Friday 28 January 2011

Menngolah daging bebek

embicarakan daging itik yang konon amis, alot dan keras, kami langsung teringat ketika harus menyantap sepiring lalapan nasi bebek di daerah Surabaya. Maklum di beberapa tempat di Surabaya memang menu lalapan nasi bebek menjadi menu andalan warung pinggir jalan. Harganya memang sedikit mahal akan tetapi kelezatannya sedikit bisa menyembunyikan harga yang sedikit mahal tersebut. Dari ukuran bagian tubuh itik yang di sajikan kami sedikit mengetahui bahwa daging yang diolah adalah daging itik afkir, tapi karena kepiawaian dari sang pedagang daging tersebut agak sedikit lunak daripada daging itik pada umumnya.

Daging itik umumnya mempunyai tekstur warna agak sedikit gelap jika dibandingkan daging ayam baik sebelum atau sesudah dimasak. Kandungan gizi daging itik adalah sebagai berikut : kalori 129 (kal), protein 20 (g), lemak 5 (g), besi 2 (mg), vitamin B 100 (IU), berbeda agak jauh pada sisi kandungan vitamin B pada daging ayam yang hanya sekitar 30 (IU).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan daging itik kurang menarik simpati masyarakat di Indonesia, antara lain karena selama ini variasi pengolahan daging itik yang bisa mengundang selera konsumen sangat terbatas jika dibandingkan daging ternak lainnya seperti daging sapi, kado (kambing dan domba), dan ayam. Harga daging itik sendiri juga relatif mahal dibandingkan ayam sehingga kurang menarik minat beli masyarakat. Apabila pengolahan daging itik ini bisa dikuasai oleh masyarakat kita maka kemungkinan masalah pemasaran daging itik akan sedikit terpecahkan.

Pada hakikatnya, kelunakan daging itik tidak terlepas dari komposisi daging yang terdiri dari sel-sel serabut otot, tenunan pengikat, dan lemak-lemak dalam struktur serabut otot. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai kelunakan daging ternak, antara lain :

1.       Genetic : faktor keturunan menyebabkan lunak tidaknya daging

2.       Umur : makin tua umur ternak, makin keras pula sel-sel serabut otot dan tenunan pengikat

3.       Makanan : makanan tertentu dapat mempengaruhi nilai kelunakan daging ternak

4.       Pemotongan : pemotongan yang baik dapat mempengaruhi nilai kelunakan daging ternak

5.       Pemuliaan : dengan pemuliaan bisa diperoleh keturunan ternak yang memiliki daging dengan kelunakan tertentu

6.       Pengolahan : penggunaan enzim proteolitik dapat melunakkan daging ternak

7.       Penyimpanan : penyimpanan dalam suhu tertentu akan mempengaruhi kelunakan daging ternak

Beberapa cara melunakkan daging ternak

Penggunaan enzin pelunak daging

Penggunaan enzim pelunak daging adalah cara yang paling sederhana dan praktis untuk kalangan ibu rumah tangga. Karena enzim tertentu dapat memecah jaringan pengikat pada daging, juga dapat dilakukan pada ternak yang masih hidup atau yang sudah dipotong. Sebenarnya masyarakat sudah lama mengenal cara tradisional untuk melunakkan daging, seperti penggunaan daun papaya untuk membungkus daging, penggunaan daun atau papaya muda untuk merebus daging, penggunaan nanas muda untuk memasak daging, dan peragian dengan menggunakan papaya muda atau nanas muda

Cara tradisional itu sesungguhnya memanfaatkan enzim papain dan enzim bromelin karena papaya atau daun papaya mengandung banyak enzim papain, sedangkan nanas banyak mengandung enzim bromelin. Jadi, secara tidak langsung masyarakat kita sudah memahami bahwa kelunakan daging bisa diperoleh dengan menggunakan getah-getah yang mampu mencerna, menghidrolisa atau memecahkan protein daging, baik sebelum pengolahan atau waktu pengolahan daging.

Bubuk pelunak daging

Bubuk pelunak daging bisa diperoleh di toko bumbu masakan Cina, biasanya digunakan di restoran karena sangat praktis dan dapat mempercepat pengolahan daging. Bubuk pelunak daging yang disebut “meat tenderizer” biasanya dihasilkan dari sisa industri pengalengan nanas, terutama bonggol nanas yang kaya akan enzim bromelin dibanding kulit atau buah nanasnya sendiri. Penggunaan bubuk pelunak daging dalam pengolahan mempunyai kelemahan, yaitu tidak bisa melunakkan daging secara sempurna. Bubuk ini hanya dapat melunakkan daging bagian luar, sedangkan bagian dalam masih keras. Lagi pula, proses pelunakan hanya bisa berlangsung pada suhu sekitar 60-70° Celsius

Pelunakan daging secara “antemortem”

Pelunakan daging antemortem pada hakikatnya adalah memberi perlakuan khusus pada ternak sebelum ternak di potong. Caranya, sebelum dipotong ternak diberi suntikan larutan enzim pelunak daging yang dimasukkan ke dalam vena jugularis (saluran darah). Secara teoritis, perlakuan tersebut berdasarkan pertimbangan :

1.       Aliran darah ternak yang masih hidup merupakan system distribusi yang paling sempurna, dapat membagi dosis darah dan enzim ukuran yang diharapkan

2.       Jantung ternak hidup dapat bekerja sebagai pompa  yang mengalirkan larutan enzim yang disuntikkan merata ke seluruh tubuh

3.       Darah tidak dapat bekerja sebagai pengencer enzim

Apabila sulit memperoleh bubuk pelunak daging, dapat dilakukan isolasi enzim pelunak daging yang praktis atau penyuntikan antemortem.

Cara mengisolasi enzim papain (papaya)

1.       Ambil beberapa buah papaya muda dan bersihkan dengan air bersih

2.       Kulit papaya muda dogores-gores atau ditoreh dengan pisau atau garpu

3.       Tampung getah papaya yang keluar di atas piring bersih

4.       Keringkan dengan sinar matahari

5.       Enzim papain yang berbentuk kristal bisa dilembutkan dengan sendok sampai halus

Cara mengisolasi enzim bromelin (nanas)

1.       Kumpulkan beberapa bonggol nenas kemudian cuci dengan air bersih

2.       Bonggol nenas diblender atau diparut lembut

3.       Parutan diperas dan disaring dengan kain yang berlubang lembut

4.       Keringkan dengan sinar matahari

5.       Enzim bromelin yang benbentuk kristal bisa dilembutkan dengan sendok sampai halus

Cara penyuntikan antemortem

1.       10 gram bubuk pelunak daging dicampur dengan 10 gram cairan pengencer gliserin

2.       Campuran tadi dikocok rata hingga berbentuk pasta

3.       Campuran berbentuk pasta kemudian dilarutkan dalam air suling (aquades)sebanyak 200 cc, kemudian dikocok sampai terlihat jernih

4.       Bisa langsung digunakan dengan dosis 2 cc untuk setiap kilogram berat ternak  yang akan dipotong

Untuk itu penyuntikan bisa dilakukan pada pembuluh di bawah sayap. Setelah penyuntikan dilakukan, itik bisa segera dipotong karena enzim proteolitik sudah cukup merata terbagi di seluruh jaringan daging. Namun, apabila itik tidak jadi dipotong, enzim tersebut tidak mempunyai pengaruh buruk bagi itik karena akhirnya enzim itu akan dikeluarkan lewat kotoran.

Daging ternak yang mendapat suntikan antemortem tidak mempunyai dampak negatif bila dikonsumsi sebab setelah proses pengolahan, enzim akan hancur. Namun, cara ini mengandung kelemahan yaitu organ itik seperti jantung, hati, dan ginjal menjadi terlalu lunak karena pengaruh enzim proteolitik

Pelunakan daging dengan penyuntikan postmortem

Penyuntikan postmortem adalah penyuntikan yang dilakukan pada karkas atau daging ternak yang sudah dipotong. Dosis yang digunakan boleh lebih banyak dan dapat disuntikkan pada bagian-bagian karkas tertentu yang kurang lunak. Selanjutnya karkas ditiriskan dengan posisi vertikal, sekurang-kurangnya 30 menit setelah ditiriskan karkas bisa dimasak.

No comments:

Post a Comment