikontrol. Tentu kita sudah sering mendengar istilah FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out)? Ransum yang sudah mendekati masa kadaluarsa (expired date) atau yang pertama datang, hendaknya segera diberikan ke ayam. Disinilah pentingnya pembuatan label pada setiap kelompok ransum. Sebaiknya tumpukan ransum dibedakan berdasarkan supplier, jenis ransum maupun masa kadaluarsanya.
Kita pun perlu mengatur pola pembersihan, desinfeksi atau kalau perlu penyemprotan insektisida di gudang ransum untuk mengurangi serangga yang bisa menurunkan kualitas ransum. Selain itu, stok ransum di gudang sebaiknya minimal bisa memenuhi kebutuhan selama 1 bulan.

    Tata Laksana Pemberian Ransum yang Baik
Tata laksana pemberian ransum yang baik akan memastikan ayam memperoleh asupan ransum sesuai dengan kebutuhannya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Agar tujuan ini tercapai maka perlu memperhatikan :
  • Sesuaikan feed intake dengan kadar asupan nutrisinya
Feed intake (FI) ayam antar peternakan satu dengan yang lainnya seringkali berbeda meski strainnya sama. Pun demikian dengan kualitas ransumnya. Oleh karena itu FI ini harus disesuaikan dengan standar asupan nutrisi. Berdasarkan data dari ISA Brown Manual Management (2010), ayam petelur saat HD 2% sampai umur 28 minggu membutuhkan asupan PK sebesar 17,2 - 17,6% dengan FI 115 g/ekor/hari. Namun jika FI nya mencapai 120 g/ekor/hari maka kadar PK ransumnya menurun menjadi 16,7 - 17,2%. Jadi yang perlu diperhatikan ialah kadar PK sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan makannya (FI).
  • Pengaturan periode pemberian ransum
Untuk ayam dewasa pemberian ransum dapat dilakukan 2-3 x sehari sedangkan saat masa brooding bisa dilakukan 8-9 x sehari. Hal ini tidak lain agar nafsu makan optimal dan ransum tetap segar. Hendaknya dihindarkan pemberian ransum yang dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan penurunan nafsu makan dan kualitas ransum serta ransum menjadi lebih banyak yang tercecer.
  • Pengaturan tempat ransum
Tempat ransum ayam (TRA) yang akan digunakan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan diantaranya terbuat dari bahan yang aman (tidak toksik), awet, memudahkan ayam mengkonsumsi ransum dan mudah dibersihkan. Selain kualitas perlu diperhatikan juga jenis dan jumlah TRA yang digunakan. Untuk anak ayam (layer dan broiler) sampai umur 2-3 minggu hendaknya dipilih Nampan Ransum DOC (NRDOC) sedangkan ayam dewasa gunakan TRA 5 kg atau 7 kg. Untuk setiap 1.000 ekor ayam dibutuhkan sekitar 16-20 NRDOC dan 25-30 TRA 5 kg (Ketentuan ini merupakan pedoman umum yang dapat disesuaikan dengan kondisi peternakan).

    Modifikasi Ransum
Modifikasi ransum ini bisa disamakan dengan kita melakukan pencampuran ransum sendiri, baik yang sederhana (konsentrat, jagung, bekatul) maupun secara total (self mixing). Dengan demikian biaya ransum menjadi lebih murah. Namun, hal ini tentu memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus, yaitu sebagai formulator. Medion, saat ini telah menyediakan jasa ini, jika Bapak Ibu memerlukannya bisa langsung menghubungi tenaga lapangan terdekat.

Ransum menjadi komponen penting dan menduduki porsi terbesar dalam biaya produksi peternakan. Meningkatkan efisiensi ransum akan berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang akan kita peroleh. Selamat mencoba dan sukses selalu.

Info Medion Edisi Februari 2011
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

No comments:

Post a Comment