Wednesday 9 June 2010

PENGARUH PEMBERIAN STARBIO DAN EFFECTIVE MICROORGANISM- 4 ( EM-4) SEBAGAI PROBIOTIK TERHADAP PENAMPILAN ITIK JANTAN UMUR 0 – 8 MINGGU

NI MADE LAKSMIWATI
Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana, Denpasar
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Starbio dan
Effective Microorganism-4 sebagai probiotik terhadap penampilan itik jantan umur
0–8 minggu, dan dilaksanakan di Denpasar. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan tujuh perlakuan,
yaitu penambahan Starbio 0,50 g / kg ransum (S1), 1 g Starbio/ kg ransum (S2), 1,5 g
Starbio/ kg ransum (S3) , penambahan 1 ml EM-4/ l air minum ( E1), 2 ml EM-4/l air
minum ( E2), 3 ml EM-4 / l air minum ( E3) dan kontrol ( K). Masing-masing
perlakuan diulang 4 kali (4 kelompok). Ransum yang digunakan selama delapan
minggu penelitian adalah ransum Starter (0 – 4 minggu) mengandung protein kasar
20, 06 % dan energi metabolisme 2847 Kkal/ kg dan ransum Grower (4–8 minggu)
mengandung protein kasar 17 % dan energi metabolisme 2807 kkal/ kg. Ransum dan
air minum diberikan ad-libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
starbio pada pakan dan EM-4 pada air minum dapat meningkatkan pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan ransum (P<0,05), tetapi tidak berpengaruh terhadap konsumsi
pakan. Peningkatan dosis pemberian starbio dari 0,5 sampai 1,5 g/kg pakan dan EM-4
pada air minum dari 1 ml sampai 3 ml air minum tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan, konversi ransum, dan konsumsi ransum.
Kata kunci : Penampilan Itik, Probiotik Starbio, EM-4
EFFECT OF STARBIO AND EFFECTIVE MICROORGANISM- 4 (EM-4) AS
PROBIOTIC ON THE PERFORMANCE OF MALE DUCKLING
SUMMARY
An experiment was conducted at Denpasar, to study the effect of Starbio and
effective microorganisms as probiotic on the performance of male ducklings.
A randomized block design (RBD) with seven treatments was used in this
experiment. The treatment consisted of a control group, three levels of Starbio and
three levels of Effective microorganisms (EM-4), namely, diets with 0,5g Starbio/ kg
diet (S1), with 1g Starbio/ kg diet (S2), with 1,5 g Starbio/ kg diet (S3), 1 ml EM-4/
l (E1), 2 ml EM-4/l (E2), 3 ml EM-4/l (E3) drinking water and control (K). Each
treatment consisted of four replications of 5 ducklings each. The diet given from 0-
4weeks of age contains 20,06% CP and 2847 Kkal/ kg ME, while during 4 - 8 weeks
contained17% CP and 2847 Kkal/ kg ME,. Diet and water were provided ad-libitum.
The results of this experiment showed that supplementation of probiotic in
diet and EM-4 in drinking water were significantly increased growth and feed
efficiency (P<0,05), but there was no significant difference of feed consumption
.There was no significant difference of 0,5 - 1,5g/ kg starbio and 1,5 ml – 3 ml EM-4
on growth, feed efficiency and feed consumption.
Key words : performance, duckling, probiotic Starbio, EM-4
PENDAHULUAN
Itik jantan cukup potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, di
samping harga bibit yang lebih murah juga mempunyai pertumbuhan yang lebih
cepat dan efisien dalam penggunaan ransum daripada yang betina (Kuspartoyo,
1990).
Di Bali umumnya pemeliharaan itik dilakukan secara tradisional (ekstensif).
Namun, dengan terbatasnya penggembalaan sebagai akibat dari pemakaian pestisida
oleh petani, banyak itik yang mati akibat keracunan. Maka, pemeliharaan secara
ekstensif bergeser menjadi pemeliharaan secara intensif. Pada pemeliharaan secara
intensif, kendala utama yang dihadapi adalah tingginya biaya pakan, yaitu kira-kira
60%-70% dari biaya produksi (Rasyaf, 1988). Untuk menyiasatinya, perlu dilakukan
suatu terobosan dengan menambahkan probiotik Starbio dan Efektif Microorganism-
4 (EM-4) pada ransum sehingga terjadi peningkatan efisiensi penggunaan ransum.
Penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan daya cerna
sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun
produksi ( Barrow, 1992 ). Penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat
menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu
pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan (Ritongga, 1992). Dilaporkan juga
oleh Wididana et al. (1996) bahwa penggunaan probiotik (EM-4) yang dicampurkan
di dalam air minum dan pakan ternak akan memperbaiki komposisi mikroorganisme
yang berada dalam perut ternak sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan atau
produksi ternak. Pemberian probiotik starbio pada pakan ternak akan meningkatkan
kecernaan ransum, kecernaan protein dan mineral fosfor (Piao et al., 1999). Hal ini
terjadi karena probiotik starbio merupakan kumpulan mikroorganisme (mikroba
probiolitik, selulolitik, lignolitik, lipolitik, dan aminolitik serta nitrogen fiksasi non
simbiosis) yang mampu menguraikan bahan organik kompleks pada pakan menjadi
bahan organik yang lebih sederhana (Anon, 1995).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengamati kinerja itik jantan yang
diberi probiotik Starbio dan Efektive Microorganism-4 (EM-4).
MATERI DAN METODE
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Unud, Jalan
Raya Sesetan 122 Denpasar. Penelitian berlangsung selama delapan minggu.
Itik
Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik jantan keturunan Cv 2000
umur satu hari sebanyak 140 ekor, diperoleh dari perusahan peternakan itik milik
Bapak Nyoman Sukerta, Banjar Lebah Pangkung Mengwi, Badung dengan berat
badan homogen.
Kandang dan Perlengkapannya
Kandang yang digunakan adalah kandang battery colony dari kawat dan bilahbilah
bambu dengan ukuran panjang 74 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 56 cm. Tiap
petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum.
Ransum dan Air Minum
Ransum yang diberikan disusun berdasarkan perhitungan baku kebutuhan
itik menurut Farrel (1995), yang terdiri atas jagung, dedak padi, tepung ikan, tepung
daging, bungkil kelapa., minyak kelapa, dan kulit kerang. Komposisi bahan dan zat
makanan tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2. Air minum bersumber dari PAM setempat.
Probiotik
Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Starbio dan EM-4.
Starbio diproduksi oleh CV.Lembah Hijau Multifarm Indonesia, Jakarta. Probiotik
Starbio mengandung mikroba proteolitik selulolitik, lignolitik, lipolitik, aminolitik,
dan nitrogen fiksasi non simbiosis. Hasil analisis proksimat dari Starbio menurut
Sulistyo ( 1996 ) adalah kadar air 9,71 %, protein kasar 10,42 %, lemak kasar 0,11 %,
serat kasar 8,37 %, dan abu 51,54 %. EM-4 diproduksi oleh Indonesia Kyusei Nature
Farming Sociaties, dengan distributor PT Songolangit Persada, Jakarta. EM-4
mengandung bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus, Actinomycetes, bakteri
fotosintetic dan ragi.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan dengan empat kelompok sebagai ulangan.
Ketujuh perlakuan itu adalah tanpa penambahan probiotik starbio dan EM–4 sebagai
kontrol (K), pemberian starbio 0,5 g / kg, ransum (S1), 1 g / kg ransum (S2), 1,5 g /
kg ransum (s3), pemberian 1 ml EM–4 / l air minum (E1), 2 ml EM-4 / l air minum
(E2) dan 3 ml EM–4 / l air minum (E3). Setiap ulangan dari masing-masing
perlakuan digunakan delapan ekor itik.
Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamati atau diukur adalah sebagai berikut:
1. Berat badan akhir : penimbangan dilakukan pada akhir penelitian.
Sebelum penimbangan, terlebih dahulu itik dipuasakan selama 12 jam.
2. Pertambahan berat badan : selisih antara berat badan akhir dan berat badan
awal.
3. Konsumsi ransum : pengukuran dilakukan setiap minggu sekali dengan cara
mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa.
4. Feed Convertion Ratio : merupakan perbandingan antara konsumsi ransum
dengan pertambahan berat badan dalam satuan waktu yang sama.
Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan
Bahan Penyusun Pakan Komposisi Bahan Pakan (%)
Starter Grower
Jagung 60,0 58,5
Dedak Padi 11,0 17,0
Bungkil kedelai 9,0 7,0
Tepung Ikan 12,0 6,0
Tepung Daging 6,5 5,0
Bungkil Kelapa 0,0 5,0
Minyak Kelapa 1,5 0,5
Kulit Kerang 0,0 1,0
Total 100,0 100,0
Tabel 2. Kandungan Zat Pakan
Starter (0-4 Minggu) Grower (4-8 Minggu)
Zat-zat Makanan Kandungan
zat Pakan*
Baku
Standar**
Kandungan
Zat Pakan*
Baku
Standar**
ME(Kkal/kg) 2846,96 2799-2899 2807 27512847
Protein kasar (%) 20,06 20 17 17
Serat kasar (%) 3,87 5 4,16 7
Lemak (%) 5,93 (4-7) 4,5 (4-7)
Ca (%) 1,1 1,2 1,3 1,2
P (%) 0,86 0,4 0,6 0,4
Lisin (%) 1 0,82 0,77 0,82
Histidin (%) 0,48 0,43 0,42 0,41
Arginin (%) 1,2 0,81 1,1 0,81
Isoleusin (%) 0,8 0,72 1,33 0,6
Leusin (%) 1,54 0,76 1,33 0,76
Meteonin (%) 0,39 0,32 0,32 0,32
Sistin (%) 0,28 0,28 0,25 0,28
Phenil Alanine (%) 0,86 0,57 0,72 0,57
Tyrosin (%) 0,67 0,36 0,57 0,36
Threonin (%) 0,75 0,57 0,63 0,57
Tryptofan (%) 0,2 0,2 0,17 0,2
Valine (%) 0,96 0,75 0,8 0,75
Glisin (%) 1,3 0 0,6 0
Keterangan
* Berdasarkan perhitungan menurut tabel komposisi Hartadi et al. (1993)
** Standar menurut Farrel (1995)
Analisis Statistika
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila di antara
perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05), maka analisis dilanjutkan
dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1997).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berat badan akhir itik pada kontrol (K) adalah 842,84 gr/ ekor (Tabel 3). Berat badan
akhir pada perlakuan S1, S2, S3, E1, E2 dan E3 masing-masing 51,02%; 37,03%;
44,15%; 33,15%; 51,62%; dan 54,29% nyata lebih tinggi (P< 0,05) daripada kontrol.
Pertambahan Berat Badan
Pertambahan berat badan itik selama delapan minggu penelitian pada kontrol
adalah 100,24 gr/ ekor/ minggu (Tabel 3), sedangkan perlakuan S1, S2, S3, E1, E2
dan E3 masing-masing : 53,63%; 38,95%; 46,41%; 34,86%; 54,25%; dan 57,06%
nyata lebih tinggi ((P< 0,05) daripada kontrol.
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum itik pada perlakuan kontrol (K) adalah 874,80 gr/ ekor/
minggu (Tabel 3). Konsumsi ransum itik pada perlakuan S1, S2, S3, E1, E2 dan E3
masing-masing : 19,54%; 6,15%; 2,11%; 13,06%; 10,30%; dan 5,63% tidak nyata
lebih rendah (P> 0,05) daripada kontrol.
Tabel 3. Pengaruh Probiotik Starbio dan Effective Microorganism-4 (EM-4) Terhadap penampilan itik jantan yang
dipelihara sampai umur 8 minggu
Keterangan :
K : Perlakuan pakan tanpa Starbio dan air minum tanpa EM-4 (kontrol)
S1 : 1 kg pakan + 0,5 g Starbio
S1 : 1 kg pakan + 1 g Starbio
S1 : 1 kg pakan + 1,5 g Starbio
E1 : 1 liter air minum + 1 ml EM-4
E1 : 1 liter air minum + 2 ml EM-4
E1 : 1 liter air minum + 3 ml EM-4
1) SEM : “Standard Error of the Treatment Means”
2) : Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama adalah berbeda tidak nyata (P≥.0,05)
Perlakuan
Peubah
K S1 S2 S3 E1 E2 E3
SEM (1)
Berat badan awal (g/ ekor) 40,89a(2) 40,84a 40,57a 40,77a 40,73a 40,82a 40,93a 0,18
Berat badan akhir (g/ ekor) 842,84a 1.272,88b 1.155,00b 1.214,96b 1.122,23b 1.277,92b 1.300,46b 85,51
Pertambahan berat badan
(g/ekor/ mg) 100,24a 154,00b 139,29b 146,76b 135,18b 154,63b 157,44b 10,69
Konsumsi pakan (g/ekor/
mg) 874,80a 703,85a 820,92a 856,36a 760,50a 74,65a 825,48a 89,72
Konversi pakan 8,72a 4,57c 5,89b 5,83b 5,62bc 5,02bc 5,23bc 0,67
Feed Convertion Ratio
Feed Convertion Ratio (FCR) itik pada perlakuan kontrol adalah 8,72 (Tabel
3), sedangkan perlakuan S1, S2, S3, E1, E2 dan E3 masing-masing :47,59; 32,45%;
33,14%; 35,55%; 42,43%; dan 40,02% nyata lebih rendah (P< 0,05) daripada kontrol.
Pembahasan
Pemberian probiotik Starbio pada ransum (perlakuan S1, S2’ dan S3) dan
EM-4 pada air minum (perlakuan E1, E2, dan E3) tidak berpengaruh pada konsumsi
ransum. Hal ini disebabkan karena semua perlakuan diberi ransum yang kualitasnya
sama (protein maupun energi metabolismenya sama). Ternak unggas mengkonsumsi
ransum pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan akan energinya. Seperti dilaporkan
oleh Wahyu (1997), faktor utama yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah
kandungan energi metabolisme dan ayam akan berhenti makan apabila kebutuhan
akan energi sudah terpenuhi walaupun tembolok belum penuh.
Meningkatnya berat badan akhir dan pertambahan berat badan itik yang diberi
Starbio pada ransum dan EM-4 pada air minum disebabkan karena Starbio sebagai
probiotik mengandung bakteri proteolitik, selulolitik, lipolitik, lignolitik dan
amilolitik serta nitrogen fiksasi non simbiosis yang berfungsi untuk memecah
karbohidrat, yaitu selulose, hemiselulose dan lignin memecah protein dan lemak
(Anon, 1995). Akibatnya, itik yang diberi tambahan probiotik Starbio mempunyai
daya cerna yang lebih tinggi sehingga zat-zat pakan yang diserap juga lebih banya.
Akibatnya, berat badan akhir dan pertambahan berat badannya lebih tinggi daripada
kontrol. Ini diperkuat oleh hasil penelitian Zainuddin dkk. ( 1995 ); didapatkan bahwa
penambahan probiotik Starbio 0,25 % pada pakan yang mengandung serat kasar 6 %
nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam pedaging. Di samping itu,
hal itu juga disebabkan karena itik yang diberi pakan kontrol tidak mampu mencerna
serat kasar karena itik tidak mempunyai enzim yang dapat mencerna serat kasar
(Wahyu, 1997).
Berat akhir dan pertambahan berat badan lebih tinggi pada itik yang air
minumnya diberi EM-4 dibandingkan dengan kontrol, disebabkan karena di
dalam EM-4 terdapat berbagai mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu Laktobacillus
yang bermanfaat untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa asam laktat;
bakteri photosyntetic yang berfungsi menyerap gas-gas beracun dan panas dari proses
fermentasi; ragi yang mempunyai peran dalam memfermentasi bahan organik
menjadi senyawa alkohol, gula dan asam amino dan Actinomycetes yang berfungsi
untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap bakteri patogen
dan mampu melarutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya (Wididana et
al.,1996). Labih jauh, adanya antibiotika dapat mencegah penebalan dinding usus.
Akibatnya, lebih banyak zat pakan yang dapat diserap oleh tubuh, yang pada akhirnya
dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik sehingga meningkatkan
pertambahan berat badan dan berat badan akhir.
Peningkatan dosis Starbio dan EM-4 tidak berpengaruh lebih baik terhadap
penampilan itik jantan umur 0-8 minggu. Hal ini mungkin disebabkan karena ransum
yang diberikan mengandung serat kasar yang rendah (± 4 %), sehingga dengan dosis
yang paling rendah (0,5 g Starbio/ kg pakan dan 1 ml EM-4/ l air minum) sudah
mampu mencerna zat-zat pakan yang dikonsumsi sehingga peningkatan dosis
pemberian lebih tinggi dari perlakuan S1 dan E1 tidak akan berpengaruh positif.
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan salah satu indikator yang dapat
memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah
FCR semakin tinggi efisiensi penggunaan ransum (Titus dan Frits, 1979). Pemberian
probiotik Starbio pada pakan dan EM-4 pada air minum ternyata dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan ransum ( P< 0,05). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilaporkan oleh Zainuddin et al. ( 1994) yang menyatakan bahwa penggunaan
probiotik Starbio dalam pakan ternak mampu meningkatkan efisiensi pakan melalui
mekanisme kerja Starbio yang mampu mencerna lemak, serat kasar, dan protein
dalam pakan menjadi bahan yang mudah diserap. Pernyataan ini juga dipertegas oleh
Jin et al. (1997) yang menyatakan bahwa keberadaan probiotik dalam ransum dapat
meningkatkan aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan. Akibatnya,
zat nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat yang biasanya banyak terbuang
dalam faeces akan menjadi berkurang. Karena itu, konversi pakan itik yang diberi
perlakuan probiotik menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol.
Meningkatnya aktivitas enzim dan pencernaan telah dibuktikan oleh Nuriyasa et al.
(1998) bahwa penambahan probiotik EM-4 dalam ransum dapat meningkatkan daya
cerna enzim pankreas babi.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal sebagai berikut.
1. Pemberian probiotik Starbio pada ransum maupun EM-4 pada air minum
berpengaruh baik terhadap penampilan ternak itik jantan umur 0-8 minggu.
2. Peningkatan dosis pemberian probiotik Starbio dan EM-4 tidak berpengaruh
terhadap penampilan ternak itik umur 0-8 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonnymous. 1995. Pakan lebih hemat dengan starbio. CV Lembah Hijau Indonesia
Bogor.
Barrow, P.A. 1992. Probiotics for Chickens. In : R. Fuller. 1st Ed. Probiotics The
Scientific Basic. Chapman and Hall, London. Hal : 225 – 250.
Farell, D.J. 1995. Table egg laying ducks : Nutritional Requirement and Current
Husbandry Systems in Asia. Poult and Avian Bol. Rev. 6 : 55 – 69.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Jin, L.Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. 1997. Probiotics in Poultry : Modes
of Action. Worlds Poultry Sci. J. 53 (4) : 351 – 368
Kuspartoyo. 1990. Segi kehidupan itik. Majalah Swadaya Pderternakan Indonesia
No. 59 : 36-37.
Nuriyasa, I. M., I.N.T. Ariana, I. G.N.G. Bidura dan T.G.B. Yadnya. 1998. Pengaruh
Pemberian Effective Microorganism –4 Terhadap Produksi Berat Kering
Umbi Ketela Pohon dan Daya Cerna Enzim Pancreas Babi. Laporan
Penelitian Dana OPF. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Piao, X.S., I.K. Han, J.H. kim, W.T. cho, Y.H. Kim and C. Liang. 1999. Effects of
Kemzyme, Phytase and Yeast.
Rasyaf, M. 1988. Berternak Itik Komersial. Cetakan I Kanisius, Yogyakarta.
Ritonga, H. 1992. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Majalah
Ayam dan Telur No. 73 Maret1992. Hal : 24-26.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik, Cetakan Ketiga
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sulistyo, E.B. 1996. Pengaruh Penggunaan Probiotik Starbio pada Konsentrat
Ransum yang Diturunkan Kualitasnya Terhadap Produksi dan Kualitas Air
Susu Sapi Perah di BPT-HPTT, Batu Raden. Skripsi Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Sudirman, Purwekwrto.
Titus, H.W. and J.C. Frits. 1971. The Scientifics Feeding of Chickens 9th Ed. The
Interstate Priters and Publisher Inc. Danvil, Illinois.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wididana, G.D.S. dan T. Higa. 1993. Penuntun Bercocok Tanam Padi dengan
Teknologi Effective Microorganism-4 (EM-4). Seri Pertanian Akrab
Lingkungan.
Zainuddin, D., D.K. Diwyanto dan Suharto. 1994 Penggunaan Probiotik Starbio
(Starter Mikroba) Dalam Ransum Ayam Pedaging Terhadap Produktivitas,
Nilai Ekonomis (IOFC) dan Kadar Amonia Lingkungan Kandang. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi. Bogor.

No comments:

Post a Comment